Menyelamatkan Laut: Tantangan dan Solusi untuk Mengatasi Pencemaran Laut di Indonesia
Eduaksi | 2025-07-09 12:33:08
Plastik yang di hasilkan dari aktivitas manusia, termasuk di indonesia, adalah salah satu sumber pencemaran laut yang paling umum. Pemerintah berbagai negara di seluruh dunia sangat memperhatikan masalah pencemaran laut. Pemerintah dan pemerhati lingkungan telah melakukan banyak hal untuk menagani dan menanggulangi pencemaran laut. Pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh aktivitas manusia bisa terjadi di daerah pesisir dan laut, misalnya seperti sampah rumah tangga, industry, dan tumpahan minyak dari kapal laut.(Cordova, 2017).
Teluk Jakarta mempunyai air yang hitam dan sampah yang mengambang menutupi perairan,membuatnya menjadi salah satu Kawasan yang paling tercemar laut di Indonesia. (Dinas Lingkungan Hidup, 2019). Menurut forum ekonomi dunia, Menurut (Setiawan, 2021) , Hampir 150 juta ton sampah plastik ada di perairan di seluruh dunia. Sebagai bagian dari 1,2 juta ton timbulan sampah laut.
Itu pastinya akan berdampak negatif pada kualitas kehidupan di pesisir, ekosistem dan biota laut(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2020) Limbah industry juga merupakan sumber bahan pencemaran yang lebih berbahaya dari pada sampah. Pencemaran laut Indonesia sangat tinggi, menurut dari situs web Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Kawasan sekitar laut dan kota – kota besar, misalnya seperti Jakarta, sangat tercemar. Salah satu masalah pencemaran laut terbaru di daerah ini adalah pencemaran Paracetamol di teluk jakarta, yang berasal dari kegiatan industri pabrik farmasi. Sudah dikatakan sebelumnya, pencemaran di laut berasal dari kegiatan darat manusia. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa laut, dengan volume airnya yang tinggi, dapat berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir (Santosa, 2013) . Tetapi, anggapan tersebut tidak lagi relevan karena menimbulkan dampak negative bagi makhluk hidup dan lingkungan, terutama ekosistem laut. Anggapan tersebut juga mengindikasikan bahwa pola piker manusia yang antroposentris, yaitu pemikiran yang mengatakan bahwa manusia adalah pusat dari semuanya (Yuono, 2019) . Ini menunjukkan bahwa Orang – orang memiliki kebebasan melakukan apapun yang mereka suka selama keadaan itu terjadi bagi kehidupan manusia dengan tidak mempertimbangkan dampaknya dalam jangka panjang.
PEMBAHASAN
Krisis lingkungan di bawah permukaan laut di sebabkan langsung dari aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem laut. Aktivitas ini mencangkup Tindakan yang dilakukan di Pantai,daratan, atau langsung di perairan laut itu sendiri. Limbah industri dan domestik yang mengandung bahan kimia yang berbahaya seperti logam berat,senyawa sintesis, dan mikroplastik umumnya mengalir dari daratan melalui Sungai, dan akhirnya terakumulasi di dasar laut, mencemari habitat sensitive organisme laut dalam. Selain itu,eksploitasi sumber daya laut seperti pengeboran minyak lepas Pantai dan penambangan dasar laut merusak struktur alami laut dalam, terutama jika terjadi kebocoran atau tumpahan bahan beracun.
Penyebab utama kerusakan keseimbangan ekosistem merupakan penangkapan ikan yang membahayakan, seperti penggunaan alat tangkap yang merusak dasar laut. Strategi seperti ini tidak hanya mengurangi populasi ikan tetapi juga menghancurkan habitat penting seperti terumbu karang, yang merujuk pada habitat penting untuk semua spesies laut. Disisi lain pertanian daratan menyebabkan eutrofikasi perairan laut, yang diakibatkan oleh menyebarnya pupuk dan petisida. Ledakan alga menyebabkan pengurangan kadar oksigen di laut, menyebabkan zona mati yang tidak dapat di huni oleh makhluk hidup.
Menurut (Pradana, 2024)Tumpahan minyak di laut memiliki dampak negative yang signifikan pada ekosistem laut karena minyak yang tercecer mengandung zat kimia berbahaya yang dapat mengganggu kehidupan laut, termasuk ikan. Terpapar bahan kimia beracun ini, ikan. Terpapar bahan kimia beracun ini, ikan dan biota laut lainnya dapat mati atau populasi mereka menurun. Selain itu, tumpahan minyak dapat menyebabkan gangguan pada kulit, mata dan saluran pernapasan serta merusak ekosistem pesisir.
Transportasi laut juga berdampak yang signifikan pada ekosistem laut, termasuk kebocoran minyak, pembuangan air ballast yang membawa spesies invasif, dan pencemaran suara bawah laut yang mengganggu kehidupan biota laut. Jika tidak di kendalikan hal ini akan memperparah krisis ekologi laut, khususnya di wilayah bawah permukaan yang selama ini kurang di perhatikan dengan baik.
TANTANGAN DAN SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN LAUT DALAM:
Karena akses yang terbatas dan kecilnya eksplorasi di bawah permukaan laut, pencemaran laut dalam merupakan masalah lingkungan yang kompleks yang sering diabaikan tanpa di sadari. Tiga umsur utama ialah gangguan utama dalam menangani masalah ini: keterbatasan teknologi, kekosongan regulasi, dan rendahnya kesadaran lingkungan laut dalam secara global. Secara teknis, eksplorasi dan pemantauan wilayah laut dalam memerlukan peralatan khusus seperti remotely operated vechicles (ROVs) dan autonomous underwater vehicles (AUVs), yang sangat mahal dan hanya tersedia di negara maju. Hal ini menyusahkan negara untuk berkembang melakukan penelitian dan memantau aktivitas industri yang merusak ekosistem bawah laut seperti penambangan dasar laut dan pembuangan limbah.
Di sisi hukum, perjanjian internasional seperti UNCLOS (United Nations Convention on the law of the sea) belum menentukan aturan yang jelas terkait aktivitas di laut dalam. Hal ini terutama diterapkan pada pencemaran laut oleh mikroplastik dan bahan kimia berbahaya. Selain itu belum ada pengawasan dan penegakan hukum yang mampu untuk Perusahaan multinasional yang menguras sumber daya laut. Peningkatan kolaborasi internasional dalam hal riset dan peningkatan perdanaan bagi teknologi eksplorasi laut dalam ialah Solusi. Negara pesisir perlu memperkuat kebijakan nasional bagi menjaga laut dalam, contohnya zonasi konservasi dan pelarangan aktivitas industri di kawasan rentan. Untuk menggerakan Masyarakat pesisir untuk ikut serta dalam merawat dan mempertahankan ekosistem laut, edukasi lingkungan dan pendekatan berbasis Masyarakat harus di tingkatkan.
Strategi untuk menjaga kelestarian laut dari permukaan hingga kedalaman bedasarkan pada inisiatif global seperti sustainable Development Goals (SDG) nomor 14, “Life Below Water.” Untuk menanggulangi pencemaran laut dalam secara berkelanjutan, pendekatan lintas sektor dan berbasis sains krusial.
Kategori Pencemar Laut
Ada enam kategori pencemaran laut, penyebab utamanya:
Pencemaran laut yang di akibatkan oleh kegiatan daratan: bukti ilmiah menunjukkan bahwa tiga penyebab utama pencemaran laut kategori pertama ini adalah sebagai berikut:
- Penggunaan berbagai jenis: bahan kimia buatan” untuk keperluan pertanian, terutama “hidrokarbon chlorinated”
- Pelepasan logam berat: heavy metal”, seperti merkuri, dari proses industri
- Pelepasan limbah domestic dan industri pencemaran yang di sebabkan oleh pengaliran limbah domestic atau limbah industri dari Pantai, baik melalui “outlet sewage” atau merupakan akibat dari “dumping”
- Pencemaran laut bermula dari aktivitas manusia dan aktivitas radioaktif di alam. Percobaan senjata nuklir dan pembuangan limbah radioaktif adalah dua penyebab utama pencemaran laut.
- Pencemaran yang berasal dari kapal tetapi penyebab utama tumpahan minyak di laut datang dari kegiatan kapal seperti pembuangan air ballast atau dari kecelakaan kapal di laut, terutama yang melibatkan kapal tanker.
- Pencemaran di sebabkan oleh produksi mineral di dasar laut, terutama Ketika kebocoran terjadi di tempat penambangan dan pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
