Wiratara Akmal Putra Machmud
Pendekatan Semantik Inklusif Bahasa Melayu
Sastra | 2025-07-07 09:37:35
Dalam perkembangan bahasa moden, keperluan untuk menggunakan bahasa yang inklusif semakin mendapat perhatian. Bahasa inklusif merujuk kepada penggunaan kata-kata yang tidak mendiskriminasi golongan manapun berdasarkan: jantina, agama, etnik, status sosial atau latar belakang. Dalam konteks ini, semantik inklusif memainkan peranan penting dalam memastikan bahawa bahasa yang digunakan menyampaikan makna yang terbuka dan tidak berat sebelah. Bahasa Melayu sebagai bahasa rasmi dan bahasa pengantar utama di Malaysia serta beberapa negara lain, turut mengalami transformasi dalam aspek ini.
Semantik merujuk kepada kajian makna dalam bahasa, sementara semantik inklusif menekankan pada makna yang merangkum dan melibatkan semua pihak tanpa pengecualian. Dalam bahasa Melayu, semantik inklusif melibatkan penggunaan istilah dan struktur bahasa yang menyampaikan penghormatan, kesetaraan dan kebersamaan. Ini termasuk menghindari kata-kata yang stereotaip, bias jantina, atau merendahkan sesuatu kelompok.
Contoh semantik inklusif dalam bahasa Melayu ialah penggunaan istilah "murid-murid" berbanding "anak lelaki" atau "anak perempuan" secara khusus, atau penggunaan "tuan/puan" dalam surat resmi untuk mencerminkan kesopanan dan keterangkuman. Begitu juga dengan istilah "warga emas" yang menggantikan perkataan seperti "orang tua" yang lebih kasar atau kurang sopan.
Penggunaan bahasa inklusif berkait rapat dengan kesedaran sosial tentang keadilan, kesamarataan dan sensitiviti budaya. Oleh karena itu, penggunaan semantik inklusif menjadi satu keperluan untuk mewujudkan komunikasi yang harmoni dalam kalangan berbagai kaum dan agama.
Namun begitu, terdapat beberapa cabaran dalam pelaksanaan semantik inklusif, antaranya ialah: kekangan kosa kata, kekeliruan makna dalam konteks tertentu, serta ketahanan budaya yang sudah berakar. Kadangkala, usaha untuk terlalu inklusif bisa menyebabkan ketidakjelasan atau kekaburan makna dalam sesuatu wacana. Oleh karena itu, penggunaan bahasa inklusif perlu dilaksanakan secara bijak dan seimbang.
Secara keseluruhan, semantik inklusif dalam bahasa Melayu adalah satu langkah penting dalam menyokong masyarakat yang lebih adil, terbuka dan hormat terhadap perbedaan. Ia tidak hanya mencerminkan perubahan dalam bahasa, tetapi juga dalam pemikiran dan nilai sosial masyarakat. Pengguna bahasa, terutamanya dalam bidang pendidikan, media dan pentadbiran awam, digunakan untuk terus mengaplikasikan pendekatan ini bagi memastikan bahasa Melayu kekal relevan, sopan dan mencerminkan semangat perpaduan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
