Ibu Cerdas, Keluarga Sehat: Cermat Obat untuk Ibu PKK Desa Singorejo
Edukasi | 2025-06-27 09:14:28
“Ibu Cerdas, Keluarga Sehat: Literasi Obat untuk PKK Desa Singorejo”
Oleh: Kelompok 4 (Napsiatul Ulum)
Gresik, Jawa Timur — Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat yang bijak dan aman, sebuah kegiatan edukatif bertajuk “Melek Sehat, Melek Obat” digelar di Mushola Desa Singorejo, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, pada Sabtu, 24 Mei 2025. Kegiatan ini dirancang untuk memberdayakan ibu rumah tangga sebagai agen literasi obat dalam keluarga. Dengan menyasar ibu-ibu PKK dan warga sekitar, kegiatan ini menggabungkan unsur edukasi, partisipasi aktif, dan inklusivitas demi membangun masyarakat yang lebih sehat dan berdaya.
Literasi Obat: Tantangan Nyata di Tengah Masyarakat
Obat merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pemahaman masyarakat tentang obat sering kali belum memadai. Fenomena pemberian antibiotik tanpa resep, penggunaan obat keras secara sembarangan, serta penyimpanan obat di tempat yang tidak sesuai masih sering terjadi. Hal ini tentu dapat berakibat fatal—mulai dari resistensi antibiotik hingga keracunan obat.
“Banyak ibu yang mengira semua obat sirup itu aman, atau menyimpan obat di dapur bersama bumbu masakan. Hal-hal kecil ini sebenarnya bisa berdampak besar bagi kesehatan keluarga,” ujar pemateri dalam kegiatan tersebut.
Edukasi ini hadir sebagai solusi nyata di tengah tantangan tersebut, dengan pendekatan langsung kepada para ibu rumah tangga yang merupakan penjaga utama kesehatan keluarga.
Edukasi Terstruktur, Bahasa Sederhana, dan Media Kreatif
Kegiatan edukasi ini disusun dalam dua sesi utama.
- Sesi pertama berfokus pada pengenalan bentuk-bentuk sediaan obat seperti tablet, sirup, salep, kapsul, injeksi, suppositoria, tetes mata, dan patch transdermal. Materi disampaikan menggunakan papan visual, alat peraga, dan e-magazine interaktif yang memudahkan peserta memahami jenis dan cara penggunaan obat sesuai bentuknya.
- Sesi kedua menjelaskan penggolongan obat berdasarkan logo yang tertera pada kemasan, antara lain:
- Logo hijau untuk obat bebas,
- Logo biru untuk obat bebas terbatas,
- Logo merah dengan huruf “K” untuk obat keras,
- serta pengenalan narkotika, psikotropika, obat tradisional, dan fitofarmaka. Peserta juga mendapatkan informasi tentang efek samping obat, prinsip penyimpanan yang benar, pengecekan tanggal kedaluwarsa, serta prinsip dagusibu (dapatkan, gunakan, simpan, buang).
Menariknya, kegiatan ini menyajikan materi dalam bahasa sederhana dan mudah dipahami, sehingga semua kalangan ibu dapat mengikuti meski latar belakang pendidikan berbeda. Beberapa peserta bahkan dibantu dengan materi tulisan besar untuk mendukung keterbatasan penglihatan.
Suasana Penuh Kehangatan dan Antusiasme
Sejak pagi, puluhan ibu-ibu telah berkumpul memenuhi mushola desa. Suasana yang awalnya penuh tanya, berubah menjadi penuh semangat saat sesi dimulai. Banyak dari mereka aktif bertanya, menyampaikan pengalaman pribadi, bahkan berbagi pengetahuan yang mereka miliki kepada peserta lain.
“Biasanya saya bingung kalau anak panas, mau kasih obat apa. Sekarang saya jadi lebih tahu mana obat yang bisa diberikan sendiri dan mana yang harus ke dokter,” kata salah satu peserta, Bu Nanik, dengan mata berbinar.
Anak-anak yang turut hadir menambah kehangatan acara. Beberapa bermain di sekitar, sementara ibu mereka belajar. Acara juga diselingi dengan pembagian hadiah kecil untuk peserta aktif, serta suguhan snack sehat dan minuman ringan.
Ibu: Apoteker Tanpa Jas Putih
Salah satu filosofi menarik dari kegiatan ini adalah menyadarkan bahwa seorang ibu sejatinya adalah “apoteker tanpa jas putih.” Ia bukan hanya bertanggung jawab dalam memilih makanan keluarga, tetapi juga dalam memastikan obat yang masuk ke tubuh anak-anak dan suami aman dan sesuai.
Dengan edukasi ini, para ibu diajak untuk menjadi lebih kritis terhadap penggunaan obat. Tidak lagi asal minum berdasarkan rekomendasi tetangga atau membeli obat keras tanpa resep. Para ibu kini memahami bahwa logo pada obat memiliki arti penting dan bahwa kesalahan sekecil apapun dalam menyimpan atau menggunakan obat bisa membawa risiko besar.
Keberlanjutan: Dari Mushola ke Rumah Tangga
Meski kegiatan hanya berlangsung dalam satu hari, dampaknya diharapkan jauh melampaui waktu pelaksanaannya. Tujuan utama kegiatan ini adalah menciptakan perubahan perilaku jangka panjang. Ilmu yang dibagikan hari itu diharapkan menjadi bekal ibu-ibu dalam mengedukasi keluarga dan lingkungan sekitarnya.
“Semoga ibu-ibu bisa meneruskan pengetahuan ini kepada anggota keluarganya di rumah. Kalau semua ibu tahu bagaimana cara menggunakan obat dengan benar, maka satu desa bisa lebih sehat dan lebih hemat dalam pengobatan,” ujar fasilitator kegiatan.
Kegiatan ini membuktikan bahwa edukasi kesehatan tidak harus kaku atau sulit dipahami. Dengan pendekatan yang ramah, partisipatif, dan empatik, informasi yang kompleks sekalipun dapat diserap dengan baik oleh masyarakat akar rumput.
Penutup
Kesehatan keluarga dimulai dari rumah. Dan di setiap rumah, ibu memegang peranan kunci. Kegiatan “Melek Sehat, Melek Obat” di Desa Singorejo adalah langkah kecil namun berarti dalam menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya literasi obat. Semoga kegiatan ini menjadi contoh yang menginspirasi daerah lain untuk menyelenggarakan edukasi serupa, karena ketika ibu cerdas, keluarga ikut sehat—dan bangsa pun menjadi kuat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
