Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indah Kartika Sari

Refleksi Muharram: Mewujudkan Kebangkitan Umat yang Hakiki

Agama | 2025-06-26 16:49:58
Oleh Indah Kartika Sari, SP

Tahun baru Islam hadir kembali sebagai momen bagi umat Islam untuk melakukan 3 aktivitas penting yang akan berpengaruh untuk perbaikan menyeluruh di tahun-tahun mendatang. Ketiga aktivitas tersebut adalah refleksi, kontemplasi dan resolusi. Semuanya dilakukan tidak hanya terkait dengan individu dan keluarga saja namun juga dilakukan secara kolektif kepada kondisi masyarakat dan negara.

Dengan melakukan refleksi, umat Islam melakukan introspeksi dengan merenungkan, memikirkan, dan mengevaluasi peristiwa yang telah terjadi dalam berbagai aspek kehidupan apakah kehidupan umat Islam makin meningkat kualitasnya atau justru semakin menurun. Aktivitas refleksi diikuti oleh kontemplasi atau muhasabah yaitu koreksi atas semua aspek kehidupan apakah sudah berjalan sesuai dengan tuntunan syariat atau belum. Refleksi dan kontemplasi harus segera diikuti dengan aktivitas resolusi yaitu aktivitas untuk memperbaiki kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik. Apalagi perbaikan kehidupan umat di dunia ini tentu sangat berkaitan erat dengan dimensi akhirat. Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Hasyr: 18)

Secara kolektif, ayat ini menjelaskan bahwa sebagai umat yang beriman, kita diwajibkan untuk meningkatkan kadar ketaqwaan untuk menyambut datangnya hari kiamat sebagai hari pembalasan.

Saat ini, ketaqwaan umat secara kolektif perlu dievaluasi dan dibenahi. Hal ini terkait dengan berbagai persoalan yang terus menimpa umat Islam. Nasib umat Islam dari waktu ke waktu semakin suram. Di dalam negeri hampir semua aspek kehidupan mengalami degradasi. Pemerintahan otoriterianisme membuat kebijakan populis yang semakin menyengsarakan rakyat. Namun di sisi lain perilaku pejabat yang korup menambah ketidakpercayaaan rakyat terhadap kinerja dan reputasi mereka. Di aspek pendidikan, terjadi penurunan kualitas generasi ditandai dengan meningkatnya kriminalitas pelajar dan mahasiswa, pelecehan seksual, bunuh diri dan judol.

Kerusakan parah di dunia pendidikan setali tiga uang dengan kerusakan pada aspek pergaulan laki-laki dan perempuan yang ditandai perilaku bebas tanpa batas yang menyebabkan tingginya penyakit seksual menular dan HIV AIDS. Bidang ekonomi pun tak kalah memprihatinkan. Program MBG tak mampu menurunkan angka kemiskinan yang disebabkan liberalisasi SDA. Cengkraman oligarkhi semakin merajalela sehingga kerusakan alam akibat eksploitasi tambang besar-besaran terjadi di seluruh penjuru Indonesia. Sementara itu genosida Palestina masih terus terjadi di tengah pengkhianatan penguasa negeri muslim. Jumlah korban sudah melebihi angka 50,000 jiwa ditambah kerusakan infrastruktur, sarana pendidikan dan kesehatan bahkan kelaparan massal terus menghantui penduduk Gaza.

Demikianlah predikat umat terbaik telah hilang pada diri umat Islam. Penyebabnya karena umat ini telah jauh dari aturan Allah. Umat Islam hanya menjalankan aturan Islam terbatas pada urusan ibadah ritual saja. Sementara semua urusan kehidupannya diatur oleh sistem sekulerisme yang meniadakan eksistensi Islam.

Allah SWT mengingatkan kondisi umat ini dalam firmanNya:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

Siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thoha: 124)

Oleh karena itu umat Islam harus bangkit dan berubah untuk kembali kepada kemuliaannya sebagai umat terbaik. Satu-satunya cara untuk meraih kembali kemuliaan tersebut adalah dengan kembali kepada aturan Allah dan menerapkannya dalam kehidupan secara kaffah. Umat disadarkan akan kebutuhannya pada aturan Allah yang diterapkan oleh Khilafah sebagai institusi yang akan menjadi junnah/perisai bagi umat.

Umat Islam wajib berkaca pada peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah yang menjadi patokan dimulainya babak baru perjalanan panjang umat Islam di bawah payung kepemimpinan Islam. Hijrahnya Rasul telah membawa umat Islam di Mekkah yang hidup dalam sistem jahiliyah menuju Madinah dengan menerapkan aturan Islam di bawah kepemimpinan Rasul sebagai kepala negara.

Oleh karena itu, umat harus menjadikan hijrah Rasul sebagai refleksi sekaligus patokan untuk hijrah meninggalkan sistem sekulerisme sebagai penyebab terpuruknya umat menuju sistem Islam yang bercahaya. Dengan sistem Islam, umat Islam akan kembali Bersatu bersatu di bawah naungan Khilafah Islam, hidup Sejahtera di bawah aturan Allah dan akan menyebarkan syariat Islam melalui dakwah ke seluruh penjuru dunia sehingga Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Semua ini akan terwujud dengan dakwah Islam Kaffah melalui proses penyadaran dan edukasi terus menerus dari jama’ah dakwah yang tulus dan istiqamah berjuang di jalan Allah. Jama’ah dakwah ini senantiasa ada di tengah-tengah umat demi memenuhi seruan Allah sebagai berikut:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imron: 104)

Jama’ah dakwah ini melaksanakan aktivitasnya dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah dan tidak pernah menyimpang darinya. Mereka yang bergabung di dalamnya adalah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat, mendapatkan ridho Allah dan layak mendapatkan surgaNya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image