Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ertha Rizqina

Mengenal Puisi Gelap di Indonesia: Pengertian, Sejarah, dan Contoh Karya

Sastra | 2025-06-26 13:42:16

Jika mendengar kata sastra, mungkin hal yang kerap terlintas dari pikiran kita adalah genre karya sastra seperti prosa, puisi, dan drama. Atau mungkin karya-karya bagian dari prosa seperti novel, puisi, ataupun cerpen. Tapi apakah kalian tahu, bahwa perkembangan sastra khususnya puisi di Indonesia tidak sesederhana itu. Puisi bukan hanya karya sastra yang menuangkan ide dengan kata-kata kiasan, namun juga sebagai media untuk mengkritik ataupun menentang sesuatu yang tidak sesuai dengan sang penyair. Sejarah puisi di Indonesia bukan hanya sebatas puisi biasa, kita mengenal dengan sebutan puisi gelap. Apa itu puisi gelap? Bagaimana pengertiannya, apa yang membedakan dengan puisi lain, serta contoh karyanya?

Pengertiaan puisi gelap.

Secara garis besar, puisi gelap adalah puisi yang mengandung kiasan yang lebih sulit dibandingkan dengan puisi biasa. Pembacaan puisi gelap tidak dapat dipahami melalui satu bacaan saja. Definisi secara jelas dan resminya sebenarnya belum ada hingga saat ini, puisi gelap juga kerap disebut dengan puisi abstrak. Puisi gelap sebetulnya adalah sebuah aliran yang lahir dari komunitas puisi di Universitas Airlangga, yaitu komunitas Puska (Puisi Kamar) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan Gapus (Gardu Puisi) dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Gaya penulisan yang imajinatif dan penuh makna tersembunyi adalah ciri khas dari sebuah puisi gelap.

Karakteristik puisi gelap.

Puisi gelap merupakan aliran puisi yang memiliki karakteristik yang kuat. Aliran ini banyak memanfaatkan penggunaan kiasan, lambang, serta majas, sehingga penyair terliha dengan sengaja menyampaikan pesan dengan maksud yang implisit dan tidak diketahui secara langsung.

Berikut adalah beberapa poin yang bisa dijelaskan mengenai karakteristik puisi gelap:

  • Bahasa hermetis

Penggunaan majas, lambang, dan kiasan menciptakan sesuatu yang rumit. Pembacaan puisi memerlukan pembacaan semiotik untuk mengurai makna:

  • Imaji surealis dan apokaliptik

Imajinasi yang melampaui realita. Tema mengenai kehancuran kerap digunakan, seperti “neraka”, “mayat”, dan “labirin”.

  • Struktur bebas

Abai terhadap bentuk-bentuk puisi konvensional seperti umumnya. Kata-kata dirangkai di bawah aliran kesadaran sang penyair.

  • Kritik sosial terselubung

Puisi gelap merespons suatu peristiwa dengan metafora gelap, majas, dan tidak merespons secara langsung.

Melalui ciri-ciri yang telah disebutkan, dapat diketahui bahwa puisi gelap adalah seni yang menuntut pembaca agar memahami apa yang dimaksud secara implisit. Hal ini menunjukkan bahwa puisi gelap bukan hanya sebatas teks, namun sebuah teka-teki yang harus dilalui dan dijelajahi pembaca untuk menemukan makna seutuhnya.

Sejarah puisi gelap di Jawa Timur

Pada era Balai Pustaka hingga angkatan 1970-an, sebenarnya telah banyak karya sastra yang diakui secara nasional, namun pergerakannya hanya sebatas di ibu kota Jakarta. Hal ini terus berlanjut hingga tahun 1990-an, pergerakan sastra oleh penyair daerah hanya sebatas pada pergerakan di lingkup komunitas ke komunitas. Wajah Sastra Indonesia di Surabaya (1995) karya Hutomo menjadi titik awal pergerakan sastra di berbagai kota di Jawa Timur, seperti Surabaya, Malang, dan Kediri.

Puisi gelap di Jawa Timur menjadi fenomena sastra yang signifikan dalam perkembangan sastra di Jawa Timur. Karakteristik puisi gelap yang unik bertumbuh dengan kuat di lingkungan akademik Universitas Airlangga, Surabaya. Pengaruh surealisme yang dibangun pada puisi gelap ini diprakarsai oleh para penyair yakni W. Haryanto, Sihar Rames Sakti, Indra Tjahjadi, dan Mashuri sebagai tokoh-tokoh yang mengembagkan puisi gelap sekitar tahun 1995-an hingga saat ini. Perkembangan puisi gelap di Jawa Timur mendapatkan pengakuan dari kritikus sastra Abdul Wahid W.M dan Nirwan Dewanto.

Keberadaan penyair-penyair Jawa Timur di atas menjadi bukti bahwa puisi gelap bukanlah fenomena yang asing di telinga masyarakat, melainkan bagian kreatif yang tumbuh diantara perkembangan sastra. Namun, banyak sekali kesenjangan dalam penelitian mengenai puisi gelap, karena keterbatasan dalam sumber yang dapat digunakan untuk penelitian, sehingga penelitian mengenai puisi gelap hanya sebatas studi genre karena belum terverifikasi secara de facto.

Contoh Penyair dan Karyanya

Berikut adalah contoh penyair-penyair puisi gelap beserta karyanya agar pembaca dapat mengetahui tentang puisi gelap:

  • F. Aziz Manna

Menguak Tanah Kering (2000)

Izinkan Aku Menciummu (2006)

Playon (2016)

  • Indra Tjahjadi

Yang Berlari Sepanjang Gerimis (1997)

Kisah Sebuah Taman (1998)

Syair Pemanggul Mayat (2011)

  • Mashuri

Jawadwipa (2003)

Ngaceng (2007)

Ilusi Hujan (2017)

  • Nanda Alifya Rahmah

Sungai Hayat (2015)

Kapularan (2017)

Yang Tersisa dari Amuk Api (2020)

  • Sihar Rames Sakti

Refleksi (1995)

Manifesto (2009)

Semadi Akar Angin (2014)

Melalui uraian di atas, dapat kita ketahui mengenai gambaran terkait perkembangan puisi gelap di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Meskipun secara pengakuan belum ada studi resmi yang menetapkan puisi gelap secara de facto sehingga studi ini masih seputar studi genre, namun puisi gelap tetap berkontribusi sebagai salah satu perkembangan karya sastra puisi di Indonesia. Puisi gelap dapat dijadikan bahan pembelajaran mengenai sejarah sastra di Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image