Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Kalman Ahyar Ansori

Efektivitas Pelindungan Radiasi Terkait Konstruksi Ruangan Kedokteran Nuklir

Teknologi | 2025-06-25 09:45:37

Kedokteran nuklir merupakan cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan zat radioaktif (seperti Tc-99m, I-131, F-18) dalam pengobatan maupun diagnosis. Pemanfaatan radioisotop, yaitu semacam zat radioaktif yang dapat memancarkan radiasi dapat digunakan sebagai penentu lokasi kanker atau tumor pada tubuh manusia. Selain digunakan sebagai diagnosis, radioisotop juga dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran dari berbagai kuman (Derry et al., 2016). Cabang ilmu ini juga digunakan dalam pengobatan yang cara kerjanya radiasi dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk langsung membunuh sel-sel kanker atau tumor tersebut.

Dalam ruang lingkup kerjanya, kedokteran nuklir ini tentu menggunakan material khusus yang memastikan bahwa penggunaannya tidak membahayakan pasien, tenaga medis, maupun lingkungan sekitar. Dalam mencapai perlindungan ini, maka perlu diterapkan prinsip proteksi radiasi yang ketat (Nopriwan et al., 2022). Prinsip ini mencakup berbagai aspek pencegahan dan pengendalian untuk meminimalkan paparan radiasi yang tidak diinginkan. Beberapa bentuk proteksi yang diterapkan di fasilitas kedokteran nuklir meliputi pembangunan ruang khusus dengan dinding pelindung (shielding) untuk mencegah kebocoran radiasi, penggunaan apron atau pelindung timbal bagi tenaga medis, serta pemantauan dosis radiasi secara berkala menggunakan dosimeter saku. Selain itu, tenaga kesehatan yang terlibat dalam prosedur ini juga wajib mengikuti pelatihan keselamatan radiasi guna memastikan mereka memahami protokol kerja yang aman. Tak kalah penting, seluruh alat yang menghasilkan atau memancarkan radiasi harus melalui proses sertifikasi dan kalibrasi berkala agar tetap berfungsi sesuai standar keamanan yang ditetapkan.

Agar paparan radiasi ini tidak membahayakan pasien, tenaga medis, maupun masyarakat sekitar, desain fisik ruang kedokteran nuklir harus dibuat khusus. Perisai fisik di sekitar sumber radiasi, yaitu dinding dan struktur ruangan yang cukup tebal dan padat untuk menyerap radiasi; desain ruangan yang tepat; pembatasan akses; serta prosedur kerja aman bagi pekerja.

Gambar 1 Ruang Kedokteran Nuklir. Sumber: https://web.rshs.go.id/public_html/wp-content/uploads/2023/07/niklir.jpg

Tinggi rendahnya radiasi yang dapat menembus dinding sangat bergantung pada ketebalan dan komposisi materialnya. Dinding ruang nuklir perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dosis radiasi di luar ruangan tetap di bawah batas aman. Penelitian perencanaan hot lab kedokteran nuklir melaporkan bahwa ketebalan dinding beton sekitar 33 cm diperlukan untuk melindungi pekerja radiasi (dosis ≤ 5 µSv/jam), sedangkan 43 cm diperlukan untuk masyarakat umum (dosis ≤ 0,5 µSv/jam) (Rafi, A., 2018). Sedangkan pada radiologi konvensional, yang menyarankan lapisan timbal minimal setebal 2 mm dipasang pada dinding beton setebal 20 cm yang setara dengan Pb 2 mm atau 25 cm jika dinding terbuat dari bata merah (Maryanto et al., 2008). Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa energi radiasi pada ruang kedokteran nuklir lebih tinggi dikarenakan lapisan pelindung jauh lebih tebal atau material dengan densitas lebih tinggi dibandingkan radiasi sinar-X pada radiologi konvensional.

Timbal dipilih sebagai material pelindung radiasi karena timbal memiliki unsur kimia yang mampu menyerap radiasi ionisasi. Dengan massa jenisnya yang tinggi (11,34 g/cm3), timbal memiliki keunggulan lain yaitu mudah untuk dibentuk dan memiliki kekuatan yang mempuni (Faris et al., 2024). Hal tersebut memungkinkan timbal untuk diterapkan atau dicampur dengan material lain sebagai konstruksi bangunan. Timbal memiliki sifat kimia yang stabil, sehingga sulit mengalami oksidasi atau bereaksi dengan zat lain yang biasa digunakan di bidang medis maupun industry (Faris et al., 2024). Karena itu, timbal banyak dimanfaatkan dalam perangkat radiologi, seperti pelindung radiasi di ruang sinar-X, tabung sinar-X, serta peralatan medis yang berhubungan dengan radiasi ionisasi.

Selain dinding lantai dan langit-langit juga perlu diperhitungkan. Jika ada risiko penetrasi radiasi ke ruang di bawah atau di atasnya, lantai dan langit-langit dapat diperkuat dengan beton padat. Pintu masuk ruang prosedur nuklir biasanya dilapisi timbal dan dilengkapi sistem interlock untuk mencegah akses sembarangan selama prosedur berlangsung (BAPETEN, 2020). Pintu berlapis timbal juga digunakan untuk ruang dosis radioaktif agar radiasi tidak bocor keluar saat pintu. Jendela pantau bagi operator juga dibuat dari kaca timbal, yaitu kaca yang dicampur timbal untuk menyerap sinar, sehingga operator dapat mengamati prosedur tanpa terpapar radiasi langsung. Tata letak ruang dibuat didesain khusus, misalnya koridor masuk tidak lurus agar paparan radiasi dapat dikontrol dengan ketat; akses dibatasi; rambu “radiation area” dipasang; dan lainnya.

Desain proteksi radiasi di fasilitas kedokteran nuklir sangat penting untuk menjaga keselamatan orang yang berada di dalam maupun di sekitarnya. Dengan menyesuaikan ketebalan dinding dan memilih material pelindung yang tepat (seperti timbal, beton berat, dan kaca timbal) paparan radiasi ke luar ruang dapat ditekan hingga di bawah batas aman bagi pekerja radiasi dan masyarakat. Struktur ruang yang dirancang dengan tepat, lengkap dengan pintu dan kaca berlapis timbal, memastikan prosedur dapat berjalan secara efisien tanpa mengorbankan aspek keselamatan.

DAFTAR PUSTAKA

BAPETEN. (2019). Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Produksi Radioisotp Untuk Radiofarmaka. Jakarta: BAPETEN.

Derry, T., Wahyuni, S., Anjani, A. D., Lestari, D., & Aulia, N. (2016). PERAN ENERGI NUKLIR SEBAGAI PENGGANTI PEMBANGKIT LISTRIK NEGARA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT DAN PROSES PENSTERILAN ALAT. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir.

Faris, M., Nasrullah, N., & Mustafa, S. (2024). Penerapan Material Timbal pada Rancangan Ruang Radiologi Rumah Sakit Tipe D Batua di Kota Makassar. In JaS) (Vol. 6, Issue 1). https://ejournalfakultasteknikunibos.id/index.php/jas/

Maryanto, D., Solichin, & Abidin, Z. (2008). SEMINAR NASIONAL IV SDM TEKNOLOGI NUKLIR ANALISIS KESELAMATAN KERJA RADIASI PESAWAT SINAR-X DI UNIT RADIOLOGI RSU KOTA YOGYAKARTA DJOKO MARYANTO, SOLICHIN, ZAENAL ABIDIN.

Nopriwan, Pawelas Arso, S., & Nurjazuli, N. (2022). Analisis Pengaruh Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Unit Kedokteran Nuklir Instalasi Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Rafi, A. 2018. DESAIN DINDING PERISAI RADIASI RUANGAN HOT LABORATORYPADA INSTALASI KEDOKTERAN NUKLIR MENGGUNAKAN PROGRAM MONTE CARLO N-PARTICLE EXTENDED. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Rshs.go.id. (2024). Kedokteran Nuklir DAN Teranostik Molekuler RSHS, Dulu, Sekarang dan Akan Datang | Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung. [online] Available at: https://web.rshs.go.id/kedokteran-nuklir-dan-teranostik-molekuler-rshs-dulu-sekarang-dan-akan-datang/ [Accessed 31 May 2025].

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image