
BUMP di Pesantren Salaf: Ketahanan Ekonomi Umat di Tengah Krisis dan Disrupsi
Agama | 2025-06-19 12:16:35Universitas KH Mukhtar Syafaat Blokagung-Banyuwangi
Ancaman resesi ekonomi nasional
Gelombang krisis ekonomi, inflasi, serta tantangan digitalisasi, pondok pesantren salaf di Indonesia membuat penduduk merasakan keterpurukan ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan melambat ke kisaran 4,5–5,5% pada 2025, disertai inflasi 1,65% pada Maret 2025 dan pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta orang. Kondisi tersebut memaksa penduduk perlu memiliki alternatif pendapatan untuk meningkatkan kondisi perekonomian rumah tangga guna bertahan hidup. Tawaran Badan Usaha Milik Pondok Pesantren (BUMP) merupakan sebuah jawaban atas tantangan tersebut. tidak hanya menjadi sumber pendapatan alternatif, tetapi juga jawaban atas tantangan pengelolaan keuangan syariah yang transparan, adil, dan berkelanjutan.justru semakin menunjukkan peran vitalnya sebagai benteng ekonomi umat.
Tantangan ekonomi mulai dari kenaikan harga pangan, volatilitas nilai tukar rupiah, ancaman resesi global dan digitalisasi menghadirkan peluang sekaligus risiko baru bagi pelaku usaha, termasuk pesantren. Manajemen risiko syariah di BUMP berbeda dari manajemen risiko konvensional. Prinsip utama yang harus dijaga adalah larangan riba, gharar, dan maisir. Setiap transaksi keuangan harus transparan, adil, dan bertanggung jawab. Misalnya, dalam pembiayaan usaha, BUMP harus memilih akad syariah seperti mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kemitraan), atau murabahah (jual beli dengan keuntungan yang disepakati). Akad-akad ini tidak hanya meminimalkan risiko, tetapi juga menegaskan prinsip keadilan dan kebersamaan.
Secara pendekatan ekonomi makro menuntut BUMP untuk tidak hanya fokus pada urusan internal, tetapi juga responsif terhadap perubahan di tingkat nasional dan global. Inflasi yang tinggi, bisa mengurangi daya beli masyarakat terhadap produk atau jasa BUMP. Sementara itu, digitalisasi menghadirkan risiko baru seperti keamanan data, kompetisi dengan pelaku usaha digital, serta kebutuhan adaptasi teknologi.
Oleh sebab itu, BUMP perlu membangun sistem manajemen risiko yang komprehensif. Identifikasi risiko harus dilakukan secara berkala, baik risiko internal (seperti kelalaian pengelola atau kurangnya kompetensi SDM) maupun eksternal (seperti perubahan kebijakan atau krisis ekonomi). Evaluasi dan analisis risiko juga penting untuk menentukan skala prioritas penanganan.
Hadirnya BUMP merupakan sebuah tawaran guna memberikan kontribusi nasional untuk mereduksi pengangguran di Indonesia. BUMP berpotensi menciptakan lapangan kerja lokal. Seperti keberadaan Pesantren Zainul Hasan Genggong, yang melibatkan 250 santri dan warga dalam usaha pertanian halal dan kerajinan, mengurangi ketergantungan pada lowongan formal yang terbatas. Model ini menewarkan alternatif untuk mereduksi ketergantungan pada pasar yang fluktuatif.
Peran BUMP, strategi mitigasi dan pengelolaan
Mitigasi risiko di BUMP dapat dilakukan melalui beberapa langkah strategis. Pertama, membangun cadangan dana untuk menghadapi situasi darurat. Kedua, melakukan diversifikasi usaha agar tidak bergantung pada satu sumber pendapatan. Ketiga, memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi operasional. Keempat, membangun jaringan dengan lembaga keuangan syariah untuk memperkuat akses pembiayaan dan pendampingan manajemen risiko. Tata kelola yang baik (good corporate governance) menjadi syarat mutlak bagi keberlanjutan BUMP. Struktur organisasi harus jelas, dengan pembagian tugas dan wewenang yang tegas. Pembentukan satuan pengawas internal (SPI) juga penting untuk memastikan semua aktivitas usaha berjalan sesuai syariah dan regulasi yang berlaku.
Transparansi dalam pengelolaan keuangan menjadi kunci kepercayaan publik. Setiap laporan keuangan harus dapat diakses oleh pengurus pesantren dan stakeholder terkait. Dengan demikian, potensi penyimpangan atau kecurangan dapat diminimalkan, dan kepercayaan masyarakat terhadap BUMP tetap terjaga.
Dalam perspektif ekonomi makro, keberhasilan BUMP dalam mengelola risiko akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. BUMP yang sehat dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan perputaran uang di masyarakat, dan mendorong pertumbuhan usaha mikro dan kecil. Selain itu, BUMP yang tangguh juga mampu bertahan di tengah gejolak ekonomi, sehingga menjadi salah satu pilar ketahanan ekonomi umat. BUMP merupakan ekonomi alternatif bagi kalangan umat salaf sebab pengurus santri bermanhaj salaf, menerapkan sistem pengelolaan yang sesuai syariah, produk yang dijual sesuai dengan syariah dan kesepakatan anggota serta pasar calon anggotanya pun juga jelas. BUMP di pondok pesantren salaf memiliki peran strategis dalam membangun ketahanan ekonomi umat di tengah krisis dan disrupsi. Kunci utamanya adalah penerapan manajemen risiko syariah yang profesional, tata kelola yang baik, serta transparansi dalam pengelolaan keuangan. Dengan langkah-langkah ini, BUMP tidak hanya mampu bertahan di tengah tantangan, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi umat yang berkelanjutan dan kompatibel dengan kondisi zaman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.