Mengapa Otak Tak Merasakan Sakit Meski Jadi Pusat Nyeri? Ini Penjelasannya
Info Sehat | 2025-06-09 21:02:09
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana dokter bisa melakukan operasi otak sementara pasien tetap sadar? Jawabannya mungkin mengejutkan: otak manusia tidak memiliki saraf nyeri. Namun, bagaimana mungkin organ yang menjadi pusat kendali rasa sakit itu sendiri tidak bisa merasakan sakit?
Berdasarkan literatur neurologi, jaringan otak tidak memiliki nociceptor yaitu reseptor saraf yang mendeteksi rasa sakit. Artinya, otak sebenarnya tidak bisa merasakan nyeri meskipun berperan sebagai pusat pemrosesan semua sensasi, termasuk rasa sakit dari tubuh. Karena itulah, dalam beberapa operasi bedah saraf, pasien dapat tetap dalam keadaan sadar. Prosedur ini dikenal sebagai awake craniotomy dan dilakukan untuk memantau fungsi penting otak seperti kemampuan berbicara atau menggerakkan tubuh selama pembedahan.
Walau jaringan otak itu sendiri tidak memiliki kemampuan untuk merasakan nyeri, struktur di sekitarnya justru sangat sensitif. Bagian seperti selaput otak (meninges), pembuluh darah, serta sejumlah saraf kranial mengandung reseptor nyeri yang aktif. Ketika terjadi iritasi, peradangan, atau tekanan pada struktur-struktur ini, otak akan menerjemahkannya sebagai rasa sakit. Inilah yang kemudian dirasakan sebagai sakit kepala atau migrain.
Ahli neurologi dari King’s College London, Dr. Peter Goadsby, menjelaskan bahwa migrain tidak disebabkan oleh jaringan otak secara langsung, melainkan oleh aktivitas kimia dan saraf yang terjadi di sekitar pembuluh darah serta meninges otak.
Secara fungsi, otak adalah pusat pemrosesan seluruh informasi sensorik. Rasa sakit dari seluruh tubuh dikirimkan melalui sumsum tulang belakang menuju otak, lalu diproses di bagian bernama korteks somatosensorik. Di sinilah otak menentukan intensitas dan lokasi rasa sakit. Namun, jika stimulus langsung diberikan pada jaringan otak, ia tidak akan “merasakan” apapun karena ketiadaan nociceptor.
Mengapa Sakit Kepala Bisa Terjadi?
Sakit kepala adalah gejala umum yang kerap disalahartikan sebagai “sakit otak”. Padahal, menurut National Institutes of Health (NIH), rasa sakit tersebut umumnya berasal dari peradangan atau ketegangan pada jaringan sekitar otak, bukan otaknya itu sendiri. Faktor seperti stres, kurang tidur, dehidrasi, dan gangguan pembuluh darah bisa menyebabkan sinyal nyeri dikirim ke otak, meskipun sumbernya bukan dari jaringan otak langsung.
Menjaga Kesehatan Otak dan Saraf
Meski otak tak merasakan sakit, bukan berarti ia tak bisa rusak atau terganggu. Cedera otak traumatis, stroke, dan infeksi otak bisa berdampak besar pada fungsi tubuh. Oleh karena itu, menjaga kesehatan otak sama pentingnya dengan menjaga organ lain. Kebiasaan sederhana seperti tidur cukup, mengelola stres, berolahraga, dan menjaga pola makan bisa menjadi kunci penting untuk kesehatan sistem saraf.
Referensi
1. Goadsby, P. J., Holland, P. R., Martins-Oliveira, M., Hoffmann, J., Schankin, C., & Akerman, S. (2017). Pathophysiology of migraine: A disorder of sensory processing. The New England Journal of Medicine, 377(6).
2. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. (2023). Brain Basics: Understanding Pain. National Institutes of Health.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
