Pengaruh Tontonan Platfom YouTube pada Anak Dibawah Usia 2 Tahun
Eduaksi | 2025-06-09 19:22:54Pendahuluan
Perkembangan anak di bawah usia dua tahun sangat penting untuk membangun kemampuan bahasa, kognitif, dan sosial. Meskipun YouTube belum secara resmi ditujukan untuk usia ini, ia menjadi salah satu media tontonan utama seiring perkembangan teknologi. Bayi berusia antara 18 dan 24 bulan disarankan oleh WHO dan AAP untuk menghindari menonton layar kecuali video obrolan langsung dengan orang lain. Berdasarkan penelitian enam jurnal yang dipublikasikan sejak tahun 2020, artikel ini menyelidiki efek positif dan negatif tontonan YouTube terhadap anak di bawah dua tahun.
1. Perkembangan Kosa Kata dan Bahasa
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa video YouTube dapat menjadi alat pembelajaran baru bagi anak usia sangat dini:
· Cahyani & Rasna (2020) menemukan bahwa menonton saluran seperti BabyBus membantu anak usia dua tahun belajar berbicara, terutama menambah kosa kata baru.
· Sudirman (2020) menemukan bahwa menonton Kinderflix dapat membantu anak berusia dua tahun dan dua bulan belajar setidaknya dua puluh lima kata.
Ini menunjukkan bahwa menontonnya dapat membantu perkembangan bahasa mereka.
2. Konten dan Kualitas Pendidikan.
Analisis konten YouTube yang ditonton oleh anak-anak di bawah usia tiga tahun menunjukkan bahwa ada risiko konten yang tidak sesuai usia: hanya 19% video yang ditonton sesuai usia, 27% mengandung kekerasan, dan 48% konsumtif. Konten dengan pacing cepat, seperti game atau klip animasi dinamis, dikaitkan dengan kekerasan dan tempo tinggi, yang sulit dipahami dan menyebabkan overstimulasi.
Dengan demikian, anak-anak dapat terekspos pada konten yang tidak mendukung perkembangan jika orang tua tidak memilih.
WHO menekankan bahwa anak di bawah dua tahun hanya boleh menonton video edukatif dengan bantuan orang dewasa.
3. Dampak pada Neurodevelopment dan Kognisi.
Terlalu banyak waktu layar pada usia dini dapat memiliki efek serius. Menurut Wikipedia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah yang menonton TV selama lebih dari dua jam setiap hari memiliki risiko 1,5–2,4 kali lebih besar mengalami gangguan bicara dan 1,96 kali lebih besar mengalami kesulitan belajar. Selain itu, paparan TV selama lebih dari tiga jam setiap hari pada balita berusia 24 hingga 30 bulan berkorelasi dengan keterlambatan bahasa dan skor kesiapan sekolah yang lebih rendah.
Selain overstimulasi dan kurangnya interaksi tatap muka, ada mekanisme yang mengurangi perkembangan konektivitas otak.
4. Risiko Overstimulasi Sensorial dan Visual.
Konten yang cepat, lompatan visual, dan musik dinamis yang sering ditampilkan di YouTube dapat menyebabkan overstimulasi.
Studi Sutowo (2024) menemukan bahwa menonton video bayi sering menyebabkan anak sulit fokus dan membutuhkan dorongan lebih kuat untuk tertarik kembali.
Ini menunjukkan kemungkinan gangguan sensorik yang terjadi ketika pandangan tidak dikontrol.
5. Peran Orang Tua dalam Memilih dan Memberikan Bimbingan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua sangat penting untuk keberhasilan tontonan edukatif:
· Hidayati & Fitroh (2024) menemukan bahwa jika orang tua aktif menjelaskan di YouTube, persepsi positif orang tua terhadap anak-anak dikaitkan dengan peningkatan pengenalan kosakata anak-anak, dengan skor persepsi orang tua 3,48 dan observasi kemampuan anak 2,45 (skala 1–5).
· Khairunnisa et al. menemukan bahwa meskipun orang tua sering menggunakan YouTube (rata-rata orang tua harus melakukan tiga hal berikut:
1. Memilih konten berkualitas tinggi (misalnya, channel edukatif dengan audio sederhana dan visual lambat),
2. Menonton bersama anak (co-viewing), dan
3. Mengarahkan diskusi setelah menonton untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dunia nyata.
6. Saran dan Pedoman Praktis.
Pedoman praktis berikut didasarkan pada hasil pendidikan:
· Waktu menonton: Sesuai WHO/AAP, tidak lebih dari 1 jam per hari untuk usia 2 hingga 5 tahun dan hindari layar untuk anak di bawah 18 bulan.
· Kualitas konten: Pilih channel edukatif dengan pacing lambat, visual sederhana, kosakata jelas, dan tanpa iklan atau kekerasan.
· Pendampingan aktif: Orang tua menjelaskan, memberi konteks, dan mengaitkan tontonan dengan kehidupan sehari-hari; ini penting terutama untuk anak
Kesimpulan
Dengan pendampingan orang tua dan konten yang tepat, YouTube dapat membantu perkembangan bahasa dan kognitif awal anak di bawah dua tahun. Namun, banyak tontonan yang tidak sesuai usia dan berbahaya jika dilakukan tanpa pengawasan. Tontonan menjadi lebih dari sekadar hiburan. Intervensi orang tua, seperti memilih, berbicara, dan memutuskan, memainkan peran penting dalam mengajar.
Referensi
1. Mastanora (2020). Dampak Tontonan Video YouTube Pada Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini .
2. Sudirman (2020). Pengaruh YouTube terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Umur 2 Tahun.
3. Cahyani & Rasna (2020). Pengaruh Media YouTube “BabyBus” terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia 2 Tahun.
4. Purwadi dkk. (2023). Hubungan Intensitas Penggunaan YouTube dengan Speech Delay Anak 2–6 Tahun.
5. Common Sense Media & PubMed (2023). YouTube for infants & toddlers: kualitas konten.
6. Hidayati & Fitroh (2024). Persepsi Orangtua terhadap YouTube Kids sebagai Stimulasi Penambahan Kosakata
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
