Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faeyza Zufar Dzakwan

Makna Toleransi dan Kebersamaan di Hari Raya Kurban

Agama | 2025-06-04 12:42:39
foto ilustrasi hewan kurban (dok.canva)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Halo teman-teman semua! Namaku Faeyza, aku sekarang kelas 5 di SDN Cikampek Selatan II. Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Raya Idul Adha, atau yang sering kita sebut Hari Raya Kurban. Aku senang sekali! Selain libur sekolah, di hari itu kita bisa berkumpul bersama keluarga, makan hidangan enak, dan yang paling penting, belajar banyak hal baik.

Hari Raya Kurban: Bukan Sekadar Potong Hewan

Mungkin di antara kalian ada yang berpikir, Hari Raya Kurban itu cuma tentang memotong hewan kurban, terus dagingnya dibagikan. Memang tidak salah, itu bagian pentingnya. Tapi, kalau kita mau belajar lebih dalam, makna Hari Raya Kurban itu jauh lebih luas dan mendalam.

Aku pernah bertanya kepada Bapak dan Ibu Guruku, juga kepada orang tuaku, "Mengapa kita harus berkurban?" Mereka menjelaskan, berkurban itu adalah ibadah yang mengajarkan kita banyak hal. Pertama, mengajarkan kita untuk bersyukur kepada Allah SWT atas semua rezeki yang sudah diberikan. Kedua, mengajarkan kita untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan mereka yang kurang mampu.

Coba bayangkan, daging kurban yang kita dapatkan itu akan sampai ke rumah-rumah orang yang mungkin jarang makan daging. Rasanya pasti senang sekali, ya kan? Itu artinya, dengan berkurban, kita bisa membuat orang lain tersenyum bahagia.

Toleransi: Menghargai Perbedaan di Hari yang Sama

Di Indonesia ini, kita punya banyak sekali perbedaan. Ada yang agamanya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu. Ada yang sukunya Jawa, Sunda, Batak, Minang, Papua, dan banyak lagi. Kita juga punya kebiasaan dan budaya yang berbeda-beda. Tapi, tahukah kalian? Justru karena perbedaan inilah, kita jadi kaya dan indah.

Di Hari Raya Kurban nanti, mungkin ada teman kita yang beragama lain tidak ikut merayakan. Mungkin mereka punya perayaan sendiri, atau mungkin mereka hanya melihat kita merayakan. Nah, di sinilah peran toleransi sangat penting.

Toleransi itu artinya menghargai perbedaan. Kita harus menghargai teman-teman kita yang tidak merayakan Idul Adha. Kita tidak boleh mengejek, mengganggu, atau bahkan memaksa mereka untuk ikut-ikutan. Justru, kita bisa menunjukkan kebaikan Islam dengan bersikap ramah, berbagi kebahagiaan, dan menjelaskan dengan sopan tentang apa itu Hari Raya Kurban jika mereka bertanya.

Contoh sederhananya, kalau ada temanmu yang beragama Kristen main ke rumah pas kita lagi makan sate kurban, jangan kita pamer-pamer dan bilang, "Enak banget nih, kamu nggak bisa makan!" Itu tidak baik. Lebih baik, kita ajak mereka duduk bersama, tawarkan minuman, atau cerita hal-hal yang menyenangkan lainnya. Kita tunjukkan bahwa meskipun berbeda agama, kita tetap bisa berteman dan hidup rukun.

Toleransi itu juga bisa berarti menghargai perbedaan pendapat. Misalnya, saat membahas bagaimana daging kurban akan dibagikan, mungkin ada beberapa ide. Kita harus saling mendengarkan dan mencoba mencari solusi terbaik bersama-sama. Tidak boleh egois dan merasa ide kita paling benar sendiri.

Kebersamaan: Kekuatan di Balik Perbedaan

Selain toleransi, ada satu lagi kata yang sangat penting di Hari Raya Kurban, yaitu kebersamaan. Coba kalian perhatikan, saat panitia kurban bekerja, ada banyak sekali orang yang ikut membantu. Ada yang menyembelih, ada yang menguliti, ada yang memotong-motong daging, ada yang menimbang, dan ada yang membungkus. Semua bekerja sama, bahu-membahu.

Bahkan di kampungku, Bapak-bapak dan Ibu-ibu RT, remaja masjid, dan juga para pemuda, semuanya ikut membantu. Ada yang menyiapkan tempat, ada yang memasak untuk para pekerja, ada yang menjaga keamanan. Semua bergerak bersama demi satu tujuan: agar proses kurban berjalan lancar dan dagingnya bisa sampai ke tangan yang berhak.

Nah, ini adalah contoh kebersamaan yang sangat luar biasa. Kebersamaan itu artinya bersatu dalam melakukan sesuatu, meskipun kita punya peran yang berbeda-beda. Ibaratnya, kalau ada sapu lidi, satu lidi saja mungkin gampang patah. Tapi kalau banyak lidi disatukan jadi sapu, dia bisa menyapu kotoran yang banyak. Begitu juga dengan kita. Kalau kita bekerja sendiri-sendiri, mungkin hasilnya tidak maksimal. Tapi kalau kita bersatu, bergotong royong, hasilnya pasti lebih baik dan lebih banyak manfaatnya.

Di Hari Raya Kurban, kebersamaan juga terlihat saat kita shalat Idul Adha berjamaah di lapangan atau di masjid. Semua orang berkumpul, tua dan muda, kaya dan sederhana, semuanya sama-sama menghadap kiblat, mendengarkan khutbah. Ini menunjukkan bahwa di hadapan Allah, kita semua sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Pelajaran untuk Kehidupan Sehari-hari

Dari Hari Raya Kurban ini, aku belajar banyak hal. Aku belajar tentang pentingnya berbagi, tentang rasa syukur, tentang toleransi, dan tentang kebersamaan. Pelajaran-pelajaran ini tidak hanya berlaku saat Hari Raya Kurban saja, tapi harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kita harus selalu bersikap toleran kepada teman-teman yang berbeda agama, suku, atau pendapat. Kita harus menghargai mereka. Kita juga harus selalu menjaga kebersamaan, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan tempat tinggal kita. Kalau ada teman yang kesulitan, kita bantu. Kalau ada tugas kelompok, kita kerjakan bersama-sama.

Dengan begitu, lingkungan di sekitar kita akan menjadi damai, nyaman, dan penuh kebaikan. Tidak ada lagi pertengkaran, tidak ada lagi saling mengejek, yang ada hanyalah senyum, tawa, dan persahabatan.

Semoga di Hari Raya Kurban nanti, kita semua bisa mendapatkan berkah dan kebaikan. Dan semoga kita semua bisa menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah, yang selalu menerapkan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan dalam hidup kita.

Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Terima kasih sudah membaca tulisanku ini. Sampai jumpa di lain kesempatan!

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam dari Faeyza, murid kelas 5 SDN Cikampek Selatan II.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image