Pencarian Identitas dan Konflik Diri: Novel Namaku Hiroko Karya Nh. Dini
Pendidikan dan Literasi | 2025-06-03 20:19:42
Dalam novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini, pembaca diajak untuk memahami perjalanan batin seorang wanita bernama Hiroko yang berusaha menemukan jati dirinya di tengah berbagai konflik keluarga, masyarakat, dan tantangan pribadi. Tema pencarian identitas diri ini menjadi inti cerita, terutama ketika seorang perempuan berhadapan dengan tekanan sosial, tradisi, dan peran yang diharapkan. Untuk menggali lebih dalam bagaimana Hiroko menghadapi proses tersebut, kita bisa menggunakan teori psikologi Abraham Maslow, khususnya mengenai hierarki kebutuhan manusia, yang menjelaskan bagaimana individu bergerak melalui berbagai tahapan untuk mencapai pemenuhan diri dan aktualisasi.
1. Kebutuhan Fisiologis
Maslow memulai hierarkinya dengan kebutuhan fisiologis, yang mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Dalam novel ini, meskipun Hiroko berasal dari keluarga yang cukup mapan, kebutuhan dasar tetap memengaruhi hidupnya. Walaupun fokus cerita lebih pada perjuangan batin Hiroko, kebutuhan fisik dan material tetap menjadi faktor penting dalam kelangsungan hidupnya. Kehidupan yang stabil baik secara fisik maupun emosional memungkinkan Hiroko untuk terus maju menuju tahapan berikutnya dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
2. Kebutuhan Keamanan
Setelah kebutuhan fisiologis tercapai, tahap selanjutnya adalah kebutuhan akan rasa aman. Dalam konteks ini, keamanan bisa mencakup aspek fisik, emosional, dan finansial. Hiroko menghadapi ketidakamanan yang muncul dari hubungan keluarganya serta ekspektasi masyarakat terhadap dirinya sebagai seorang perempuan. Ketegangan dalam keluarganya sering kali membuatnya merasa terjebak dalam peran-peran yang dituntut oleh tradisi, sehingga ia harus berjuang mencari rasa aman dalam dirinya.
3. Kebutuhan Sosial
Tahap berikutnya dalam hierarki Maslow adalah kebutuhan sosial, yang melibatkan rasa cinta, persahabatan, dan penerimaan dari orang lain. Hiroko berusaha untuk diterima dalam berbagai hubungan sosial, baik dalam keluarga, teman-teman, maupun masyarakat yang lebih luas. Namun, hubungan ini sering kali penuh dengan ketegangan, di mana Hiroko merasa tidak dihargai atau bahkan terpinggirkan. Hal ini semakin memperumit pencarian identitasnya, karena rasa diterima menjadi sangat penting dalam proses tersebut.
4. Kebutuhan Penghargaan
Pada tahap ini, individu berusaha untuk dihargai dan diakui oleh orang lain. Hiroko, yang berjuang melawan ekspektasi masyarakat yang patriarkal, tidak hanya ingin memenuhi peran yang diharapkan darinya, tetapi juga mencari pengakuan untuk dirinya sendiri. Dalam cerita ini, pencarian penghargaan tercermin dalam usaha Hiroko untuk mandiri dan memperlihatkan kemampuan dirinya. Meskipun begitu, ia sering merasa tidak mendapatkan pengakuan yang setimpal atas usaha dan pengorbanannya, yang menambah konflik internal dalam dirinya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah puncak dalam hierarki Maslow, di mana individu berusaha mencapai potensi penuh mereka, menjadi diri sejati, dan menemukan makna hidup. Dalam novel ini, pencarian aktualisasi diri oleh Hiroko sangat mencolok. Ia berusaha menemukan jati dirinya di tengah berbagai peran yang membelenggunya. Konflik internal yang ia alami menggambarkan perjuangannya untuk memahami siapa dirinya yang sesungguhnya dan bagaimana ia bisa mencapai kedamaian batin.
Aktualisasi diri bagi Hiroko bukan hanya tentang mencapai tujuan atau ambisi pribadi, tetapi lebih tentang pemahaman dan penerimaan diri yang lebih dalam. Proses ini penuh dengan tantangan, baik dari dalam dirinya maupun dari faktor eksternal, yang menguji kemampuannya untuk mencapai kedamaian sejati.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
