Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Kasus Asma Meningkat: 12 Juta Orang di Indonesia Terkena, Ini Penjelasan Lengkapnya

Info Sehat | 2025-06-03 13:42:20
https://images.app.goo.gl/9PCc5A8z7D7xQ6SKA

Asma merupakan penyakit kronis pada sistem pernapasan yang ditandai oleh peradangan pada saluran napas, terutama bronkiolus, yang menyebabkan penyempitan jalan napas, peningkatan produksi lendir, dan hiperresponsif terhadap rangsangan tertentu. Akibatnya, penderita asma sering mengalami kesulitan bernapas, batuk, napas berbunyi (mengi), dan sesak dada. Secara fisiologis, rasa sesak ini muncul karena otot-otot di sekitar saluran napas mengencang (bronkokonstriksi), dinding saluran mengalami pembengkakan karena peradangan, dan lendir yang berlebihan menyumbat jalur udara.

Penyebab asma bersifat multifaktorial, melibatkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan asma atau alergi lebih berisiko mengembangkan penyakit ini. Selain itu, paparan alergen seperti debu rumah, bulu hewan, serbuk sari, dan jamur juga dapat memicu serangan. Faktor lingkungan lain yang berperan adalah polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, udara dingin, stres, hingga aktivitas fisik berat. Pada beberapa orang, kombinasi pemicu tersebut menyebabkan reaksi berlebihan dari sistem imun, yang kemudian memperparah inflamasi di saluran napas.

Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), jumlah penderita asma di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 12 juta orang, atau sekitar 4,5% dari populasi. Sementara itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mencatat prevalensi asma berdasarkan diagnosis medis sebesar 1,6%. Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu 3,5%, disusul Jawa Barat dan Kalimantan Timur masing-masing 2,4%. Sebaliknya, provinsi dengan angka terendah adalah Sumatera Utara (0,5%) dan Papua Pegunungan (0,7%). Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2019 terdapat sekitar 262 juta orang yang hidup dengan asma, dengan lebih dari 455.000 kematian yang terkait dengan penyakit ini.

Gejala asma umumnya bersifat episodik dan dapat bervariasi antar individu. Namun, gejala khas yang paling sering dilaporkan adalah sesak napas, batuk yang menetap terutama di malam atau dini hari, dada terasa berat, dan suara napas yang mengi. Pada anak-anak, asma kadang hanya muncul dalam bentuk batuk kronis tanpa disertai sesak, sehingga sering tidak terdiagnosis. Serangan asma bisa terjadi secara tiba-tiba dan dalam kondisi parah dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.

Dampak asma tidak hanya terbatas pada gangguan fisik, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Penderita asma sering mengalami gangguan tidur, keterbatasan aktivitas sehari-hari, dan penurunan produktivitas belajar atau bekerja. Pada kasus kronis, penderita membutuhkan pengobatan rutin jangka panjang, dan dalam kondisi tertentu bahkan harus mendapatkan penanganan darurat di rumah sakit. Selain itu, asma juga memberikan beban ekonomi terhadap individu dan keluarga karena kebutuhan obat, konsultasi, dan potensi kehilangan produktivitas.

Meski tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, asma dapat dikendalikan dengan pendekatan pengobatan yang tepat. Penanganan medis melibatkan dua jenis terapi utama, yaitu obat pereda cepat (seperti inhaler bronkodilator) yang digunakan saat serangan, dan obat pengontrol harian (seperti kortikosteroid hirup) untuk mengurangi peradangan jangka panjang. Selain itu, penting bagi penderita untuk menghindari faktor pemicu, mengenali tanda-tanda awal serangan, dan mengikuti rencana pengelolaan asma yang disusun bersama tenaga kesehatan. Edukasi bagi pasien dan keluarga, serta pemantauan kondisi secara rutin, menjadi kunci keberhasilan pengendalian asma.

Sumber:

• WHO. Asthma Fact Sheet, 2019

• Survei Kesehatan Indonesia (SKI), Kementerian Kesehatan RI, 2023

• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2023

• Katadata.co.id – Databoks, 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image