Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Giyoto

Libri Sang Pemberani

Guru Menulis | Saturday, 05 Mar 2022, 09:08 WIB

Libri Sang Pemberani

"Cuiiit ... cicit ... cuiit!" pekik Libri sembari terbang statis di atas bunga kaliandra yang bermekaran. Seperti kebanyakan bangsa burung, merekasangat aktif pada siang hari. Libri adalah seekor burung kolibri yang sehari-hari berburu bunga untuk mencari nektarnya. Yup, burung kolibri sangat menyukai nektar bunga. Bahkan burung mini yang berukuran sebesar jari kelinking ini makanan utamanya adalah nektar bunga. Maka tak salah salah lagi, adaptasi pada bagian tubuhnya adalah paruh yang panjang dan runcing hampir mirip mulut penghisap pada kupu-kupu.

"Ayo Caca, kita terbang ke bukit itu!" ajak Libri kepada Caca. Caca adalah teman setia Libri. Sehari-hari mereka selalu bersama-sama mencari nektar bunga. Dua sahabat itu terbang menuju bukit di sebelah barat. Hangatnya mentari pagi menemani perjalanan mereka. Caca mengekor di belakang libri.Pemandangan dari atas saat terbang sangatlah indah.

"Lihat Libri, di bawah sana hamparan sawah dengan padi menguning!" pekik Caca.

Libri menyahut, "Wow, indah sekali!"

"Yuk, Kita mampir dulu ke sana!" lanjut Libri. Libri melihat di pinggir sungai ada hamparan pepohonan berbunga. Bunga-bunga segar membuncah di pinggir sungai. Libri dan Caca bergegas mencari bunga-bunga segar.

"Sebelah sini Caca!" teriak Libri.

Caca menyahut, "Iya, Aku segera ke sana."

Tak lama berselang, rombongan kolibri lain berdatangan. Hari itu benar-benar menyenangkan. Burung-burung mungil itu menghisap madu dari bunag satu ke bunga lainnya. Perjalanan ke bukit di sebelah barat mereka tunda.

"Di sini banyak sekali bunga, perutku sudah penuh!" celoteh Caca.

Libri membalas, "Bunganya juga segar-segar."

"Besok kita ke sini lagi, ya!" tegas Caca.

Libri menjawab, "Ok deh, besok kita ajak teman-teman ke sini."

Keesokan harinya, Libri dan Caca bangun pagi dan bergegas terbang menuju lembah di sisi barat. Kali ini mereka mengajak teman-temannya menjelajah ke bukit barat. Bukit di sebelah barat memang nampak lebih subur, banyak tumbuhan berbunga kesukaan burung kolibri.

"Caca, Kamu paling depan ya," anjur Libri pada Caca.

"Baik Bos, laksanakan!" sahut Caca.

Mereka berbaris menata diri. Caca menjadi penunjuk arah di depan sedangkan Libri menyapu barisan paling belakang. Sesekali Libri terbang ke sisi kanan dan ke kiri mengawal dan mengawasi sekitar. Setelah beberapa saat terbang mereka hampir sampai di bukit barat. Libri mengajak rombongannya istirahat di sebuah pohon tidak terlalu jauh dari bukit.

"Kalian istirahat di sini dulu. Aku akan melihat ke sana," kata Libri pada rombongan. Libri melanjutkan terbang menuju bukit. Dugaan Libri sangat tepat. Di atas bukit tersebut telah berkumpul Kumba dan gerombolan lebah penyengat lainnya. Libri mengamati dengan cermat keadaan bukit berbunga itu. Ia tidak ingin teman-temannya celaka. Ukuran tubuh yang kecil nyaris sama dengan Kumba membuat Libri sangat berhati-hati.

"Hei, Siapa Kamu?" bentak Kumba pada Libri.

Libri menjawab," Aku Libri, kolibri dari lembah."

Kumba semakin keras bicara, "Pergi sana! Di sini bukan tempat kalian!"

Libri menyahut, "Tunggu kawan, bukankah bukit ini terbuka untuk siapa saja?"

"Jadi, siapapun bisa datang dan pergi tanpa ada yang syarat apapun." lanjut Libri.

Keputusan akhirnya Kumba mengadakan perlombaan. Perlombaannya diikuti oleh tim tawon dan tim kolibri. Libri menyanggupi permintaan Kumba.

"Libri, dari pada kita pusing maka kita adakan perlombaan di antara kita. Lombanya balapan terbang dari bukit timur ke bukit barat." jelas Kumba.

"Siapa pun yang kalah harus meninggalkan tempat ini!" lanjut Kumba.

"Baiklah, Aku terima tantanganmu!" jawab Libri.

Pada hari itu juga mereka memilih perwakilan terbaiknya. Libri memimpin tim kolibri sedangkan Kumba pimpin tim tawon. Perlombaan mereka disaksikan oleh seluruh binatang penghuni bukit dan lembah nan indah itu. Setelah aba-aba dimulai, kedua tim itu beradu kecepatan terbang. Kumba melesat jauh dari Libri.

"Kau tidak bisa mengalahkanku Libri!" teriak Kumba dari kejauhan.

Libri menyahut, "Perlombaan belum berakhir teman!"

"Kita akan lihat siapa pemenangnya." lanjut Libri.

Kumba memacu terbang berusaha semakin menjauh dari Libri. Sementara itu Libri mengekor ketat di belakangnya. Sedangkan kawan-kawan tim masing-masing mulai bertumbangan.

"Libri, kau lanjutkan perjuangan ini. Aku sudah tidak kuat!" teriak Caca.

"Tenang Caca, Kau istirahat saja!" ujar Libri.

Tim Kumba pun kini tinggal Kumba. Mereka banyak yang menyerah. Tinggal Kumba sendirian terus terbang sekuat tenaga. Namun, lengan sayap Kumba mulai kelelahan. Ia merasakan kesakitan yang luar biasa.

"Maaf kawan, Aku mendahului ya!" teriak Libri semakin menjauh.

"Aku pasti menang." gumam Kumba.

Hari semakin terik karena mentari semakin meninggi. Libri merasakan tubuhnya mulai lelah.

"Aku tidak boleh menyerah. Harus menang!" ucap Libri.

Kumba semakin jauh di belakang Libri. Namun, Kumba mulai lakukan kecurangan. Ia melewati jalur pintas agar lebih cepat sampai. Libri tanpa menyadari niat jahat Kumba.

"Nguuung..., Kau pasti kalah Libri." ungkap Kumba tiba-tiba muncul di samping Libri.

Libri mencoba memacu dirinya terbang lebih tinggi dan kencang. Kumba pun mengimbangi Libri dengan terbang membumbung. Namun, nahas menimpa Kumba yangg sombong. Tubuhnya terhempas angin kencang dan terbawa jauh meninggalkan Libri yang arahnya berlawanan. Libri tetap tenang dan terus berusaha mempertahankan diri dengan sayap-sayap mungilnya.Tak berapa lama Libri telah sampai di bukit barat. Ia sudah ditunggu teman-temannya.

"Hore, Libri menang!" pekik Caca dan teman-temannya.

Anak buah Kumba tercekat. Serentak mereka diam tak bersuara. Satu persatu terbang menjauh pergi entah kemana. Libri dan teman-temannya dapat menikmati segarnya nektar bunga bukit barat serta pemandangan yang elok rupawan. SELESAI.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image