Mahalnya Shalat Jenazah
Agama | 2022-03-01 14:16:50Ketika masih usia SD jika ada tetangga yang meninggal selalu diidentikkan dengan sesuatu yg menakutkan , alih - alih diajak takziah dan shalat jenazah, malah kadang diberi sawan dari bawang dan daun yang aku lupa namanya yang pasti sangat bau dengan tujuan biar gak sawanen. apalagi di era itu film bergenre horor semacam Suzana atau komik siksa neraka juga membanjiri. Wajar jika ada kematian sama saja munculnya kehororan baru.
Setiap orang Islam yang meninggal di desaku maka sudah pasti akan dishalatkan, menariknya yg ikut menyolatkan dapat amplop dari tuan rumah, tentu ada isinya dong bukan amplop kosong. bahkan saking menggiurkannya ada salah satu warga sebut saja mbah Sonto (bukan nama sebenarnya) ikut - ikutan shalat jenazah, demi mendapatkan amplop tersebut. Padahal dia tidak tau rukun dan syaratnya.
Dia memang punya karakter aneh dan jauh dari ukuran cakap beragama. Santri bukan, ngaji gak bisa apalagi rutin ke masjid, hampir tidak pernah. Aku gak tau apakah sekarang beliau masih kayak gitu ataukah sudah berubah jadi alim.
Pemandangan berbeda ketika belajar di Solo, sudah tidak lagi menemui pemberian amplop untuk yang ikut shalat jenazah. Bahkan ketika ikut takziah ke Klaten di salah satu kampung yg kuat santrinya, Aku terheran - heran. Sebab yang datang hampir semua ikut menyolatkan. Wah berapa banyak kalo diberi amplop ini. Bayangkan jika yang datang 300 orang dan per amplop Rp50.000 maka sudah Rp15.000.000. Betapa mahalnya shalat jenazah.
Akhirnya aku mulai paham, kenapa ada yg memberi amplop, mungkin itu semacam bisarah untuk kyai dan santrinya. Maklum desaku terletak di tengah hutan di lereng gunung Kapur utara. Jadi akses ilmu agama belum merata waktu itu. Jadi yang bisa dan berani menshalatkan jenazah cuma itu - itu saja disamping masih kuatnya budaya kyai santri. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan di Soloraya.
Tapi sayangnya fenomena mahalnya ikut menshalatkan jenazah masih lazim terjadi dimana - mana. Banyak yang datang hanya untuk sekedar menampakkan muka, duduk jagongan saja dan enggan ikut menshalatkan jenazah. Aku berpikir positif, mungkin ada yang belum tau caranya, atau karena bukan fardu ain, jadi cukup beberapa orang saja, yang pasti semoga bukan karena gak ada amplop terus ketika takziah tidak ikut menshalatkan. Semoga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.