Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mr Jadid

CERDAS MENDIDIK DI ERA OMICRON

Guru Menulis | Monday, 28 Feb 2022, 17:46 WIB

Oleh. NURJADID, M.Si

Sejak 9 Maret 2020 sampai detik ini banyak fihak yang khawatir didunia Pendidikan, Kemendikbud khususnya dan masyarakat pada umumnya, mengenai lost generation atau kehilangan generasi, keterputusan generasi, tepatnya keterputusan kecerdasan anak-anak bangsa, namun ada makna ganda sebagai dampak dari covid-19 dengan varian omicron itu sendiri, yakni berkurangnya kecerdasannya dan hilang manusianya karena terpapar, penulis fokus pada menurun intelligence anak dan kemudian sel-sel syarafnya dihancurkan, mengakibatkan mereka menjadi jarang berkomunikasi dengan orang lain, lebih sering berkomunikasi dengan gajet dan stresor lainnya bersifat multi tasking dari sekolah atau keluarga itu sendiri. Lalu bagaimana cara mengembalikan kecerdasan mereka yang hilang, secara biologi individu yang baru berkembang ataupun yang sudah dewasa sekalipun dimusim seperti pandemic saat ini sebaiknya memenuhi asupan gizi seimbang, yang dulu disebut empat sehat lima sempurna. Begitu juga dengan asupan mental. Berdasarkan pakar psikolog dan ilmuwan dari Amerika Serikat yang telah dikembangkan oleh DR. Howard Gardner (1983), ada banyak kecerdasan di sini, dan penulis mencoba untuk mengurai disini, karena dapat mengembalikan dan meningkatkan kompetensi anak yang sedang berkembang;

Pertama, Linguistic Intelligence

Kecerdasan Bahasa, inilah salah satu kecerdasan yang membentuk dan mengarahkan pada pemikiran logis mereka. Dan saat ini sedang popular dan dikenal sebagai sebuah kecerdasan literasi, yang dipopulerkan oleh Mas Menteri pendidikan. Yakni salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan tersebut, sebaiknya orang tua atau guru harus mengajak berbicara atau berdiskusi sesering mungkin, karena akan ada sinyal, ingatan mereka akan pulih secara otomatis, dan tidak lupa harus terpenuhinya gizi seimbang tadi. Langkah selanjutnya kemudian membacakan cerita untuk mereka, bahkan sebelum tidur, imajinasikan seolah -olah anak tersebut digambarkan berperan sebagai seorang dokter, sebagai seorang insinyur, dan lainnya, sehingga dalam alam bawah sadarnya terekam memori yang penuh keoptimisan, atau membacakan cerita seperti novel yang menarik, misalnya Ada anak Namanya Akasya Luqman, dia adalah seorang dokter, Ia menyembuhkan setiap orang yang sakit dan memastikan setiap orang sehat & kuat. Akasya Luqman memeriksa mata, mulut, telinga dan tinggi badan kita dari tahun ketahun. Jadi anak digiring kearah imajinasi positif alam bawah sadarnya, selain itu juga mendengarkan musik atau untuk moslem diperdengarkan murrotal al qur’an.

Kedua, Mathematic Logical Intelligence

Kecerdasan Logika Matematis, atau istilah yang paling terkenal adalah kecerdasan numerasi, yang cenderung kearah penyelesaian masalah (problem solving), lalu bagaimana cara meningkatkannya? sebaiknya menggiring anak untuk lebih banyak membaca konsep, buku matematika, menggunakan benda-benda di sekitarnya untuk mendidik ruang bangunan seperti proses belajar mengajar kontekstual, tidak hanya memenuhi What, Why saja namun How juga atau lebih ke bagaimana anak dengan praktik mampu mengotak-atik dengan kreatifitasnya menjadi konstruksi yang padu pada akhirnya.

Ketiga, Motion or moving intelligence

Motion atau kecerdasan bergerak. Kemampuan mengekspresikan tubuh secara cerdas (ide dan perasaan), berusaha mengenali ruang yang luas, agar dapat bermain dan bergerak dengan bebas, kemudian yang tak kalah pentingnya melibatkan mereka dalam bergerak. Mainkan permainan seperti petak umpet, lompat tali, dan seterusnya, mengapa demikian ? karena semua kegiatan sebagai stimulasi untuk perkembangan mereka, di Eropa bahkan anak diberi ruang dan kebebasan bergerak yang berkebalikan dengan cara memberi stimulus orang Indonesia terhadap anak-anaknya.

Keempat, spatial intelligence

kecerdasan spasial, dimana kecerdasan ini melibatkan imajinatif aktif yang dapat mempersepsikan warna, garis, juga dapat menentukan arah dengan tepat. Ajari mereka; arah, bentuk, teka-teki dan amati, untuk apa? untuk meningkatkan kreativitas mereka, dll.

Kelima, Music intelligence

Kecerdasan musik, tujuannya untuk belajar menguasai kepekaan, menguasai nada, menguasai ritme, tempo, instrumen, ekspresi musik, sehingga seseorang mampu menyanyikan sebuah lagu, memainkan musik dan menikmati musiknya. Cara-cara meningkatkannya adalah mengenalkan alat musik, menyediakan alat musik, mengajarkan not balok dengan cara sederhana, mengenalkan musik sambil bermain, menggambar, memberikan fasilitas kepada anak untuk menunjang prestasinya dan sebagainya.

Keenam, interpersonal intelligence or self-smart

kecerdasan interpersonal atau kecerdasan diri, sebuah kompetensi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya, artinya bagaimana memahami kompetensi yang dimiliki, potensi yang dimiliki, dan bagaimana cara mengaplikasikan ekspresi atau penampilan diri, tepatnya bagaimana mengetahui siapa saya? Melalui hand writing analysis, mengetahui makna coretan -coretan tulisan anak, maka disini sebagai orang tua jaman now sebaiknya sudah saatnya memiliki semacam multi talent, untuk dapat menganalisa tulisan tangan anak, mengetahui tingkat kecenderungan anak dengan 15 indikator, seperti ; tingkat Healthy (Kesehatan), vitality energy (energi vitalitas), point of view for future (pandangan terhadap masa depan), sociality level (tingkat sosialitas) ,motivation level (tingkat motivasi), multi-tasking level (tingkat kemampuan menyelesaikan tugas), IQ (kecerdasan kognitif), EQ (kecerdasan emosi), self-confidence (kepercayaan diri), careful & recall energy (tingkat kehati-hatian dan tingkat ingatan), opening level to the critic (tingkat keterbukaan terhadap kritik), achievement motivation (tingkat motivasi berprestasi).

Ketujuh, Intra Personal,

Kecerdasan ini akan melibatkan, berhubungan dengan orang lain atau cara berinteraksi dengan orang lain. Kadang-kadang kita mengenalnya sebagai keterampilan psikologi sosial, seperti; afektif, moralitas, emosi, hati Nurani.

Sehingga, solusi untuk meningkatkan kecerdasan ganda anak-anak dimusim pandemi ini adalah agar dapat mengekspresikan, mengapresiasi terhadap sesamanya, guru atau orang tua harus saling berkomunikasi dan sesering mungkin, selogis mungkin, hindari bertengkar, dengan istilah lain tidak ada basa-basi di antara kita, ajari mereka bagaimana berempati atau bersimpati kepada orang lain seperti mengatakan istilah -istilah baik seperti; oh maaf ya.., saya turut berbela sungkawa.., setelah itu dibiasakan untuk menghormati orang lain seperti jika beberapa hari kita meminjam uang atau sesuatu kita harus mengembalikannya, dan usahakan mengembalikannya secepat mungkin, untuk apa ? untuk menjaga kepercayaan orang lain, dan terakhir yang paling penting adalah mengajari mereka bagaimana menyelesaikan masalah, seperti yang diketahui bahwa di tingkat Internasional, anak-anak Indonesia kurang mahir dalam pemecahan masalah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image