Bekky, Sang Pendaki Tanpa Kaki
Guru Menulis | 2022-02-27 14:07:04Bekky, Sang Pendaki Tanpa Kaki
oleh: Giyoto
Wuus... wuus... Angin bertiup sepoi-sepoi menggoyangkan daun pepohonan di tepi sungai. Beberapa helai daun tampak gugur berjatuhan tertiup angin. Gemericik air sungai dan batu bergesekan menjadi sebuah irama kehidupan alam yang penuh harmoni. Suasana pagi menjadi saksi geliat makhluk di atas bumi. Di bawah pepohonan rimbun di tepi sungai tampak dua binatang yang berdiam diri. Mereka seolah membatu tak bergerak sedikitpun tak hiraukan hiruk-pikuk di sekitarnya. Mereka adalah Bekky dan Bruni. Dua siput penjelajah yang tak kenal lelah. Ketika banjir semalam, mereka tetap bertahan di atas batu itu hingga pagi.
Bekky bangun terlebih dahulu. Ia perlahan menjulurkan sungutnya keluar dari rumahnya. Berusaha keras merespon setiap gerak di sekitarnya.
"Bruni, ayo bangun!" ajak Bekky.
"Mentari pagi sudah bersinar, teman!" lanjut Bekky.
Sudah menjadi kebiasaan bangsa siput, mereka memilih tempat-tempat yang berair atau setidaknya daerah lembab. Siput dapat bertahan hidup dalam berbagai keadaan. Meski hidup tanpa dikaruniai kaki, namun siput mampu berpindah tempat bahkan memanjat pohon pisang yang tinggi. Lendir yang dihasilkan mampu mempertahankan siput untuk bergerak dan seolah melekat pada medan yang dilalui. Cangkang yang dimiliki siput memungkin mereka dapat tinggal di mana saja dan berlindung dari gangguan di sekitarnya.
Bruni bertanya, "Kita mau mencari makan ke mana hari ini?"
"Kita harus menyeberangi sungai ini agar bisa menemukan makanan." sahut Bekky.
"Kau siap, Bruni?" tanya Bekky.
Bruni menyahut, "Siap. Ayo, jangan tunggu lama-lama!"
Bruni bergegas menceburkan diri ke sungai dan berenang menuju tepi. Bekky pun manyusul Bruni. Mereka berenang menepi sambil mengikuti arus sungai. Terlalu kuat jika harus memotong arus sungai. Mereka kadang timbul, kadang tenggelam. Setelah beberapa saat, mereka mendarat tak berjauhan di tepi sungai.
"Kita akan kemana Bekky?" tanya Bruni.
Bruni menjawab, "Tungu, di sebelah sana ada banyak daun-daun muda kesukaan kita!"
"Yuk, Kita ke sana!" ajak Bekky.
Kedua sahabat itupun perlahan menuju tempat yang ditunjuk Bekky. Siput dapat berjalan dengan kecepatan 0,03 mil/jam atau 1,6 km/jam. Dapat dibayangkan betapa lambat mereka berpindah tempat. Setelah sampai pada tumbuhan yang mereka tuju, Bruni segera menaiki pohon dan menemukan daun-daun muda yang menjadi santapannya.
"Hati-hati Bruni!" teriak Bekky.
Bekky dan Bruni makan dengan lahapnya sampai-sampai pohon yang mereka naiki habis tinggal tulangnya. Tanpa mereka sadari, datanglah sekumpulan siput lain yang sudah mengawasi kedatangan Bekky dan Bruni sejak pagi. Mereka berkumpul di bawah pohon. Siput-siput tersebut ukurannya lebih besar dari Bekky. Bruni merasa takut mengetahui ada siput lain di bawah.
"Hai kisanak, turun kau!" teriak Roky sang pimpinan.
Roki meneriaki Bekky dan Bruni, "Berani sekali masuk tanpa izin di wilayahku!"
"Baik Tuan, Kami akan segera turun." jawab Bekky.
Kedua sahabat itu turun perlahan menemui Roki. Bekky mencoba tetap tenang dan mengajak Bruni.
"Bruni, ayo Kita turun!" ajak Bekky.
Sesampai di bawah, mereka langsung dicecar pertanyaan oleh Roki. Roky sangat marah kepada mereka.
"Maafkan Kami, Tuan." Bekky menghiba. Ia tidak suka ribut. Bekky mengaku salah tidak minta izin.
Permohonan maaf Bekky tidak serta-merta menurunkan amarah Roky. Ia tetap akan memberi hukuman pada Bekky.
"Kamu harus melawan jagoanku dulu kalau mau tinggal di sini!" bentak Roky.
Roky melanjutkan omongannya, "Pohon pisang itu akan menjadi tempat kalian adu kekuatan." Roky menunjuk sebuah pohon pisang yang besar dan tinggi.
"Bila kau dapat mengalahkan Grigi, Kau boleh tinggal di sini!" jelas Roky.
"Namun, bila Kau kalah maka Kau harus pergi dari tempat ini!" lanjut Roky.
Sebenarnya Bekky tidak suka dengan cara-cara seperti itu. Tetapi keadaan ini memaksa Bekky untuk memilih dan pilihan Bekky adalah menerima tantangan Roky. Grigi adalah siput besar dan beberapa kali menjadi juara lomba lari antar kelompok siput serta menjadi tangan kanan Roky.
***
Pertandingan pun dimulai, Bekky dan Grigi sudah bersiap di pangkal batang pohon pisang. Pertandingan tersebut disaksikan semua siput di tepi sungai itu.
Bruni memberi semangat, "Aku yakin Kau pasti bisa!"
"Kalahkan siput sombong itu!" lanjut Bruni
Bekky menjawab, "Aku akan berusaha, Kawan!"
"Satu... Dua... Tiiga." aba-aba pertandingan panjat pohon pisang dimulai. Grigi bergerak lebih cepat menaiki pohon. Badannya yang besar tidak menghalangi pergerakannya. Bekky yang tertingal beberapa sentimeter, terus mengejar. Sorak-sorai para siput di bawah menambah semangat kedua semakin membara. Kini Bekky memimpin di atas Grigi.
"Kau tidak akan menang siput lembek!" teriak Grigi mendahului Bekky.
Sampai pada pertengahan batang, Bekky tertinggal lumayan jauh. Angin bertiup kencang saat itu. Ia sangat hati-hati karena selain licin, batang pisang nampak sobek-sobek dan bergelombang. Teriakan penonton semakin riuh. Grigi sangat bersemangat. Ia tak hiraukan keadaan pohon pisang bagian atas. Di benaknya hanya ada kemenangan. Ia sampai saat ini belum ada yang mengalahkan. Setiap kali lomba, selalu menjadi pemenang. Tanpa Grigi sadari, Bekky sudah tinggal beberapa senti di belakangnya. Puncak pohon pisang pun tinggal sedikit lagi sampai.
"Maaf Grigi, Aku sebenarnya tidak suka cara seperti ini." teriak Bekky sambil mendahului Grigi.
Saat bersamaan, Grigi terkejut dan ia berusaha menghalangi Bekky. Namun, ia tidak menyadari bahwa ada celah yang lebar di antara Bekky dan Grigi. Seketika itu pula, Grigi terlepas dari pegangannya. Tubuhnya yang besar menyenggol Bekky. Bekky sempat terpeleset beberapa senti. Namun, Bekky tetap bisa bertahan dan tidak jatuh. Malang sudah nasib Grigi, ia terpelanting jatuh.
"Maafkan Aku Bekky!" teriak Grigi.
Bekky melanjutkan pendakiannya. Ia tetap fokus karena rintangan di depannya cukup besar.
"Kau hebat Bekky!" teriak Bruni di bawah.
Pertandingan itupun akhirnya dimenangkan oleh Bekky. Roki menerima Bekky untuk masuk ke wilayahnya. Sementara itu, Grigi mengalami cedera berat. Cangkangnya retak dan beberapa bagian tubuhnya terluka.
"Kau luar biasa kawan!" bisik Grigi saat Bekky menghampirinya.
"Kita bersaudara Grigi" jawab Bekky.
***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.