Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Al Mahfud

Kurikulum Merdeka: Sebuah Tawaran, Sebuah Harapan

Eduaksi | Thursday, 24 Feb 2022, 09:49 WIB

Di tengah persoalan krisis pembelajaran di Indonesia, Kemdikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima Belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kurikulum Merdeka menjadi alternatif untuk bisa mengatasi berbagai persoalan pembelajaran selama ini.

Struktur kurikulum selama ini dirasa kaku dan materi terlalu padat. Siswa kesulitan memahami materi secara lebih mendalam karena terlalu banyak. Kurikulum Merdeka menawarkan model yang lebih fleksibel, sederhana, dan berfokus pada materi esensial. Kurikulum ini juga memberi keleluasaan guru unuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakter anak didik.

Di samping itu, dalam Kurikulum Merdeka, capaian pembelajaran diatur per fase, bukan per tahun. Diharapkan, guru tidak lagi dibelenggu dengan target Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), namun bagaimana lebih menghargai proses perkembangan dan capaian anak didik di tiap fase.

Melihat model Kurikulum Merdeka, terlihat ada semangat membuat terobosan untuk mengatasi hambatan atau persoalan pembelajaran di Indonesia selama ini. Guru didorong agar lebih merdeka dan leluasa merancang pembelajaran yang sesuai karakter anak didik, serta membuat anak didik lebih antusias dalam belajar dan mengembangkan potensi sesuai minat dan bakatnya.

Hal tersebut seperti diungkapkan Zulfikri Anas, Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP dalam Silaturrahmi Merdeka Belajar di channel YouTube Kemendikbud RI, pada Kamis 17 Februari 2022. "Kita dorong sekolah menemukan cara khas mereka, sebab mereka yang tahu karakternya. kami akan berikan kaidah-kaidah yang bersifat prinsipil dan esensial. Selebihnya, itu menjadi ruang untuk berkreasi," katanya.

Kurikulum Merdeka dapat disebut “tawaran” karena mulai tahun 2022 ini Kemdikbudristek memberikan kebebasan bagi sekolah untuk menentukan kurikulum yang dipilih. Apakah akan tetap menerapkan Kurikulum 2013 secara penuh, atau menerapkan Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), atau memilih Kurikulum Merdeka.

Tiap satuan pendidikan juga bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara bertahap, sesuai kesiapan masing-masing. Sebab bagaimanapun, perubahan ini membutuhkan proses. Sudah ada 2.500 satuan pendidikan di tahun 2021 yang telah menerapkan kurikulum prototipe yang menjadi cikal bakal Kurikulum Merdeka ini.

Di kurikulum prototipe tersebut, sekolah leluasa lebih banyak memberi pembelajaran berbasis proyek. Proyek-proyek disesuaikan dengan kegemaran dan minat, sehingga anak didik lebih aktif dan antusias. Proyek-proyek tersebut bisa mengasah berbagai karakter positif anak didik melalui pengalaman langsung (experiental learning).

Memulai suatu perubahan memang butuh keberanian, komitmen, dan sinergi dari berbagai pihak. Baik itu, guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan, bahkan juga Pemerintah Daerah. Namun, apabila kita menyimak cerita dan pengalaman dari para guru yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka ini, ada suatu harapan yang tumbuh.

Hal tersebut misalnya diungkapkan Joko Prasetyo, Guru SMP Negeri 2 Temanggung. Ia memberi respon positif setelah menerapkan Kurikulum Merdeka. Menurutnya, dulu guru terbelenggu KKM, sedangkan di Kurikulum Merdeka, ia merasa guru menjadi lebih menghargai proses dan pencapaian siswa dalam belajar.

Selain itu, Joko Prasetyo juga merasakan Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dan mendorong guru lebih kreatif. “Guru lebih fleksibel untuk berkreasi dalam mengajar semaksimal mungkin,” katanya dalam Silaturrahmi Merdeka Belajar yang disiarkan di YouTube Kemendikbud RI, Kamis 17 Februari 2022.

Hal yang sama juga dirasakan Stevani Anggia Putri, guru di SD Negeri 05 Sekupang, Batam. Ia merasakan Kurikulum Merdeka membantunya mengenal lebih jauh setiap karakter siswa, terutama tentang minat, bakat, kebutuhan dan kemampuannya. “Asesmen pembelajaran cukup efektif membantu saya memetakan kebutuhan siswa. Saya sebagai guru dapat menyusun metode serta strategi pembelajaran sesuai minat dan profil siswa,” kata Anggia dalam acara yang sama.

Platform Merdeka Mengajar

Guna menunjang penerapan Kurikulum Merdeka, Kemdikbudristek juga meluncurkan Platform Merdeka Mengajar. Merdeka Mengajar adalah platform edukasi yang bisa menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila.

Melalui Platform Merdeka Mengajar, guru akan mendapatkan informasi, referensi, inspirasi penerapan Kurikulum Merdeka. Dengan begitu, para guru bisa belajar, mencari materi, perangkat ajar, melakukan asesmen, inspirasi praktik baik metode mengajar yang menyenangkan, saling berbagi pengalaman, berkarya, hingga mengikuti pelatihan daring untuk mengembangkan kemampuan.

Dengan berbagai fitur dan fasilitas yang ada dalam Platform Merdeka Mengajar, guru memiliki media yang cukup lengkap yang bisa membantu dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Tentu, karena ini platform online, agar guru bisa mengakses dengan baik maka harus ditunjang dengan jaringan internet yang memadai.

Kurikulum Merdeka menawarkan sesuatu yang baru untuk mengatasi berbagai persoalan pembelajaran di Indonesia selama ini. Kurikulum Merdeka apabila bisa diimplementasikan dengan maksimal bisa menjadi pendorong lahirnya era baru dunia pembelajaran yang lebih interaktif, bermakna, mendalam, dan menyenangkan bagi anak didik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image