Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zainab Al-Muhdar

DARURAT! Media Massa : Dampak Buruk dan Berhati-hatilah dalam Curhat di Dalamnya!

Curhat | Thursday, 24 Feb 2022, 05:01 WIB
Ilustrasi bermain media sosial (Foto : republika.co.id)

Media diciptakan untuk sarana berkomunikasi antara komunikator (pengirim pesan) dan penerima pesan (komunikan). Media sendiri memiliki beragam bentuk dan salah satu bentuk media yang saat ini kita gunakan yaitu media sosial. Sejatinya media sosial ini merupakan wadah untuk menghubungkan kita semua kepada orang lain bahkan hingga di seluruh dunia. Instagram, Whatsapp, Twitter, Facebook,Tiktok, Youtube dan lain sebagainya. Media tersebut merupakan produk teknologi masa kini yang memiliki multi fungsi yang kini menjadi ajang memamerkan sesuatu sehingga media massa bersifat lintas batas. Bayangkan jika saat ini dengan mudahnya kita dapat berkomunikasi dengan orang yang tinggal di belahan bumi lainnya bahkan kendala bahasa dapat teratasi dengan adanya fitur terjemah otomatis. Selanjutnya, di masa pandemi ini semua aktivitas terutama aktivitas perdagangan beralih menjadi bisnis secara daring dan cukup menjanjikan. Reseller dan Dropshipper menjadi bisnis yang paling banyak digandrungi oleh masyarakat kita terutama imbas dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di masa saat ini. Bahkan, Tiktok juga menjadi media sosial yang berjaya pada saat inii terlebih fitur tiktok bisnis yang memudakan kita untuk berbelanja secara daring layaknya aplikasi e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan lain sebagainya. Disamping hal-hal berikut, seluruh masyarakat terutama kaum milenial berbondong-bondong untuk membuat konten di Youtube, Instagram, Tiktok dan lain sebagainya baik yang bersifat mendidik maupun mempertontonkan kehidupan pribadi mereka yang pada kenyataannya berbanding terbalik dengan kehidupan asli mereka.

Perkembangan media sosial yang cukup pesat ini disamping membawa manfaat juga membawa keburukan bagi seluruh penggunanya. Jika seringkali kita mendengar kata-kata mutiara “Mulutmu Harimaumu” kini tangan yang menjadi media perantara dalam komunikasi teknologi pada masa sekarang ini. Tak jarang media sosial pada kenyataannya menjadi ajang pelampiasan atau curhat terkait masalah pribadi yang tidak hanya dialami oleh seluruh masyarakat di dunia. Hal ini seakan-akan menjadi pembenaran secara tidak langsung karena apa yang terjadi saat ini memang demikian, bahkan kerap kali kita menjumpai tokoh-tokoh ternama yang konten media sosialnya sangat bagus namun terdapat ucapan yang tergolong buruk namun di kalangan kita hal tersebut sudah biasa dan mempermasalahkan tindakannya tersebut dianggap hal yang aneh dan gila.

Media sosial yang lintas batas ini memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk berekspresi bahkan berekspresi di luar batas normal juga dianggap sebagai suatu kewajaran yang seharusnya hal tersebut menjadi kehati-hatian bagi para penggunanya dalam mempostingapapun di media sosial. Cerita pribadi merupakan salah satu dari postingan yang cukup berbahaya karena dapat menimbulkan kesalahpahaman di mata orang-orang yang menyaksikan tersebut, jejak digital mungkin hilang di kita namun dari pusat data kemungkinan masih tersimpan bahkan mudah dilacak dan dapat dijadikan kekuatan oleh musuh kita untuk menjatuhkan kita. Bahkan, dalam dunia kerja pun akan memberikan penilaian buruk bagi HRD untuk merekrut calon kandidat tersebut meskipun ia memiliki potensi yang tinggi serta banyak sekali dampak buruk yang membuat kita harus lebih berhati-hati dalam menulis cerita pribadi kita.

Sebagai umat Islam maupun umat beragama, kehati-hatian dalam memposting sesuatu di media sosial menjadi hal fundamental yang harus ditanamkan di dalam diri setiap insan karena dahsyatnya efek media sosial memberikan tekanan terhadap stabilitas otak kita, emosional kita yang membuat kita menjadi anti sosial, agresif bahkan menggangu produktivitas kita dalam beribadah, bekerja dan lain sebagainya karena sejatinya media sosial ini diciptakan untuk menjajah seluruh manusia di dunia dan mengakibatkan mereka terperangkap dengan teknologi tersebut. Salah satu kasus akibat kecanduan gawai yang dirilis oleh news.detik.com pada 21 Maret 2021 silam dialami oleh Raden Tri Sakti berusia 12 tahun akibat kecanduan gawai yang mengakibatkan kematian. Kasus ini terjadi di Subang, Jawa Barat akibat kecanduan game daring yang seharusnya menjadi tamparan bagi kita semua karena lebih baik mengontrol penggunaan gawai daripada mengobati khususnya bagi anak-anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image