Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suriadi

Spirit Pengorbanan di Tengah Ujian Zaman: Refleksi Idul Adha untuk Indonesia Hari Ini

Agama | 2025-06-02 10:50:14

Idul Adha kembali tiba, seperti tahun-tahun sebelumnya, gema takbir menggema, masjid dan lapangan kembali ramai oleh jamaah, dan hewan-hewan kurban memenuhi halaman tempat ibadah. Namun, di balik kemeriahan seremonial, Idul Adha sesungguhnya mengundang kita untuk kembali merenungi makna terdalam dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail: sebuah kisah pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan yang melampaui nalar manusia biasa. Dalam konteks Indonesia hari ini, spirit Idul Adha menemukan relevansi yang begitu kuat. Kita hidup di tengah zaman yang penuh tantangan, ketimpangan sosial yang masih mencolok, beban ekonomi yang masih mendera banyak keluarga, serta krisis nilai di tengah derasnya arus materialisme dan individualisme. Di sinilah nilai-nilai pengorbanan, solidaritas, dan keikhlasan menjadi sangat mendesak untuk diaktualisasikan.

Kurban Tak Hanya Soal Daging

Tradisi penyembelihan hewan kurban yang dilakukan saban tahun sering kali berhenti pada tataran ritualistik. Daging dibagikan, foto-foto dibagikan ke media sosial, lalu usai. Padahal, pesan utama dari kurban adalah pengorbanan diri, menanggalkan ego, melepaskan hal yang dicintai demi kebaikan yang lebih besar. Dalam Alquran telah dijelaskan bahwa Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin (QS Al-Hajj: 37).

Di masa sekarang, bentuk pengorbanan itu bisa berarti melepas kenyamanan pribadi demi membantu mereka yang kesulitan, menyisihkan waktu dan tenaga untuk kerja-kerja sosial, atau berani mengambil sikap etis meski tidak populer. Dalam lingkup yang lebih besar, pengorbanan bisa dimaknai sebagai keberanian untuk menahan diri dari sikap serakah dan egois, serta berbagi ruang, akses, dan kesempatan kepada mereka yang termarjinalkan.

Solidaritas Sosial yang Diuji

Setelah melewati pandemi dan kini menghadapi tekanan ekonomi global, masyarakat Indonesia dituntut untuk semakin memperkuat solidaritas sosial. Banyak keluarga yang bahkan ragu untuk berkurban karena harga kebutuhan pokok melonjak. Sementara itu, di sudut lain, ada kelompok yang merayakan Iduladha dengan kemewahan dan kelebihan. Spirit Idul Adha seharusnya menjadi pengingat bahwa keberagamaan sejati mengandung kepekaan sosial. Apalah arti ibadah kurban jika tetangga sebelah masih belum bisa makan daging dalam setahun?. Apakah penyembelihan hewan itu menjadi jalan untuk mempererat ikatan sosial, atau justru menampilkan jurang ketimpangan secara gamblang?

Pemerataan distribusi daging kurban, misalnya, perlu dievaluasi. Masih banyak desa dan komunitas terpencil yang tak pernah mendapat bagian, sementara di kota-kota besar, kelebihan daging justru menjadi masalah logistik. Lembaga sosial dan keagamaan dapat mengambil peran lebih besar agar nilai keadilan yang diajarkan dalam Iduladha benar-benar menyentuh yang paling membutuhkan.

Pengorbanan dalam Kepemimpinan dan Etika Publik

Idul Adha juga mengandung pesan kuat bagi para pemimpin, baik di level negara, organisasi, maupun keluarga. Sosok Ibrahim adalah simbol kepemimpinan yang berani mengambil keputusan sulit demi kemaslahatan. Ia rela mengorbankan "putranya" simbol segala yang dicintai dan dibanggakan demi ketaatan kepada prinsip tertinggi. Di Indonesia, tantangan kepemimpinan hari ini tidak kecil. Kepercayaan publik kerap terkikis oleh keputusan-keputusan yang lebih mementingkan kekuasaan ketimbang keadilan. Spirit pengorbanan dalam Idul Adha seharusnya menginspirasi para pemimpin untuk lebih berani mengambil keputusan yang tidak populer, tetapi benar; untuk lebih mendahulukan kepentingan rakyat banyak ketimbang kelompok sendiri.

Pengorbanan dalam kepemimpinan bisa berarti melepas privilege, transparan dalam penggunaan anggaran publik, dan bersikap adil dalam mengambil kebijakan. Dalam masyarakat yang masih sarat korupsi, nepotisme, dan politik transaksional, makna Iduladha perlu diangkat sebagai seruan moral.

Menjaga Keikhlasan di Era Media Sosial

Di era digital, bahkan pengorbanan pun bisa kehilangan maknanya. Unggahan-unggahan tentang kurban di media sosial sering kali lebih menampilkan pencitraan ketimbang ketulusan. Padahal, nilai luhur kurban justru lahir dari ruang-ruang keikhlasan yang sunyi, yang tak perlu disorot kamera. Nilai spiritual Idul Adha mengajak kita untuk jujur pada diri sendiri, apakah tindakan kita benar-benar demi mengharap ridha Tuhan, atau hanya untuk pengakuan sosial? Ini menjadi tantangan kontemporer yang tak ringan, sebab godaan eksistensi digital kadang membuat kita kehilangan orientasi batiniah.

Idul Adha bukan sekadar hari raya, melainkan momentum spiritual dan sosial yang harus dimaknai secara mendalam. Ia menuntut kita untuk menumbuhkan empati, memperkuat solidaritas, menahan ego, dan mengutamakan kebaikan bersama. Jika tiap individu dan kelompok mampu menyalakan kembali nilai-nilai ini dalam keseharian, maka Indonesia akan menemukan kembali ruh kebersamaan yang selama ini terkikis.

Spirit pengorbanan yang tulus, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim dan Ismail, adalah fondasi untuk membangun masyarakat yang lebih adil, manusiawi, dan bermartabat. Di tengah ujian zaman, mari menjadikan Iduladha bukan hanya sebagai perayaan, tetapi sebagai titik tolak perbaikan diri dan bangsa.

Gambar: Salah satu lokasi peternakan sapi di Kabupaten Gunungkidul DIY, Sumber: Koleksi Pribadi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image