Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hilya Hafiza Sadi

Menyeimbangkan Ibadah dan Kehidupan Sosial: Nilai-nilai dalam Robohnya Surau Kami

Sastra | 2025-05-31 17:14:44
Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis merupakan salah satu cerpen yang dimuat di dalam buku kumpulan cerpen A.A. Navis dengan judul yang sama, Robohnya Surau Kami. Cerpen ini diawali dengan penggambaran keadaan sebuah surau tua yang sudah tidak terurus. Dari situ, tokoh aku mengenang kembali peristiwa yang terjadi beberapa waktu sebelumnya, khususnya tentang seorang lelaki tua bernama Haji Saleh yang dulu menjadi penjaga surau tersebut. Haji Saleh menghabiskan hidupnya untuk salat, mengaji, dan zikir, serta menjauh dari urusan dunia seperti bekerja atau terlibat dalam kegiatan sosial. Ia yakin bahwa dengan hanya beribadah, ia akan mendapat ganjaran surga. Suatu hari, Ajo Sidi, tokoh yang sering membawakan cerita penuh sindiran, menyampaikan kisah tentang seorang ahli ibadah yang sepanjang hidupnya hanya salat dan berdoa, tapi saat menghadap Tuhan justru dimarahi dan dilempar ke neraka karena tidak pernah bekerja, tidak membantu orang lain, dan tidak peduli pada nasib keluarganya. Cerita ini membuat Haji Saleh murung, karena ia merasa cerita itu menyindir dirinya, tak lama setelah itu, Haji Saleh ditemukan meninggal akibat bunuh diri.

Cerpen ini tidak hanya menyampaikan cerita tentang seorang kakek yang menghabiskan hidupnya dalam ketaatan saja, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang bagaimana seharusnya agama dan kemanusiaan dijalankan secara seimbang. Melalui tokoh-tokoh dan simbol-simbolnya, A.A. Navis menyampaikan pesan bahwa nilai religius dan sosial harus berjalan berdampingan. Tanpa itu, agama akan kekurangan maknanya dan masyarakat akan mengalami kejatuhan baik secara spiritual maupun sosial.

Robohnya Surau Kami memberikan kritik tajam terhadap pemahaman agama yang hanya berfokus pada ibadah ritual saja, tanpa diimbangi dengan kepedulian sosial. Tokoh Haji Saleh digambarkan sebagai sosok yang menghabiskan hidupnya hanya untuk mengurus dan beribadah di surau saja, tanpa memiliki pekerjaan yang tetap dan jelas. Ia menyerahkan seluruh kehidupannya pada belas kasih orang sekitarnya, menarik diri dari kehidupan sosial, dan meyakini bahwa ibadahnya yang tekun akan mengantarkannya ke surga. Namun, pandangannya mulai terguncang setelah ia mendengar sebuah cerita dari Ajo Sidi, seorang tokoh yang suka bercerita dengan gaya sindiran. Dalam cerita itu, seseorang yang sepanjang hidupnya hanya beribadah justru dilempar ke neraka oleh Tuhan karena tidak sungguh-sungguh bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara layak. Cerita Ajo Sidi itu menyindir cara hidup Haji Saleh secara tidak langsung, dan membuatnya merenung.

Melalui narasi tersebut, A.A. Navis menyampaikan kritik terhadap pemahaman agama yang sempit yang hanya mengejar pahala pribadi dan mengabaikan tanggung jawab sosial. Cerpen ini menegaskan bahwa ketaatan tidak cukup hanya dalam bentuk ritual, tetapi juga harus diwujudkan dalam perbuatan baik terhadap sesama dan keterlibatan dalam kehidupan sosial. Cerpen ini secara gamblang menyampaikan bahwa setiap orang khususnya yang mengaku beriman, tetap memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupannya. A.A. Navis menggunakan cara ini untuk menunjukkan bahwa sikap seperti itu justru berbahaya, karena jika banyak orang yang memilih jalan seperti yang dilakukan Haji Saleh maka kehidupan sosial bisa terabaikan dan tatanan masyarakat menjadi rapuh. Nilai sosial dalam cerpen ini menegaskan bahwa keterlibatan aktif dalam masyarakat, bekerja, dan membantu sesama juga merupakan bentuk pengabdian yang tidak kalah penting dari ibadah ritual. Robohnya Surau Kami ingin menyampaikan pesan bahwa, beragama bukan hanya soal hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah), tetapi juga hubungan manusia dengan sesama (hablum minannas). Keduanya ini harus dilaksanakan secara seimbang agar kehidupan beragama dan bermasyarakat bisa menjadi lebih baik dan tentram lagi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image