Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Aldean

Antara Tradisi dan Pilihan: Menyelami Kehilangan Mestika

Sastra | 2025-05-29 13:45:58
Ilustrasi wanita. (Sumber: https://www.pexels.com/)

Identitas

  • Judul: Kehilangan Mestika
  • Penulis: Hamidah (nama pena dari Fatimah Hasan Delais)
  • Penerbit: PT Balai Pustaka (Persero), Jakarta Timur
  • Tahun Publikasi: 2011

Orientasi

Novel Kehilangan Mestika merupakan karya sastra Indonesia yang mengangkat tema besar tentang patriarki dan kuatnya kekangan adat terhadap perempuan. Lewat tokoh utamanya, Hamidah, novel ini menyuarakan bagaimana seorang perempuan mencoba melepaskan diri dari belenggu tradisi demi meraih hak dan impiannya. Cerita ini sangat relevan dengan kehidupan banyak perempuan Indonesia, terutama yang pernah merasakan bagaimana budaya bisa membatasi langkah mereka. Dengan latar waktu sekitar masa pergerakan perempuan dan peralihan zaman, novel ini memberi gambaran tentang perjuangan perempuan menghadapi tekanan sosial dan keluarga.

Sinopsis

Cerita dibuka dengan sosok Hamidah, seorang perempuan yang digambarkan gigih dan penuh semangat dalam mengejar cita-citanya. Meski harus berhadapan dengan tekanan keluarga dan adat yang tidak mendukung, Hamidah tetap teguh pada tujuannya.

Dalam perjalanannya, Hamidah bertemu kembali dengan teman masa kecilnya, Ridhan. Mereka berjanji untuk selalu bersama, namun takdir berkata lain. Ridhan meninggal karena sakit, meninggalkan luka dalam bagi Hamidah. Meskipun sempat terpuruk, Hamidah kembali bangkit dan mulai menata hidupnya dengan aktif di komunitas masyarakat yang ia bangun sendiri.

Kemudian hadir Idrus, pria yang berhasil membuka kembali hati Hamidah. Namun hubungan mereka harus kandas karena kesalahpahaman dan ketidaksetujuan dari keluarga. Akhirnya, Hamidah dijodohkan dengan pria lain bernama Rusli. Sayangnya, pernikahan ini pun tidak berjalan mulus. Rusli memadu Hamidah karena alasan keturunan, hingga akhirnya Hamidah memutuskan untuk bercerai.

Setelah bertahun-tahun merantau di Jakarta dan tinggal bersama saudaranya, Hamidah kembali ke kampung halaman karena ayahnya telah meninggal. Di akhir cerita, ia bertemu kembali dengan Idrus, yang ternyata masih menyimpan harapan untuk bersama Hamidah.

Analisis

Kehilangan Mestika adalah novel yang berhasil mengangkat isu patriarki dan bagaimana sistem budaya bisa mengekang perempuan. Hamidah sebagai tokoh utama digambarkan tidak hanya sebagai perempuan yang kuat dan mandiri, tetapi juga sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang dibungkus dalam adat dan norma sosial.

Melalui perjalanan hidup Hamidah, pembaca diajak melihat bagaimana seorang perempuan bisa tetap berdiri tegak meski terus-menerus dihadapkan pada tekanan dari keluarga, masyarakat, hingga pasangan hidupnya sendiri. Novel ini juga menunjukkan bahwa perempuan berhak memilih jalan hidupnya, termasuk menentukan siapa yang pantas mendampinginya.

Keberhasilan penulis dalam menyusun cerita yang begitu dekat dengan kenyataan membuat pesan dalam novel ini terasa kuat dan menyentuh. Meski kisahnya fiktif, situasi dan konflik yang dihadirkan sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata.

Evaluasi

Secara keseluruhan, Kehilangan Mestika adalah novel yang tidak hanya menghadirkan cerita yang emosional, tetapi juga penuh makna. Pembaca bisa mendapatkan sudut pandang baru mengenai perjuangan perempuan di tengah tekanan adat dan keluarga. Nilai moral tentang keteguhan hati, keberanian, dan pentingnya menjadi diri sendiri sangat terasa dalam novel ini.

Namun, ada satu hal yang mungkin menjadi tantangan bagi sebagian pembaca, yaitu tema patriarki yang disampaikan dari sisi perempuan bisa terasa cukup sensitif. Meski demikian, hal ini bukanlah kelemahan besar karena justru menjadi kekuatan utama novel ini. Penulis mampu menyajikannya dengan jujur dan membumi, sehingga tetap relevan dan menyentuh tanpa terkesan menggurui.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image