Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sarah Sahilah

Midah: Melodi Kebebasan Seorang Perempuan

Sastra | 2025-05-23 11:49:37
Sumber: dokumentasi pribadi

Pramoedya Ananta Toer atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Pram. Ia lahir di Blora, Jawa Tengah, Indonesia pada 6 Februari 1925. Pram adalah seorang sastrawan yang dikenal produktif, ia telah menghasilkan lebih dari 50 karya sastra dan 42 di antaranya diterjemahkan ke dalam Bahasa asing. Salah satu karya Pram yaitu “Midah Si Manis Bergigi Emas” yang diterbitkan pada tahun 1954. Dalam novel ini Pram menggambarkan tokoh Midah, sebagai seorang perempuan yang mempunyai tekad kuat untuk memilih jalan hidupnya sendiri, meskipun harus melewati banyak masalah-masalah, Ia tetap pada pendiriannya.

Beberapa novel sastra Indonesia menempatkan perempuan sebagai simbol kesetiaan, pengorbanan, penderitaan. Namun kini, Pram menghadirkan sosok Midah seorang perempuan yang kerap kali dipanggil “Simanis” oleh rombongan keroncong karena memiliki wajah yang sangat manis. Tokoh perempuan yang menolak tunduk pada sistem sosial yang menindas. Midah lahir di keluarga taat beragama, yang di mana pandangan masyarakat saat itu seorang perempuan harus patuh dan tunduk pada figur otoritas laki-laki.

Midah yang dijodohkan oleh laki-laki yang ternyata mempunyai banyak istri, Midah menolak untuk menerima nasibnya begitu saja. Ia memilih untuk melarikan diri dari suaminya, meningalkan kenyamanan material demi kebebasan dan harga dirinya. Keputusan midah untuk meninggalkan rumah suaminya bukanlah tindakan implusif tanpa konsekuensi. Ini merupakan pernyataan perlawanan terhadap sistem yang menganggap perempuan sebagai objek yang bisa dikontrol. Midah menentang norma sosial yang mengharuskan perempuan untuk bertahan dalam kondisi apapun.

Setelah Midah meninggalkan rumah suaminya, Ia bergabung dengan rombongan keroncong, yang di mana musik menjadi wadah untuk menyalurkan ekspresi bagi Midah. Ia tahu bahwa pengamen dalam pandangan masyarakat itu rendah, tetapi di sanalah Midah justru menemukan kebebasan yang tidak pernah ia rasakan. Pilihan Midah untuk bergabung dengan rombongan keroncong ini juga sebagai bentuk perlawanan terhadap stigma sosial. Seorang perempuan sebagai penyanyi keroncong, dianggap sebagai profesi rendahan dan tidak terhormat. Namun, Midah tidak memperdulikan pandangan masyarakat, karena dengan profesi inilah Midah mempunyai kebebasan dalam bernyanyi.

Perjalanan kehidupan Midah tidaklah mudah, ia harus menghadapi penolakan, penghianatan, dan pertentangan masyarakat. Tetapi di tengah semua kesulitan itu, Midah tidak sekalipun berpikir untuk menyerah, pendiriannya terhadap hidupnya sangat kuat untuk berjalan dengan kakinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Walaupun akhir kisah Midah tidak sepenuhnya bahagia dalam artian umum. Namun, Midah meraih kemenangannya pada keteguhan untuk tetap menjadi diri sendiri, dan untuk tunduk pada ekspetasi sosial yang mengengkang.

Melalui novel “Midah Si Manis Bergigi Emas” karya Pramoedya Ananta Toer, menyuarakan kritik tajam terhadap ketidakadilan sosial dan ketimpangan gender di masyarakat Indonesia. Midah memanglah sebuah tokoh fiksi yang dibuat oleh Pram, tapi semangat pemberontakannya halus dan gigih sangatlah nyata, semangat ini akan terus hidup selama masih ada yang berani bermimpi tentang dunia di mana setiap perempuan bisa bebas untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa takut dihakimi atau ditolak oleh masyarakat. Melalui tokoh Midah, Pram tidak hanya menyampaikan kisah seorang perempuan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan ulang posisi dan hak-hak perempuan di tengah budaya partriaki yang telah mengakar kuat. Midah menjadi simbol perlawanan terhadap tatanan sosial yang tidak adil, Di mana suara perempuan sering kali dibungkam, dan pilihan hidup mereka dikekang oleh adat serta norma yang dibuat oleh laki-laki.

Pram tidak menggambarkan Midah sebagai tokoh yang sempurna. Ia adalah manusia biasa yang digambarkan dengan segala kerapuhan dan keteguhan. Dalam kerentanannya, Midah tetap teguh memelihara harapan. Dalam keterbatasan. Ia menciptakan ruang kebebasannya sendiri. Inilah yang membuat karakter Midah begitu kuat dan Menginspirasi, bahwa perjuangan perempuan bukan hanya tentang keberhasilan, tetapi tentang keberanian untuk menyatakan "tidak" pada ketidakadilan.

Kehidupan Midah juga menunjukan bahwa kebebasan bukanlah sesuatu yang diberikan. melainkan diperjuangkan. Ia sadar kebebasannya tidak datang dengan mudah. Ia harus meninggalkan kenyamanan semu, menghadapi stigma masyarakat, bahkan menerima bahwa jalan yang ia tempuh akan penuh dengan duri. Namun semua itu tidak menggoyahkan pendiriannya. Midah lebih memilih hidup yang jujur terhadap dirinya sendiri dari pada tunduk dan hidup dalam kepalsuan.

Di era sekarang, ketika isu kesetaraan gender semakin sering dibicarakan, sosok Midah menjadi sangat relevan. Ia adalah representasi dari perempan yang tidak ingin hidup dalam bayang-bayang sistem yang menindas. Ia menciptakan narasi baru tentang perempuan Indonesia: berani, mandiri, merdeka. Novel "Midah Simanis Bergigi Emas" bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah pernyataan sosial. Pram telah menjadikan karya ini sebagai cermin bagi masyarakat untuk merefleksikan ulang relasi gender, peran perempuan, dan arti kebebasan yang sesungguhnya. Midah mengajarkan kita bahwa perjuangan tidak harus selalu disuarakan dengan teriakan, terkadang cukup dengan langkah kaki yang tegap dan kepala yang tegak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image