Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hilya Hafiza Sadi

Anak Kebanggaan: Ketika Cinta dan Harapan Seorang Bapak Berujung pada Luka

Sastra | 2025-05-22 20:26:03
Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Cerpen Anak Kebanggaan karya A.A. Navis merupakan salah satu cerpen yang dimuat di dalam buku kumpulan cerpen karya A.A. Navis yang berjudul Robohnya Surau Kami. Cerpen ini menggambarkan kisah menyentuh tentang seorang ayah, bernama Ompi, yang menaruh seluruh harapannya pada anak semata wayangnya, Indra Budiman. Sejak kepergian istrinya, Ompi mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada sang anak, berharap Indra akan menjadi seseorang yang sukses dan membanggakan. Saking cintanya dengan anak semata wayangnya itu, Ompi bahkan mengganti nama anaknya beberapa kali, dari Edward menjadi Ismail, lalu menjadi Indra Budiman, dengan harapan nama tersebut membawa keberuntungan dan kehormatan untuk anaknya. Ia membayangkan suatu hari Indra akan menyandang gelar dokter, dan dengan bangga menuliskan “Dr. Indra Budiman" di atas kertas. Banyak masyarakat yang membicarakan impiannya terhadap anaknya itu, namun Ompi menanggapinya sebagai bentuk perasaan iri hati terhadap perkembangan anaknya, dan juga karena mereka tidak memiliki anak seperti anaknya. Setiap surat dan rapor dengan nilai baik yang dikirim Indra dari Jakarta semakin memperkuat keyakinan Ompi bahwa impiannya untuk memilikk anak yang berprofesi sebagai dokter akan terwujud.

Namun, harapan itu perlahan berubah menjadi kekecewaan, surat-surat Ompi mulai tak mendapat balasan dari anaknya di Jakarta, yang ia dapati hanyalah semua surat yang ia kirim yang dikembalikan. Ompi jatuh sakit, namun tetap menanti kabar dari anaknya setiap sore di ambang pintu, hingga ia terjatuh dan menjadi lumpuh tak juga ia mendapat balasan surat dari anaknya yang di Jakarta itu. Hingga suatu hari, datanglah telegram yang memberitakan bahwa Indra Budiman telah meninggal. Ompi, yang mengira bahwa telegram itu berisi kabar bahagia, tidak ingin membaca atau mendengar isinya karena kini badannya terlalu lemah, dan ia takut mati karena terlalu bahagia dengab kabar dari amaknya itu. Sehingga ia tertidur sambil memeluk telegram tersebut, dengan sangka bahwa isi telegram itu kabar gembira dari sang anak Indra Budiman. Hingga akhir cerita, cerpen ini tidak mencertikan bahwa Ompi mengetahui anaknya telah wafat, cerpen ini diakhiri dengan open ending tanpa ada keterangan yang jelas mengenai nasib Ompi setelah mengetahui isi telegram tersebut.

Secara keseluruhan, cerpen ini menggambarkan betapa dalamnya cinta seorang ayah kepada anaknya, namun cinta dan harapan yang terlalu tinggi dapat berujung pada luka dan kekecewaan jika tidak dibarengi dengan komunikasi yang baik. A.A. Navis mampu menyajikan kisah yang menyentuh hati dan mengajak para pembaca untuk merenungkan pentingnya hubungan komunikasi dalam keluarga. Cerpen ini juga dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa cinta dan harapan harus disertai dengan komunikasi yang terbuka. Tanpa itu, harapan bisa berubah menjadi luka dan kekecewaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image