Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Mendapatkan Pelajaran di Sekitar Kita Untuk Lebih Baik

Gaya Hidup | Sunday, 20 Feb 2022, 05:25 WIB

Belajar, tidak mesti kita mendapatkannya secara formal di sekolah atau uiniversitas. Nyatanya, di dalam kehidupan yang kita jalani selama ini ternyata banyak pelajaran yang kita lihat bahkan nyaris lewat begitu saja tanpa kita mendapatkannya. Semua dapat menjadi cermin hidup agar kita melangkah lebih baik lagi di kemudian hari.

Membangun kebersamaan dalam lingkungan salah satu pembelajaran hidup yang sangat berharga. (FOTO : Deffy Ruspiyandy)

Belajar adalah kehidupan. Sejauh kita hidup, maka sejauh itu pula kita belajar. Seperti apa yang pernah Mahatma Gandhi katakan, “hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau mati selamanya.” (https://usd.ac.id)

Tentu saja ini menjadi bukti bahwa hidup tak sekedar cukup melihat diri sendiri saja sebagai bagian dari evaluasi yang harus dilakukan. Namun melihat orang lain pun sungguh perlu dilakukan. Bukan untuk memberi penilaian kepadanya bahkan menyalahkan, tetapi di sini setidaknya kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang kita lihat tadi. Jika ada sesuatu yang bernilai negatif kita sekedar cukup menyimpannya dalam hati saja dan tak perlu kita mengghibahnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika ada nilai positif di dalamnya maka jadikan itu pelajaran berharga sebagai motivasi untuk mengubah diri.

Perubahan pada diri mutlak dilakukan untuk mampu mendapatkan sesuatu yang berarti dalam diri. Semua itu tidak bertumpu pada prestasi yang dicapai semata, melainkan memiliki perilaku yang baik sekalipun cermin kita mampu menjadi orang baik dalam kehidupan. Karena itulah, tak perlu kita alergi ketika di depan mata kita melihat ada orang yang hidupnya lebih baik dari kita. Jadikanlah itu motivasi agar kita mau melakukan sesuatu. Dengan begitu semangat hidup kita akan tumbuh secara baik.

Banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran dari kehidupan di sekeliling kita. Bisa mungkin karena ada kemalasan, maka hal itu malah dianggap sebagai sesuatu yang tak begitu penting. Padahal sesungguhnya banyak nilai yang bisa kita dapatkan ketika mau membuka mata dan hati untuk melihat sesuatu yang sesungguhnya bermanfaat bagi diri kita. Buanglah ego menjadi diri yang paling hebat karena harus diakui sebenarnya kita sendiri memiliki kekurangan yang harus diperbaiki.

Menurut Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. (https://www.zonareferensi.com).

Tentu saja, dapat dikatakan sebagai sebuah keuntungan yang sangat berarti ketika kita mendapatkan pelajaran tentang hidup di sekeliling kita. Dengan semakin banyak kita mendapatkan pelajaran hidup di depan mata, setidaknya jika kita mampu memilah danmmenrapkannya dalammkehidupan yang dijalani selama ini maka setidaknya kita akan berpikir dewasa. Bukan itu saja, kita pun akan berhati-hati dalam melangkah sehingga apa yang akan dilakukan akan dipikirkan secara matang baik dan buruknya.

Hidup tidak sekedar hanya untuk menghabiskan waktu saja. Tetapi di dalam hal itu mesti ada kemanfaatkan yang kita dapatkan. Syukur-syukur kita mampu menorehkan prestasi yang dapat mebanggakan diri sendiri, orangtua, sekolah, universitas, masyarakat, bangsa dan juga negara. Namun jika tidak seperti itu pun, bisa memberi manfaat untuk orang lain dapat dikatakan sudah prestasi yang cukup membanggakan.

Karena setiap waktu kehidupan itu harus berubah ke arah yang lebih baik. Jangan sampai kita justeru mengalami kemunduran. Jika hari ini lebih baik dari kemarin tentang saja sebuah keuntungan tetapi jika hari ini lebih buruk dari kemarin maka itu sebuah kerugian besar. Dengan begitu, mampu mengambil pelajaran dari kehidupan yang terjadi jelas memiliki makna besar untuk kemajuan hidup dan tentunya akan selalu memberi dampak positif dari kehidupan yang dijalani selama ini.

Benar, untuk memulai perubahan itu bukan sesuatu yang mudah karena butuh niat yang cukup kuat. Namun dengan bercermin dari realita yang ada dan mau belajar dari kehidupan yang di sekitar kita, setidaknya itu dapat menjadi acuan agar selayaknya kita mesti mampu menjadi yang terbaik. Tidak mesti muluk-muluk, melainkan paling tidak ada satu nilai yang dapat diperlihatkan kepada orang lain. Tentu saja akan lebih baik jika kemudian kita pun mampu memberi manfaat kepada orang lain. Semakin banyak kita melakukannya maka kita akan memveri pelajaran berharga dari orang lain dan tak sekedar orang silau dengan harta yang diberikan.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah).

Oleh sebab itu, ketika mendapati pelajaran dari kehidupan yang dijalani atau yang dilihat mata maka sesungguhnya hal itu adalah anugerah. Tinggal bagaimana kita memposisikannya hingga mampu menjadi pemicu agar kita mau mengambil hikmah dari apa yang terjadi di hadapan kita. Kemampuan diri mengolah pelajaran yang didapat dari kehidupan tentu akan mendorong dirmi untuk selalu menjadi yang terbaik. Dari hal itulah maka tentunya akan muncul semangat untuk mengubah diri kea rah yang lebih baik. Karena dengan mengambil pelajaran dari kehidupan maka dipastikan akan terbuka untuk menjadi manusia yang tak sekedar hidup tetapi bisa memberi nilai untuk kehidupan itu sendiri.

Tentu saja semua Kembali kepada pribadi masing-masing. Apakah mampu mengolah pelajaran hidup yang di dapati di sekitar kita atau hanya sekedar lewat sebagai cerita biasa. Itu semua Kembali pada dirimmu yang akan memilihnya. Tetapi ingatlah, hidup itu akan selalu terus berjalan dan takkan berhenti sampai di sini. Karena ambillah pelajaran hidup sebaik mungkin agar hidupmu indah dan menyenangkan selama hidup.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image