Pengangguran Tinggi, Jadikan Islam Solusi Tuntas
Politik | 2025-05-21 14:13:48
Oleh Aas K
Aktivis Muslimah
Miris, makin banyak lulusan universitas di Indonesia justru masuk dalam lingkaran pengangguran. Dikutip media online CNBC Indonesia.com pada hari Senin (01-5-2025), Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren yang mencemaskan. Pada 2014, jumlah penganggur bergelar sarjana tercatat sebanyak 495.143 orang. Angka ini melonjak drastis menjadi 981.203 orang pada 2020, dan meski sempat turun menjadi 842.378 orang di 2024, jumlah tersebut tetap tergolong tinggi.
Tingginya angka pengangguran menunjukkan ketidakseimbangan jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah tenaga siap kerja setiap tahunnya. Bahkan demi bertahan hidup ada diantara para sarjana dan diploma itu terpaksa banting setir menjadi pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, bahkan office boy atau pramukator. Mereka terpaksa mengambil pekerjaan tersebut di tengah minimnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan badai pemutusan hubungan kerja dalam beberapa tahun terakhir.
Ketersediaan lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan oleh sebuah negara. Di negeri ini sistem ekonomi kapitalis begitu menancap kuat. Buktinya adalah investasi, kapitalisasi, dan privatisasi selalu diambil negara sebagai dasar merancang roda ekonomi termasuk menciptakan lapangan pekerjaan. Akibatnya penyerapan tenaga kerja bertumpu pada kebutuhan pasar industri.
Namun, indrusri sistem kapitalis bertumpu pada profit oriented. Pekerja dipandang sebagai faktor produksi yang biayanya bisa ditekan seminimal mungkin. Sehingga ketika ekonomi global tidak stabil industri down hingga collapse. Gelombang PHK tidak terhindarkan dan pengangguran meningkat. Belum lagi sumber daya alam yang legal dikuasai asing atas nama investasi, padahal hal tersebut merupakan bentuk privatisasi sumber daya alam yang niscaya yang melemahkan perekonomian rakyat. Realita inilah yang menyebabkan angka pengangguran makin tinggi.
Kapitalisasi pemilik modal di sektor-sektor vital yang menyerap tenaga kerja makin menguat. Sementara negara abai dari tugasnya untuk mengurus rakyat. Negara kapitalistik hanya bertindak sebagai regulator yang memungkinkan korporat.
Agar angka pengangguran turun bahkan sampai pada level tidak ada pengangguran, rakyat membutuhkan negara raa'in (pengurus rakyat). Kehadiran negara raa'in akan mengurus rakyat dan tidak terlepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya termasuk membuka lapangan kerja. Semua itu dilakukan atas dasar ketaatan negara dalam menjalankan syariat.
Rasulullah saw. bersabda, "Seorang Imam atau kepala negara adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya." ( HR.Bukhari)
Rasulullah sebagai kepala negara Islam di Madinah memberi teladan langsung bagaimana negara bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya.
Hal tersebut dapat dipahami dari hadis berikut "Rasulullah swa. pernah memberi dua dirham kepada seorang anshar, lalu, 'Berilah makanan seharga satu dirham dengan uang itu dan berikanlah kepada keluargamu. Dan sisanya belilah sebuah kapak dengan satu dirham dan bahwa kapak itu kepadaku." Lalu Rasulullah membelah kayu dengan kapak tersebut, kemudian berkata, 'Pergilah dan carilah kayu bakar ,lalu juallah. Jangan kembali ke hadapanku kecuali setelah 15 hari, lelaki anshar itu pun mencari kayu bakar lalu menjualnya. Setelah itu Ia datang lagi kepada Rasulullah dengan membawa 10 dirham sebagian Ia berikan baju dan sebagiannya lagi makanan (Hr.Ibnu Majah, 2189).
Ketaatan negara raa'in pada syariat dalam mengurus rakyatnya akan membuat negara tersebut menerapkan sistem ekonomi Islam. Lapangan pekerjaan akan terbuka secara luas dalam sistem ekonomi ini, pasalnya sistem ekonomi Islam membuat negara memiliki berbagai sektor yang bisa menyerap tenaga kerja. Sebab lapangan pekerjaan akan terbuka menyesuaikan kepentingan Islam dan kebutuhan rakyat bukan korporat. Apalagi Islam memiliki syariat yang mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah. Tentu saja ketaatan menjalankan syariat ini membutuhkan pekerjaan. Jadi negara raa'in bertanggung jawab untuk terus menerus menyedikan lapangan pekerjaan.
Sistem ekonomi Islam akan mengembangkan ekonomi riil di bidang pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Berkembangnya sektor ini jelas membutuhkan tenaga terdidik dan terampil yang berkaitan dengan bidang tersebut.
Sistem ekonomi Islam memiliki regulasi kepemilikan yang khas terkait pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE).
Dalam Islam SDAE dikelola negara swasta apalagi asing haram memiliki dan mengelolanya. Regulasi ini menjadikan sumber pendapatan negara melimpah sehingga mampu membangun negara tanpa bantuan utang atau investasi. Sehingga pengelolaan SDAE yang mandiri menjadikan lapangan kerja terbuka secara lebar karena eksplorasi dan eksploitasi SDAE membutuhkan tenaga ahli dan terdidik dalam jumlah besar. Maka lapangan kerja terbuka lebar untuk rakyat.
Seperti inilah salah satu gambaran kemaslahatan dari penerapan sistem ekonomi Islam oleh negara raa'in. Ketaatan negara dalam menjalankan syariah membuat negara berdiri di sisi rakyat menjamin kebutuhannya dan menyediakan keperluannya.
Namun, kehadiran negara raa'in hanya bisa terwujud dalam sebuah institusi bernama Negara Islam yakni Daulah Islamiyah.
Wallahu'alam bissawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
