Pola Asuh Tradisional Membentuk Kisah Hidup Midah Simanis Bergigi Emas
Sastra | 2025-05-20 23:24:10Midah adalah anak kesayangan Hadji Abdul, seorang pedagang kulit di Cibatok. Perawakannya yang manis dan montok membuat banyak laki-laki terpincut hatinya kepada Midah.
Midah berasal dari keluarga yang memegang teguh nilai religius dan nilai-nilai tradisional yang sudah menjadi kebiasaan pada saat itu. Mendengarkan lagu-lagu Ummi Kulsum adalah salah satu kebiasaan serta momen kesukaan Midah bersama sang ayah. Sambil dipangku oleh sang ayah, Midah menikmati suasana tersebut yang penuh dengan kehangatan kasih sayang seorang Ayah kepada anaknya.
Sayangnya kehangatan tersebut tidak selamanya Midah rasakan, malahan berubah menjadi hal yang mencekam dan menyayat hatinya. Ayah yang sangat mengharapkan anak laki-laki sangat bahagia ketika mengetahui sang istri mengandung kembali setelah sekian lama ditunggu-tunggu. Belum genap setahun, Hadji Abdul sudah mendapat anak kembar laki-laki. Setahun kemudian Hadji Abdul mendapatkan anak perempuan, hingga akhirnya Midah memiliki banyak adik yang sudah merenggut kasih sayang orang tuanya terhadap dirinya.
Midah merasakan kekangan keras yang dilakukan sang ayah kepadanya, banyak tuntutan yang harus dipenuhi Midah yang tidak memberi ruang bagi Midah untuk mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya, terutama dalam hal musik. Piring hitam kesayangannya yang dibeli dengan uangnya sendiri dirusak dan dibuang oleh sang ayah, karena hal tersebut dianggap haram dan Midah di cap telah melakukan pembangkangan terhadap agama dan tradisi keluarga. Ayah Midah melarang Midah untuk menikmati musik selain salawat berbahasa Arab yang dianggap sesuai dengan agama.
Haji Abdul tidak membiarkan Midah mengikuti apa yang dia suka dan selalu memaksakan keinginannya sendiri, termasuk soal pernikahan dengan memilihkan calon suami untuk Midah tanpa bertanya atau meminta izin padanya. Hadji Terbus dipilih sang ayah karena dianggap sesuai dengan nilai-nilai tradisional dan religius yang diinginkan oleh keluarga. Midah merasa dirinya hanya dianggap seperti barang yang harus diurus saja, bukan sebagai orang yang punya keinginan dan pendapat sendiri yang penting untuk didengarkan.
Ditambah atas kelahiran banyak adik ayahnya jadi kurang perhatian dan sayang dengan Midah. Karena itu, Midah merasa diabaikan dan tidak dihargai dalam keluarga. Perasaan sakit hati yang dalam karena cara ayahnya mendidik membuat Midah melihat dirinya, keluarganya, dan dunia sekitar dengan cara yang berbeda. Akhirnya, Midah mencari kebahagiaan dan perhatian di luar rumah, yaitu dengan ikut komunitas musik keroncong di jalanan saat tengah mengandung anak dari Hadji Terbus.
Walaupun sulit, menjadi pengamen keroncong membuat Midah bisa menunjukkan siapa dirinya, terutama karena dia sangat suka musik yang dulu dilarang ayahnya. Midah harus menjalani hidup yang keras di jalanan sebagai pengamen. Hidupnya sederhana, sering kekurangan uang, dan menghadapi banyak masalah.
Daftar Pustaka:
Toer, Pramoedya Ananta. (2003). Midah, Si Manis Bergigi Emas. Jakarta: Lentera Dipantara.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
