Langkat dan Ketimpangan: Membaca Gini Rasio sebagai Alarm Sosial
Ekbis | 2025-05-20 22:57:14
Oleh: Rahmatullah, S.E., M.SEIDosen FEBI INSAN Binjai
Pada awal tahun 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara merilis data Gini Rasio terbaru untuk kabupaten/kota. Kabupaten Langkat mencatatkan Gini Rasio sebesar 0,2570—sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 0,2600. Sekilas, angka ini mungkin terlihat menggembirakan. Gini Rasio di bawah 0,3 umumnya dianggap sebagai tanda distribusi pendapatan yang cukup merata.
Namun benarkah Langkat sedang berada dalam jalur pemerataan sosial yang sehat?
Gini Rasio memang penting sebagai alat ukur ketimpangan, tetapi ia bukan satu-satunya cermin kesejahteraan. Meski angkanya rendah, faktanya lebih dari 100 ribu penduduk Langkat masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara sebagian kecil kelompok menengah-atas memiliki akses terhadap pendidikan, kesehatan, hingga peluang ekonomi yang jauh lebih baik. Ini menciptakan jurang ketimpangan yang tak selalu tercermin dalam angka statistik nasional.
Perlu dicatat, Gini Rasio tak menghitung seberapa miskin si miskin, atau seberapa kaya si kaya. Ia hanya mengukur "selisih" secara umum. Karena itu, kita butuh pendekatan yang lebih dalam: bagaimana distribusi layanan publik dilakukan? Bagaimana kemiskinan ekstrem ditangani di wilayah pedalaman dan pesisir? Apakah akses terhadap koperasi, pertanian, dan digitalisasi ekonomi sudah menjangkau warga termarjinalkan?
Langkat punya potensi besar—dari sektor pertanian, energi, hingga industri UMKM. Tapi potensi ini hanya akan berarti jika tumbuh secara inklusif. Data Gini Rasio harus menjadi alarm sosial yang mengingatkan kita bahwa kesejahteraan bukan sekadar angka rata-rata, tetapi tentang siapa yang tertinggal, dan mengapa.
Pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat sipil perlu duduk bersama, membaca data lebih jujur, dan merumuskan kebijakan yang tidak sekadar populis tapi progresif. Karena Langkat yang merata bukan hanya impian statistik, tapi tuntutan moral bagi kita semua.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
