Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Halim K Malik

Guru Merupakan Faktor Kunci dalam Mengembangkan Kepribadian Bangsa

Eduaksi | 2025-05-20 20:29:48
sumber: https://www.viva.co.id/arsip/286457-perbedaan-guru-zaman-dulu-dan-sekarang

Guru merupakan faktor kunci dalam pengembangan kepribadian bangsa, karena guru adalah tauladan dalam akhlaknya yang baik (perangai yang mulia). Dengan akhlak dan budi pekerinya yang baik niscaya akan digugu dan ditiru, bukan saja oleh muridnya tetapi juga orangtua/wali dan masyarakat pada umumnya. Guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi memberi suri tauladan akhlak yang mulia, arif dan bijaksana, berwibawa, dan dapat dipercaya oleh orang lain.

Seorang guru dalam proses belajar mengajar tersirat pembentukan kepribadian siswa untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berbudi luhur. Pada hakikatnya pendidik (guru) tidak hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi selalu berupaya membentuk perilaku dan pribadi peserta didik. Dalam hal ini kesuksesan guru dapat tercermin pada keberhasilannya ketika anak didiknya memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Oleh kareana itu sosok guru tidak tergantikan oleh unsur lain bahkan teknologi canggih sekalipun.

Dalam peranannya tugas guru sangat strategis dalam membentuk serta menumbuhkembangkan potensi yang akan tercermin menjadi watak bangsa di tengah masyarakat yang multikultural. Tidak sembarang orang dengan berprofesi sebagai guru yang dapat mendidik danmenumbuhkan budi pekerti dan karakter positif, karena tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Artinya profesionalisme guru menjadi kunci dalam pembentukan karakter bangsa dengan segala aspek, melalui pengalaman belajar dan proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas, membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:

a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

b) Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.

c) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)

Begitu signifikan peran guru dalam kesuksesan siswa, maka seharusnya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dan mengembangkan kemampuannya. Saat ini, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pengelola proses pembelajaran. Sebagai pengelola, mereka harus dapat meningkatkan keterampilan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan dan mengelola pengajaran secara efektif, melakukan evaluasi hasil belajar yang objektif, serta memberikan motivasi kepada siswa dan membimbing mereka, terutama ketika menghadapi kesulitan belajar. Salah satu tanggung jawab yang diemban oleh guru di sekolah adalah memberikan dukungan kepada siswa agar mereka dapat menjadi peserta didik yang sejalan dengan visi dan misi sekolah.

Guru berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ekonomi. Dalam seluruh proses pendidikan, guru merupakan faktor kunci yang berperan sebagai pendidik. Mereka harus bertanggung jawab atas hasil proses belajar anak melalui interaksi dalam belajar mengajar. Guru adalah elemen yang memengaruhi keberhasilan proses belajar, sehingga mereka harus memahami prinsip-prinsip belajar dan pengajaran, selain menguasai materi yang diajarkan. Dengan kata lain, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang optimal, menjadi teladan yang diharapkan oleh siswa dalam semua aspek, baik sikap, pengetahuan, keterampilan, maupun spiritual, sehingga dapat membentuk kepribadian individu yang berkembang menjadi bagian dari masyarakat dan pada akhirnya membentuk kepribadian bangsa.

Peran guru sangat menentukan dalam pembentukan karakter bangsa. Seorang guru adalah pencetak generasi penerus yang akan membawa bangsa ke masa depan. Oleh karena itu, kualitas seorang guru menjadi sangat krusial dalam menentukan arah perkembangan bangsa. Dalam kitab Ta’lim Muta’alim, Syeikh al-Zurnuji menekankan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain: lebih berpengetahuan, menjaga diri, memiliki pengalaman, berakhlak baik, bijak, dan sabar. Dari enam kriteria tersebut, hanya satu yang berhubungan langsung dengan aspek akademik, sementara lima lainnya berkaitan dengan etika dan akhlak.

Hal ini menunjukkan bahwa selain memberikan pengetahuan, guru juga memiliki tanggung jawab untuk mentransfer sikap dan perilaku yang baik kepada siswa. Selama ini, guru cenderung lebih fokus pada transfer pengetahuan akademik dan mengabaikan transfer etika yang dianggap sepele. Dengan kriteria yang dikemukakan oleh Syeikh al-Zurnuji, diharapkan siswa dapat memiliki karakter yang kuat, seperti tidak berani berjalan di depan guru, tidak duduk di tempat guru, hanya berbicara dengan izin guru, tidak bertanya saat guru kelelahan, menghargai waktu, menjauhi tindakan yang membuat guru marah, menghormati guru dan keluarganya, serta tidak melukai perasaan guru.

Jika kita memperluas arti kata guru, maka setiap orang dapat berperan sebagai guru dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan konsep pendidikan tripusat. Pendidikan yang berlangsung antara guru dan siswa tidak hanya terbatas pada aktivitas formal. Ki Hajar membaginya menjadi tiga pusat: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga pusat ini akan meningkatkan efektivitas dalam mentransfer ilmu dan etika kepada masyarakat dalam suatu bangsa.

Dengan demikian, peradaban suatu bangsa yang didasarkan pada ilmu dan akhlak akan mencapai tingkat tertinggi. Ilmu berfungsi sebagai dasar dari ilmu pengetahuan, sedangkan akhlak menjadi panduan menuju kebenaran. Kedua hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu terpisah atau tidak seimbang, maka yang terjadi bukanlah kemajuan peradaban, melainkan kemunduran.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image