Hanya Sebuah Refleksi
Sinau | 2025-05-20 17:38:42Masalah hidup datang bertubi-tubi tetapi aku selalu diberikan cara untuk keluar dari masalah tersebut. Kesendirian juga menyiksaku tetapi pada akhirnya aku mampu memaknai kesendirian. Entah bagaimana caranya ? Masalah yang tadinya datang berangsur-angsur bisa diselesaikan. Kesendirian yang juga tadinya menyiksa perlahan berubah menjadi kegembiraan.
Ditengah kerumitan berbagai masalah itu, akhirnya aku memutuskan mengendarai motor tua kepunyaanku. Aku pergi berkeliling menelusuri jalanan kota sambil merefleksikan semua hal yang ku alami dan ku jumpai di jalan.
Hari ini entah ada setan apa ? Aku begitu lega. Entah apa yang membuat diriku lega ? Apa karena aku bergerilya kembali hari ini. Menyusuri jalanan kota yang penuh dengan romantika di sore hari yang sendu ini. Aku merasa jatuh cinta pada hidupku. Kepada diriku sendiri. Aku bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk hidup. Sepanjang jalan aku menyaksikan orang lain yang sedang berjibaku untuk hidupnya.
Melihat diriku dan orang - orang di sekitar. Membuat aku teringat sebuah tulisanku yang bercerita tentang harapan. Harapan adalah daya hidup yang menggerakkan dirimu untuk berjibaku di realitas guna mencapai peningkatan akal budi. Sorot - sorot mata orang- orang itu mengirimkan sinyal kepadaku bahwa kita harus segera melepaskan diri dari segala hal yang membelenggu kita ini. Apapun bentuknya atau siapapun yang berusaha untuk tetap melanggengkan sistem yang membuat kita terbelenggu.
Di sisi lain Tuhan tetap menunjukkan kemesraannya kepadaku. Ia masih memberiku cobaan demi cobaan. Aku merasa cobaan itu adalah cara Tuhan untuk memberikan sinyal bahwa "Aku masih Ada.” Tuhan membuatku terus menerus sadar bahwa sejatinya aku ini adalah makhluk yang tidak pernah ada. Tuhan membuat manusia seolah ada padahal sejatinya ia itu tidak ada. Berjuta kali aku ingin mengingkari Tuhan tetapi berjuta kali lipat ia datang kepadaku dengan peringatan - peringatan, yang disertai dengan berbagai macam kenikmatan - kenikmatan.
Aku juga merasa bahwa aku bisa membalikkan segala hal yang tidak mungkin. Ada apa dengan diriku hari ini? Semacam ada hal yang merasuk ke dalam diriku dan meneguhkan keyakinanku bahwa esok akan ada hari baik. Maka berjalanlah dengan cara yang biasa. Berlakulah seperti manusia. Soe hok Gie pernah mengatakan bahwa sejarah adalah perjalanan hidup yang penuh dengan kesia - sialan akan harapan. Bagiku tidak juga, bagiku sejarah adalah perang panjang yang tidak ada ujungnya. Manusia saling berlaku seperti manusia, mereka berdialektika antara satu dengan lainnya. Dengan cara itu mereka menjaga bara api harapan agar tetap menyala.
Lalu, perjalanan hari ini juga membawa diriku pada sebuah kenangan. Kenangan dimana aku berjumpa dengan filsafat. Perjumpaan diriku dengan filsafat tidaklah mulus sebab aku menemuinya secara terburu - buru. Padahal jalan terbaik untuk menemui filsafat adalah melalui kesabaran mengikuti proses demi proses. Sialnya, aku menyadari ini terlambat sehingga filsafat tidak secara sempurna memberikan kesejatian ilmu kepada diriku. Dalam soal ini aku mengakui betapa tololnya aku.
Saat ini aku menemuinya sekali lagi dengan sebuah harapan: aku bisa menerima kesejatian ilmu darinya. Selain itu melalui peristiwa ini aku juga belajar bahwa mempelajari filsafat adalah sebuah kesadaran untuk selalu mempertanyakan berbagai macam hal bahkan mempertanyakan diri sendiri.
Terakhir, sebagai penutup tulisan ini, aku ingin menyampaikan hal lain yang aku pelajari dari perjalanan ini yaitu kesendirian membuat kau sadar akan siapa dirimu. Sedangkan, saat kau bercengkrama dengan orang lain.Kau harus membuat orang sadar akan dirinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
