Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Rizka Laila

Perempuan Bukan Makhluk Lemah! Pelajaran Emansipasi dari Novel Klasik

Sastra | 2025-05-20 08:53:25

Di masa ketika perempuan hanya diizinkan duduk manis menunggu pinangan, Hamidah memilih untuk bangkit dan melawan. Ia tak sekadar menolak tradisi pingitan, tapi juga membangun sekolah, merantau sendirian, dan berdiri tegak di tengah cibiran masyarakat. Kisah ini bukan dongeng modern, melainkan isi dari novel klasik "Kehilangan Mestika" karya Fatimah Hasan Delais, yang terbit pertama kali tahun 1935.

Lewat lensa Karl Marx, kita bisa membaca novel ini sebagai cermin tajam tentang ketimpangan sosial dan dominasi budaya patriarki. Sebuah perjuangan kelas, bukan antara buruh dan pemilik modal, tetapi antara perempuan yang tertindas dan masyarakat yang tak memberi ruang bagi suara mereka.

Cover Novel "Kehilangan Mestika" (Sumber: Dokumen Pribadi).

Tradisi Pingitan dan Kekuasaan yang Tak Terlihat

Dalam masyarakat adat Melayu, perempuan tak punya banyak pilihan. Mereka harus tinggal di rumah, menunduk pada adat, dan menerima nasibnya. Tradisi pingitan bukan cuma aturan sosial, tapi alat kontrol yang diwariskan dari generasi ke generasi. “Gadis-gadis mesti dipingit, tak boleh kelihatan oleh orang yang bukan sekeluarga,” begitu bunyi salah satu kutipan dari novel ini.

Tradisi ini adalah bentuk nyata dari apa yang disebut Karl Marx sebagai ideologi dominan nilai-nilai yang dipaksakan oleh kelompok berkuasa untuk mempertahankan kedudukannya. Dalam hal ini, laki-laki dan para penjaga adat adalah kelas penguasa, dan perempuan adalah kelas yang ditundukkan.

Hamidah, Simbol Perlawanan dan Kesadaran Kelas

Hamidah, tokoh utama novel ini, tak tinggal diam. Ia menyadari bahwa kehidupan yang dijalani perempuan di sekitarnya bukanlah takdir, tapi hasil dari struktur sosial yang menindas. Ia memilih belajar, merantau ke Palembang, bahkan mendirikan sekolah perempuan. Bagi Karl Marx, ini disebut sebagai kesadaran kelas momen ketika seseorang sadar bahwa mereka ditindas dan mulai melawan.

Adat inilah yang lebih dahulu mesti diperangi,” kata Hamidah dalam novel. Dengan keputusan itu, ia tidak hanya membebaskan dirinya, tetapi juga membuka jalan bagi perempuan lain untuk ikut berjuang.

Kritik Sosial yang Masih Relavan

Meski ditulis hampir satu abad lalu, Kehilangan Mestika tetap relevan hari ini. Ia mengangkat isu emansipasi, kesetaraan, dan kritik terhadap budaya yang membungkam suara perempuan. Dalam konteks modern, Hamidah bisa saja menjadi simbol perempuan muda yang memilih berkarier, bersuara di ruang publik, dan menolak dikekang oleh “kata orang”.

Fatimah Hasan Delais, sang penulis, menulis kisah ini di usia 19 tahun sebuah usia yang hari ini sering diasosiasikan dengan quarter-life crisis, bukan perlawanan sosial. Tapi melalui tokoh Hamidah, ia telah merumuskan kritik tajam terhadap masyarakat kolonial, adat yang konservatif, dan sistem sosial yang tidak adil.

Sastra sebagai Cermin Ketimpangan

Melalui pendekatan Marxisme, kita belajar bahwa sastra bukan hanya hiburan, tetapi juga alat untuk membaca ulang realitas sosial. Kehilangan Mestika adalah bukti bahwa novel bisa menjadi medan perlawanan ideologis. Ia menyuarakan pengalaman kelas bawah, menyentil struktur kekuasaan, dan mengangkat peran perempuan sebagai agen perubahan.

Hamidah bukan sekadar tokoh fiksi ia adalah cermin dari perjuangan banyak perempuan di masa lalu, dan inspirasi bagi banyak perempuan hari ini. Dalam dunia yang masih sering menuntut perempuan untuk “diam dan patuh”, keberanian Hamidah masih terasa sangat membebaskan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image