Stunting: Masalah Gizi atau Sistem
Politik | 2025-05-20 08:15:46
Oleh Rukmini
Aktivis MUslimah
Pemerintah Kabupaten Bandung berencana menurunkan angka prevalensi stunting pada anak balita menjadi 17,81% pada tahun 2024, yang mendekati target nasional sebesar 14%. Fokus utama percepatan penurunan stunting adalah pada periode 1.000 hari pertama kehidupan anak, di mana konsumsi gizi seimbang sangat vital untuk membentuk kecerdasan dan kemampuan kognitif anak di masa depan. Menurut Elita Dwi Kurnia, bidan di Desa Cangkuang Kulon, pemenuhan gizi yang tepat sangat penting untuk perkembangan otak anak yang optimal, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Asupan nutrisi yang lengkap, termasuk protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral, berperan penting dalam pembentukan dan fungsi sel saraf, yang berdampak pada kemampuan belajar, memori, dan pemecahan masalah anak.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perkembangan otak anak berlangsung cepat pada 2-3 tahun pertama kehidupan, dan kekurangan nutrisi pada fase ini dapat menyebabkan dampak jangka panjang. Elita juga menyoroti pentingnya aktivitas bermain dalam mendukung kemampuan kognitif anak, sehingga orang tua dan pendidik perlu menyediakan waktu dan ruang yang cukup untuk bermain setiap hari. Kegiatan edukasi ini diikuti oleh 100 anak balita dan orang tua, serta menyediakan layanan kesehatan dasar seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta pemberian suplemen makanan bergizi untuk memantau dan mendukung pertumbuhan anak.
Permasalahan stunting memang kompleks dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi dan kurangnya bermain. Faktor ekonomi dan akses terhadap sumber daya juga memainkan peran penting. Ketidakmampuan keluarga untuk mengakses asupan gizi yang seimbang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kemiskinan dan distribusi kekayaan yang tidak merata. Sistem ekonomi yang tidak adil dapat memperburuk masalah ini. Oleh karena itu, penyelesaian masalah stunting memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai aspek, termasuk ekonomi dan sosial.
Stunting sebenarnya bukan hanya perkara ketidaktahuan ibu hamil mengenai asupan gizi berimbang. Akan tetapi, faktor utamanya adalah kemiskinan yang terjadi masyarakat negeri ini, Kemiskinan juga yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki rumah yang layak dan air bersih. Kemiskinan yang membuat masyarakat tak mampu membeli dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Jangankan untuk memenuhi asupan 4 sehat 5 sempurna, untuk sekadar makan seadanya pun sulit didapatkan. Ditambah lagi tingginya tingkat pengangguran di negara ini membuat para kepala keluarga tak punya lahan penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Kemiskinan tercipta oleh sistem kapitalisme. Dalam kapitalisme negara tidak berperan penuh dalam mengurusi rakyatnya. Menjamin keberadaan makanan bergizi semestinya dilakukan oleh negara. Namun saat ini, pasokan makanan bergizi lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta yang menjualnya kepada rakyat untuk mendapatkan keuntungan. Maka bagaimanapun program penanganan stunting digiatkan, selama kapitalisme masih menjadi sistem kehidupan, stunting takkan mampu terselesaikan. Karena persoalan stunting bukan semata karena kurangnya akses makanan bergizi, melainkan sistem yang menaungi kehidupan itulah yang telah menciptakan kemiskinan sistemik.
Adapun solusi yang diberikan dalam Islam, yaitu dengan mengatur dan memenuhi pola konsumsi yang bergizi, cukup, dan baik. Dalam hal ini, Islam telah mengisyaratkan untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib (halal dan baik) juga dengan memenuhi kebutuhan makanan yang cukup atau tidak berlebih-lebihan.
Pemenuhan kebutuhan makanan yang halal, gizi seimbang, dan cukup pada akhirnya akan berdampak pada kualitas Air Susu Ibu (ASI). Maka dengan solusi sistem Islam lah yang akan mampu menyelesaikan problematika kehidupan, salah satunya permasalahan stunting.
Pencegahan stunting dapat dilakukan melalui:
Pertama, negara menyediakan infrastruktur kesehatan yang memadai bagi seluruh warga dengan akses dan layanan kesehatan diberikan secara gratis, tidak boleh ada pembatasan akses layanan kesehatan bagi siapa pun. Orang kaya maupun miskin berhak terjamin akan kesehatannya, terutama ibu hamil dan balita.
Kedua, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Tercukupinya nafkah memungkinkan bagi keluarga mendapat asupan gizi dan nutrisi yang cukup, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Ketiga, negara memberikan edukasi terkait gizi pada masyarakat.
Keempat, negara melakukan pengawasan dan pengontrolan berkala agar kebijakan negara seperti layanan kesehatan, akses pekerjaan dan lain-lain, serta penggunaan anggaran dapat berjalan secara amanah.
Masalah stunting bukan hanya menjadi beban keluarga, melainkan merupakan tanggung jawab negara sebagai pelayan rakyat yang bertugas menjamin dan memenuhi kebutuhan mereka secara optimal.
Semua itu bisa terwujud dengan paradigma kepemimpinan dan sistem Islam. Tentu saja hal ini akan mampu tercapai dalam negara yang menerapkan sistem Islam secara kaffah. Karena jika masih menggunakan paradigma kapitalisme, pencegahan stunting tidak akan berjalan efektif sebab fungsi negara dalam kapitalisme hanya sebagai regulator kebijakan, bukan pelayanan.
Wallahualam bissawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
