Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nadia salsa

part of my life

Curhat | Saturday, 19 Feb 2022, 23:54 WIB

SAHABAT

Pertemuan yang tak pernah ku bayangkan akan menciptakan sebuah persahabatan, pertemuan yang kerap kali aku anggap membahagiakan, nyatanya tak semembahagiakan itu, pertemuan yang selalu ku tunggu-tunggu nyatanya, kini membuat ku tak menantinya. Terkadang orang-orang bilang dimana ada pertemuan disitu pasti ada perpisahan, pasti ada yang menyakitkan dan inilah yang sedang ku rasakan saat ini, perasaan sedih, sakit, semua menjadi satu. Layaknya orang-orang yang membenci keadaan seperti itu begitu juga dengan ku, membencinya karna aku harus merelakan orang yang ku sayangi pergi meninggalkan ku seorang diri. Kenapa disetiap pertemuan pasti ada kesedihan? Kenapa semua itu seakan-akan telah menjadi mindset setiap orang? Karna kenyataannya memang begitu, begitu menyakitkan buat mereka yang ditinggalkan namun, harus ikhlas menjalaninya. Berat bukan? Yah, memang berat dimana kita harus berdiri tegak padahal rapuh dibuatnya. Itulah kisah ku, kisah dimana seseorang yang asing bertemu satu sama lain yang kemudian beralih menjadi seorang sahabat. Dia orang yang humoris, pintar, manis banyak orang yang menyukainya hehe. Dialah sahabatku, seseorang yang selalu ada buat ku yang selalu mendengarkan curhat ku, keluh kesah dan lain sebaginya.

Suatu hari ia berbisik kepada ku bahwa ia akan pergi untuk melanjutkan studinya di luar negri dan itulah kampus yang ku dambakan selama ini. Deg itulah perasaan yang ku rasakan, ku berkata di dalam hati “are you sure? Kenapa harus kampus yang ku inginkan?ingin rasanya menimba ilmu disana juga namun, nasi sudah menjadi bubur”. “alhamdulillah, kapan berangkatnya?” kata ku

“hmm kurang tau juga sih aku, doain yah semoga cepat berangkat” kata rosi

“iyah selalu ku doain semoga cepat berangkat” kata ku

“aamiin” ucap ku bersamaan dengannya

“eh mau ngambil apa emangnya?” kata ku

“ga tau nih, masih bingung gua bil. Apa yah enaknya, pengen psikolog sih tapi takut ga ada barengannya” katanya

“ngambil dirosah Islamiyah aja, hmm syariah gitu misalnya atau ushuluddin?” kata ku

“liat nanti aja deh, gua mau mikir-mikir dulu hehe”katanya

Selama setahun lebih ku selalu ada bersamanya mendengarkan ceritanya yang terkadang membuat ku tak hentinya tertawa dan menangis. Ku punya angan-angan yang dimana sebelum ia pergi meninggalkan negri tercinta ini kita harus hangout bersama, makan bersama, jalan-jalan intinya, harus menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengannya, membuat kenangan yang tak akan ku lupakan. Perasaan sedih terkadang menyelimuti diriku bila teringat bahwa ia akan pergi jauh dari sini, perasaan tak rela bahkan egois pun terbenam di dalam diriku. Egoiskah aku? Untuk menahannya agar lebih lama lagi disini?seharusnya aku menyemangatinya bukan membebaninya dengan ego ku.

“rosi, rosi,rosi. Assalamualaikum .”kata ku

“eh bila, ada apa nak?kata ibu

“rosinya ada di rumah, tante?kata ku

“ada kok, yuk masuk dulu tante panggilin dulu rosinya” kata ibu

“bilaaa, ngapain lu kesini tumben deh maen kesini” kata rosi

“yeah, emang ga boleh apa gua main dirumah lu?” kata ku

“wkwk,,,,yah bolehlah masa ga boleh” kata rosi sambil memeluk ku

Tak terasa waktu sudah mulai menandakan bahwa ia akan segera terbenam dan berubah warna menjadi kemerahan sampai lupa kalau mau ngasih hadiah kepadanya hehe. Pertanda bahwa aku sudah lama sekali berada dirumahnya dan aku harus segera pulang sebelum dicari oleh orangtua ku. Rasanya aku tidak ingin pulang karna aku masih ingin berbagi cerita dengannya, tertawa bersama dan lain sebagainya namun aku tidak bisa melakukan itu karna aku harus pulang.

“ros, taraaa”kata ku

“waw apaan nih bil”katanya terharu sambil memeluk ku

“buka dong, tapi ga tau itu cocok buat lu apa engga” kata ku

“bagus banget sih ini tapi kegedaan tau lu belinya”katanya sambil tertawa dan aku pun ikut tertawa bersamanya.

“iyah tau yah gimana dong apa mau gua ganti ke tokonya?”kata ku

“engga usah deh, engga apa-apa kok paling entar juga pas kalau udah lama”katanya tersenyum

“harus dipake terus pokoknya”kata ku sedikit memaksa

“tenang gua pake terus kok nanti, makasih yah”katanya terharu

Waktu berjalan tiada henti bagai air yang mengalir begitu deras, tak terasa sebentar lagi bulan desember bulan dimana dia sudah berangkat untuk berjuang dinegri orang. Tiba disuatu waktu aku mendapat kabar dari yana bahwa rosi akan berangkat lusa, perasaan ini tak karuan benarkah ia akan berangkat lusa? Air mata pun tak bersahabat ia jatuh begitu saja tanpa memperdulikan sekitarnya, tak ku pungkiri bahwa saat itu aku sedang sedih. Sampai akhirnya aku bertemu dengan teman ku dan ku cerita dengannya sambil nahan tangis. “nur, rosi mau berangkat lusa” suaru ku bergetar mengatakannya dan air mata pun turun begitu saja. “yaudah mau gua anterin engga ke rumah rosi?” kata teman ku. “tapi ga mau nangis di depan dia”kata ku sambil berurai air mata. “udah dong jangan nangis jadi keikut kan pengen nangis juga”katanya. Ku tenangkan diriku, kemudian aku bergegas membuka ponsel ku untuk memastikan apakah ia mengirimi aku pesan? Kok dia engga ngabarin aku langsung sih? Disaat itu perasaan sedih dan kesal bercampur menjadi satu. Ku buka ponsel dan ternyata ada notif dari rosi “bil, doain yah insyaallah gua berangkat besok. Kesini dong main.”, Secepat itukah dia pergi. Dengan tergesa-gesa aku mengambil jilbabku dan kunci motor untuk pergi kerumahnya.

Waktu bagaikan tak bersahabat dengan ku ia berputar begitu cepat tanpa berhenti sedetikpun pertanda bahwa ia akan segera berangkat dan waktu sudah berubah menjadi malam. Sekuat tenaga ku berusaha tegar tanpa rapuh sedikitpun di depannya, ku tahan tangis ini walau sakit, kata-kata yang sudah ku rangkai sedemikian rupa tidak terucapkan oleh ku sepatah katapun susah yah, kalau mau ditinggal harus berbicara dengannya. Dan akhirnya aku pamit untuk pulang karna waktu sudah larut dan air mata ini seakan-akan memanggilku untuk keluar namun lagi-lagi aku menahannya agar tak terlihat cengeng di depannya.

Mentari menyinari pagi ku hari ini, ia bersinar begitu terang terbalik dengan suasana hati ku pagi ini yang sendu. Yah, inilah hari dimana yang sangat ditunggu-tunggu oleh sahabatku hari indah baginya setelah penantian yang cukup lama. Tepat pukul 13.00 WIB ia sudah lepas landas menuju ke negri yang begitu indah dan kaya akan ilmu pengetahuan. Hati-hati dijalan semoga kita bisa bertemu lagi dikemudian hari berjuanglah begitupun aku, berjuang dimasing-masing tempat kita berada saat ini.

-END-

Bionarasi

Nadiyah Salsabbilah, lahir 16 Juli 2001 di Tangerang. Success doesn’t come from what you do occasionally. It comes from what you do consistently. Mahasiswi yang sedang belajar tentang kepenulisan yang baik dan benar, mencoba menjadi mahasiswi yang berprestasi dalam pendidikan, dan sering mengikuti lomba kepenulisan baik karya ilmiah maupun cerpen. Mahasiswi aktif Universitas Darussalam Gontor dan merupakan salah satu anggota dewan mahasiswa. Hobi menulis, membaca yang selama ini dilakukan dan ingin mepunyai karya sendiri. [email protected] / [email protected]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image