Culture Shock dalam Novel Student Hidjo
Sastra | 2025-05-16 21:32:25Novel student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo terbit pada tahun 1918. Novel ini adalah salah satu bentuk sastra perlawanan yang menerangkan kondisi pada zaman pergerakan menuju Indonesia merdeka. Melalui tokoh utama, Hidjo, novel ini menceritakan perjuangan seorang anak laki-laki dalam memegang teguh identitasnya sebagai keturunan Jawa yang harus bertahan di tengah dominasi budaya Barat serta sistem pendidikan kolonial.
Dalam novel Student Hidjo, terlihat beberapa gambaran culture shock yang dialami tokoh Hidjo ketika bertemu dengan budaya Barat yang membuat dirinya bingung, cemas, hingga mengisolasi diri dari budaya Barat. Hal tersebut menunjukkan adanya kesulitan yang dialami oleh orang-orang pribumi ketika berada di lingkungan asing. Mereka harus menghadapi godaan-godaan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang telah diajarkan kepada mereka di tanah air. Jika mereka tidak mampu mengatasi godaan tersebut, hal ini dapat menyebabkan perasaan malu atau kehilangan jati diri, terutama jika mereka dianggap gagal dalam menjaga moralitas.
Tokoh Hidjo merasa khawatir akan pengaruh budaya Barat yang bisa mengubah cara berpikir dan perilaku seseorang. Ada anggapan bahwa tinggal di Belanda akan membawa perubahan besar dalam cara orang berhubungan, terutama dalam hal cinta. Lingkungan yang lebih bebas dan terbuka di sana bisa membuat seseorang melupakan komitmen yang sudah ada. Hal ini menciptakan ketegangan antara nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai Barat yang lebih longgar dalam hal hubungan.
Adanya aturan yang jelas dalam budaya Eropa terkait interaksi antara pria dan wanita. Aturan ini mencerminkan norma sosial yang mengatur perilaku dan posisi gender di masyarakat Eropa. Sebaliknya, dalam budaya Jawa, interaksi antara pria dan wanita mungkin tidak terikat pada aturan yang sama, sehingga Hidjo merasa kebingungan ketika harus menyesuaikan diri dengan norma baru ini. Ketidakmampuannya untuk mengatur situasi ini menunjukkan bahwa ia belum sepenuhnya siap menghadapi perubahan budaya tersebut.
Kehadiran gadis-gadis telanjang dalam budaya Barat di dalam novel tersebut bertentangan dengan norma dan nilai moral yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Hidjo, yang dibesarkan dalam tradisi yang menekankan kesopanan dan penghormatan terhadap perempuan, merasa terkejut, cemas, dan bingung ketika melihat pemandangan yang dianggap tidak pantas. Hal ini mencerminkan adanya benturan atau culture shock antara nilai-nilai tradisional yang diajarkan dahulu di tanah Jawa dan kebebasan ekspresi tubuh yang diterima di Belanda.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa Hidjo berada dalam posisi yang sulit karena harus menghadapi tekanan dari budaya Jawa yang menjadi asalnya dan budaya Barat yang sangat dominan di lingkungan barunya di Netherlands. Hidjo merasa bingung dalam mencari identitas dirinya karena harus memilih antara dua nilai yang saling bertentangan. Hidjo tidak bisa sepenuhnya menolak pengaruh budaya Barat, namun di sisi lain juga sulit baginya untuk melepaskan ikatan dengan budaya Jawa yang melekat padanya.
Daftar Pustaka
Kartodikromo, Mas Marco. (2018). Student Hidjo. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
