Kritis Identitas: Salah Asuhan Kah?
Sastra | 2025-05-15 19:56:57
Salah Asuhan merupakan novel karya Abdul Moeis yang sangat apik, walaupun pada awalnya novel ini ditolak oleh Balai Pustaka akibat terlalu vulgar dalam menggambarkan tokoh Corrie, sehingga Abdul Moeis berjanji untuk mengubah karakter tokoh Corrie, sehingga novel tersebut berhasil dipublikasikan oleh Balai Pustaka, dan kita dapat mengetahui cerita tersebut di dalam novel itu dengan genggaman tangan kita saat ini.
Tokoh utama yaitu Hanafi, dia di gambarkan sebagai kaum yang terpelajar namun kritis identitas karena ia sangat menyukai budaya barat hingga melupakan budaya lokal yang dianutnya dan ditanamkan oleh Ibunya sedari kecil. Hanafi disekolahkan oleh sang Ibu hingga keluar negeri (kota) tetapi dengan ilmu yang dimiliki nya membuatnya semakin menyukai budaya barat serta mengenyampingkan budaya nya sendiri, budaya barat dengan budaya nya tentunya berbanding terbalik 180 derajat, hingga ia merasa budaya barat tidak lagi tepat untuknya dan memutuskan untuk kembali lagi ke kampung halamannya namun ia tidak diterima baik di kampung halamannya, karena perlakuan yang dilakukan olehnya selama ini, bagaikan "nasi yang telah menjadi bubur", namun tanpa disangka-sangka bahwa sang mantan istri sangat menghargai dia sebagai seorang ayah sehingga hal ini terbukti dari perkataan anaknya ketika tanpa sengaja berbicara dengan polosnya bahwa ia sangat ingin bertemu dengan ayahnya karena sang ayah menjalani pendidikan yang jaraknya jauh dari kampung halamannya walaupun anaknya tidak mengetahui bahwa dia lah ayah yang ditunggunya.
Dalam perspektif sastra, novel ini memperlihatkan bagaimana karakter tokoh dikonstruksi untuk menyampaikan pesan moral dan sosial secara naratif, tokoh utama ini juga secara tersirat menggambarkan pemerintahan pada masa itu.
Hanafi yang memiliki Ibu yang sangat menyayangi dan sabar akan segala tingkah lakunya pun diakhir cerita sempat mempertanyakan akan didikan yang diterapkah oleh Hanafi sehingga ia melupakan budaya dan adat tanah kelahirannya sendiri, apakah karena dia salah asuhan?
Melalui pendekatan teori Postrukturalisme yang dikemukakan oleh Petter Barry, tokoh Hanafi merupakan tokoh yang memberontak dengan tidak mau mengikuti budaya lokal yang sudah lama ada dalam dirinya, ia lebih memilih untuk mengikuti budaya Barat. Namun tragisnya Ia tidak sepenuhnya diterima oleh masyarakat kolonial sebagai bagian dari mereka, dan kehilangan citraan dari negara dan budayanya sendiri, akibat kesombongan yang ada dalam diri nya.
Sebagai karya sastra yang juga sarat dengan nilai-nilai nasionalisme, Salah Asuhan menjadi refleksi dari pergulatan bangsa Indonesia pada masa kolonial dalam memahami modernitas dan mempertahankan jati diri. Dengan menyoroti dilema tokoh utama, Abdoel Moeis memberi pembaca ruang untuk merefleksikan pentingnya kesadaran budaya dan posisi sastra sebagai medium pendidikan moral dan sosial dalam masyarakat kolonial.
Kutipan yang saya sukai dalam novel ini pada halaman 137.
"Ibu takkan menyumpahi dia. Ibu merelakan sengsara dan bahaya yang Ibu hadapi semula anak itu dalam kandungan. Ibu merelakan air susu menghidupinya dan Ibu relakan pula dunia akhirat segala jernih dan rugi buat mengasuh dan menyekolahkannya, sampai ia sepandai itu.
-Ibu Hanafi
Hal ini dengan jelas digambarkan betapa sabar dan ikhlas nya hati seorang Ibu dalam mendidik hingga membesarkan anaknya tanpa pamrih. Namun, hanya satu yang orang tua inginkan terutama Ibu yaitu agar anaknya dapat lebih sukses dari mereka nantinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
