Marxisme dalam Novel Student Hidjo
Sastra | 2025-05-15 19:16:54
Student Hidjo merupakan salah satu karya sastra yang ditulis oleh Mas Marco Kartodikromo pada masa pergerakan nasional. Novel ini menampilkan kehidupan seorang pemuda Jawa, Hidjo, yang berangkat ke Belanda untuk menuntut ilmu. Dalam novel ini diceritakan bahwa Hidjo merupakan tokoh yang penting karena memadukan kritik sosial dengan bentuk novel modern ala Barat, menjadikannya sebagai perwakilan sastra perlawanan kolonial yang lahir dari semangat emansipasi.
Novel ini menggunakan teori Marxisme karya Karl Marx karena novel ini menganalisis kritik sosial yang sangat jelas terlihat perbedaan kelas sosial. Novel ini membantu memberikan sudut pandang bahwa kesadaran kelas dapat mempengaruhi karakter seseorang, hal ini terealisasikan dalam kelas sosial pada masa kolonial.
Gaya penulisan Mas Marco yang cenderung langsung, penuh kritik, dan kadang satiris, membuat novel ini menjadi lebih sensitif bagi pemerintahan, dikarenakan dalam penulisan novel yang akan dipublikasikan oleh Balai Pustaka harus melewati 3 tahapan: tidak menyinggung pemerintahan, tidak vulgar, dan tidak membawa agama.
Novel ini menceritakan perjuangan Hidjo dalam mengejar pendidikan hingga ia bersekolah ke luar kota, perjodohan yang sebelumnya diikuti oleh Hidjo ternyata berubah bukan karena ia menemukan cinta yang lain pada saat menuntut ilmu tetapi perjodohan yang diubah oleh orang tua nya sendiri kepada Woengoe, namun Biroe pun tidak sendirian ia dijodohkan oleh saudara Woengoe. Mereka semua menuruti perintah orang tua mereka akan perjodohan ini, dan memiliki benih rasa cinta antara sesama pasangannya.
Keseluruhan, Student Hidjo bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga pernyataan politik dan identitas. Novel ini menyuarakan pergolakan internal masyarakat terjajah dan menegaskan posisi sastra sebagai alat perjuangan. Dalam studi sastra Indonesia, novel ini penting karena menghubungkan ide-ide modernitas, kolonialisme, dan perjuangan identitas dalam karya sastra.
Kutipan favorit saya dalam novel ini yaitu pada halaman 38.
"Ya, meski Biroe tunangan Hidjo, saya pun harus berkenalan dengan baik sama dia, sebab saya bukan tunangan Hidjo, tetapi saya sangat senang berkenalan dengan dia"
Dalam kutipan ini terlihat jelas bahwa Woengoe tetep ingin berkenalan dan memiliki hubungan baik dengan Biroe, walaupun keduanya memiliki perasaan pada satu orang yang sama namun tidak adanya keinginan untuk saling menjatuhkan satu sama lain, bahkan keduanya saling mendukung dan menguatkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
