NEET pada Gen Z Beban Negara! Benarkah?
Edukasi | 2025-05-13 16:29:44
Saat ini, Indonesia sedang mengalami keuntungan demografi di mana jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif lebih tinggi dibandingkan mereka yang berada dalam usia tidak produktif. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak individu muda, terutama dari generasi Z, justru terjebak dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, ada sekitar 9,9 juta pemuda di Indonesia yang termasuk dalam kategori NEET, yang setara dengan 22,25% dari total pemuda yang ada.
Apa Itu NEET?
NEET merujuk pada sekelompok orang yang tidak terlibat dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan. Istilah ini pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1999 dan sejak itu telah menjadi perhatian di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Mengapa Gen Z Terjebak dalam NEET?
Ada beberapa alasan yang menyebabkan banyak Gen Z berada dalam status NEET, antara lain:
1. Ketidaksesuaian antara Sistem Pendidikan dan Dunia Kerja: Banyak lulusan merasa bahwa pendidikan yang mereka terima di sekolah atau universitas tidak sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.
2. Standar Pekerjaan yang Tidak Masuk Akal: Banyak posisi yang meminta pengalaman kerja minimal dua tahun, sedangkan banyak Gen Z baru saja menyelesaikan pendidikan mereka. Kondisi ini menyebabkan masuk ke dunia kerja menjadi tantangan bagi mereka.
3. Tingginya Biaya Pendidikan: Biaya pendidikan yang sangat mahal menjadi salah satu masalah yang perlu diatasi untuk menangani fenomena NEET. Banyak lulusan SMA yang mempertimbangkan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi karena biaya.
4. Masalah Kesehatan Mental: Tekanan sosial dan mental juga menjadi faktor penting dalam meningkatnya jumlah Gen Z yang terjebak dalam NEET. Stres dari akademik, harapan dari keluarga, dan dampak dari pandemi COVID-19 membuat banyak anak muda mengalami keadaan burnout sebelum mereka benar-benar terjun ke dunia kerja.
Pendapat Para Ahli
Menurut Rektor Binus University, Dr. Nelly SKom MM CSCA, pilihan berada di tangan generasi Z sendiri. Tugas pendidik adalah membantu mereka menjadi tegas dalam mengambil keputusan dengan mempertimbangkan risiko, serta mengajarkan mereka mengenai kehidupan dalam masyarakat. Ia percaya bahwa pola pikir yang benar dapat memberikan dukungan bagi Gen Z untuk tumbuh dan menghadapi tantangan di dunia kerja.
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, mengakui bahwa masalah biaya pendidikan perlu diperbaiki untuk mengurangi angka NEET. Namun, ia juga menegaskan perlunya motivasi diri pada generasi muda untuk memahami tujuan hidup mereka ketika mereka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan.
Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Tantan Hermansyah, menekankan pentingnya peran orang tua dalam kasus NEET. Ia menyatakan bahwa orang tua seharusnya berperan aktif dalam membimbing anak-anak mereka agar talenta yang dimiliki bisa berkembang. Ia juga memperingatkan bahwa sikap orang tua yang terlalu memanjakan dapat menyebabkan anak merasa tidak perlu bekerja karena yakin akan mendapatkan harta dari orang tua mereka.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, menjelaskan bahwa ada banyak alasan di balik tingginya angka NEET di Indonesia, salah satunya adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki generasi muda dan kebutuhan yang ada di industri atau perusahaan. Ia juga menyoroti bahwa faktor biaya menjadi halangan utama bagi banyak anak muda untuk melanjutkan pendidikan atau mengikuti pelatihan guna meningkatkan keterampilan mereka agar sesuai dengan permintaan pasar kerja.
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Juri Ardiantoro, menyatakan bahwa saat ini lulusan SMA dan perguruan tinggi tidak selalu siap untuk memasuki dunia kerja secara langsung. Dia menyarankan agar generasi Z tidak hanya fokus pada mencari pekerjaan, tetapi juga mencoba untuk menciptakan pekerjaan mereka sendiri.
Dampak NEET bagi Individu dan Negara
Fenomena NEET memberi dampak tidak hanya pada individu, tetapi juga pada negara secara keseluruhan. Untuk individu, menjadi NEET dapat mengakibatkan:
Kehilangan Keterampilan: Ketidakadaan pengalaman kerja dan kurangnya pengembangan keterampilan dalam waktu lama bisa menurunkan kepercayaan diri dan daya saing mereka di pasar kerja. Masalah Kesehatan Mental: Remaja yang merasa terpinggirkan dan kehilangan harapan akan masa depan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan mental.
Untuk negara, tingkat NEET yang tinggi dapat berakibat:
Penurunan Produktivitas: Dengan 10 juta individu dari Gen Z menjadi NEET, banyak potensi kontribusi ekonomi yang hilang, menyebabkan jutaan jam kerja terbuang, yang seharusnya dapat menopang produksi dan pertumbuhan ekonomi. Beban Fiskal: Kehadiran NEET mengakibatkan beban fiskal bagi pemerintah, karena adanya kehilangan pendapatan dari pajak dan perlunya anggaran tambahan untuk bantuan sosial serta dukungan ekonomi.
Solusi Mengatasi Fenomena NEET
Untuk menghadapi fenomena NEET, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak:
1. Reformasi Pendidikan: Pemerintah harus memfokuskan pada peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi, serta menciptakan peluang kerja yang sesuai bagi generasi Z.
2. Program Pelatihan dan Magang: Sektor swasta bisa berperan dengan menyediakan program magang dan pelatihan kerja. Pelatihan penting untuk meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan generasi muda agar siap memasuki pasar kerja.
3. Dukungan Kesehatan Mental: Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam mencegah serta menangani fenomena NEET. Keluarga harus memberikan dukungan kepada generasi muda agar mereka melanjutkan pendidikan atau mengambil pelatihan. Masyarakat dapat membangun suasana yang positif dan inklusif serta menawarkan kesempatan bagi generasi muda untuk berkembang.
Referensi:
1. Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Data Pemuda Berstatus NEET Tahun 2023. https://katadata.co.id
2. DetikEdu. (2024). Soal Gen Z Menganggur dan Gaji Kecil, Begini Kata Rektor Binus. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7402465
3. Kumparan. (2024). Kuliah Mahal, Kerja Susah, Gen Z Pilih Bersantai. https://kumparan.com
4. Kabar Bursa. (2024). Pakar Soroti Peran Orang Tua terhadap Gen Z Menganggur. https://kabarbursa.com/headline/47765
5. NU Online. (2024). Sistem Pendidikan Nasional Tak Otomatis Serap Gen Z ke Lapangan Kerja. https://nu.or.id
6. Suara Merdeka Jakarta. (2024). Tafsir Ekonomi 10 Juta Gen Z Menganggur (NEET). https://jakarta.suaramerdeka.com.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
