Gaza: Bara Genosida Dunia, Api Ketakutan Tegaknya Khilafah
Agama | 2025-05-06 20:22:01
Bak api yang melahap ranting kering, aksi bela Palestina dan konferensi -konferensi soal Gaza makin menyulut api tuntutan di berbagai tempat. Api tuntutan itu kian berkobar dan menjilat-jilat ke angkasa, di bumi wilayah negeri-negeri muslim. Tuntutan pengiriman tentara (jihad) dan seruan khilafah kian tak terbendung. Menghanguskan semua kepongahan sekat batas negara.
Gaza: Bara Genosida Dunia
Bara Genosida Gaza telah membuka semua mata dunia tentang kebiadaban penjajah Zionis. Menyatukan geliat dan gelisah umat akan penyelesaian hakiki genosida Gaza. Perhelatan akbar Konferensi Al-Ruwad ke-14 di Istanbul yang dulu merupakan pusat ke-Khilafahan Turki Utsmani, menjadi saksi betapa umat sedang berusaha bangun dan sadar atas kondisi dirinya yang lemah. Mengambil aksi nyata untuk tegak kembali menghilangkan berbagai kezaliman penjajah kafir.
Konferensi yang diinisiasi oleh Koalisi Global Bela Al-Quds dan Palestina, berhasil menghadirkan tokoh dari 60 negara untuk membahas dukungan bagi Palestina, khususnya Gaza yang tengah mengalami genosida. Kehadiran tokoh dari berbagai elemen masyarakat dan lembaga di Konferensi Al-Ruwad, makin solid dengan turut hadirnya tokoh Palestina seperti Khaled Mashal. (sabili.id 28/4/25)
"Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat," yang didiskusikan sebagai tema konferensi, menjadi bukti bahwa umat harus bangkit untuk perjuangan Palestina. Bahwa Palestina adalah tanggung jawab semua umat. Dimana berbagai inisiatif dan program harus mulai dirancang, sehingga mampu membentengi kaum muslimin dari kebuasan penjajah Zionis dan Barat. (nasional.sindonews.com 28/4/25)
Api Ketakutan Barat Akan Tegaknya Khilafah
Di titik ini, Barat kian menyadari krisis Gaza justru membuka pintu yang lebih lebar bagi arus kesadaran umat akan kewajiban dan urgensi khilafah. Ini menjadikan semua upaya yang sudah dilakukan untuk menghadang khilafah menjadi sia-sia. Artinya krisis gaza telah menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat sekaligus menandai terbitnya fajar khilafah. Hebatnya, geliat umat ini berhasil menyulut api ketakutan Barat akan tegaknya Khilafah kembali.
Hal itu nampak dari ocehan Netanyahu yang menolak pendirian kekhilafahan manapun di pantai Mediterania. Dimana ketakutan Zionis Israel terlihat jelas, dengan akan meluaskan respon balasan tak hanya pada Yaman, namun hingga Lebanon dan wilayah lainnya. (arrahmah.id 23/4/25).
Pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy pada The Guardian, menunjukan hal yang sama. Inggris mengambil tindakan konsultasi bersama Prancis dan Arab Saudi, untuk mengambil opsi pengakuan terhadap negara Palestina pada bulan Juni. Tindakan antisipasi pengakuan Palestina, merupakan bentuk ketakutan Eropa jika memang pada saatnya kekhilafahan yang menjadi isu puncak atas problem Palestina benar-benar terwujud. (viva.co.id 1/5/25)
Monster khilafah yang menakutkan bagi Barat sejatinya merupakan keniscayaan sejarah. Peradaban yang awalnya dibangun dari hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW, telah menerangi dunia selama lebih dari 14 abad. Cahayanya yang terang mengangkat semua bentuk kezaliman paganisme dan kekufuran telah diakui oleh para politikus dan sejarawan baik muslim maupun kafir sekalipun.
Samuel P. Huntington, seorang ilmuwan politik, profesor Ilmu Pemerintahan dan direktur Institut John M. Ulin untuk Studi-studi Strategis, Universitas Harvard (AS), telah menyampaikan pada karyanya "The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order". Ia mengidentifikasi sembilan peradaban yang di masa depan akan terjadi benturan. Peradaban tersebut adalah Barat, Tiongkok (Konfusianisme), Jepang, Islam, Hindu, Slavia-Ortodoks, Amerika Latin, Afrika, dan kemungkinan lainnya. (Wikipedia).
Saatnya Mengambil Langkah Nyata
Bagi muslim, keimanan dan keyakinan akan tegaknya kembali kekhilafahan adalah sesuatu yang tak perlu diperdebatkan. Hal tersebut telah tertuang dalam firman Allah di Qur’an surat An Nisa ayat 55. Bahwa Allah SWT akan meneguhkan kembali kedudukan umat Islam menjadi aman, dari kondisi yang sebelumnya penuh ketakutan dan kezaliman. Semua akan mengimani dan menyembah Allah swt dan tak akan menyekutukan-Nya.
Maka, wajib bagi semua muslim yang menyadari perannya sebagai pengemban dakwah, penerus estafet aktivitas para nabi, untuk lebih masif menggencarkan dakwah penegakkan khilafah di semua kalangan. Hingga seruan kebaikan ini akan terwujud menjadi opini umum yang tegak di atas kesadaran umum semua umat Islam. Tak lagi ada dari golongan dari kaum muslimin yang enggan, ragu bahkan menentangnya.
Gerakan dakwah penyadaran dengan mewujudkan opini umum tentang urgensitas khilafah haruslah menjadi gerak yang fokus, dinamis dan jelas. Kejelasan dan kejernihan dakwah ini wajib mengikuti metode dakwah yang telah Rasulullah contohkan. Yaitu dengan target utamanya adalah melalui thariqah (jalan) ummat. Jalan dakwah ini merupakan penyadaran berbasis akidah hingga terbentuk dukungan kuat dari umat. Hingga pada batas kekuatan maksimal akan mendorong perubahan mendasar berupa dibaiatnya seorang khalifah bagi seluruh umat Islam.
Wallahu’alam bishowab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
