Sebuah Kenangan yang Tak Pernah Pulang
Sastra | 2025-05-04 13:09:05Tentang Kita yang Pernah Ada Sebuah Kenangan yang Tak Pernah Pulang
Ada nama yang tak pernah mati meski tak lagi kusebut dalam doa, ada kisah yang tak pernah usai meski waktu telah menulis akhir cerita.
Kau datang bukan untuk tinggal tapi cukup lama untuk mengubah arah. Dalam tawamu kutemukan harap, dalam marahmu—aku merasa cukup layak dicintai.
Juni menyapaku dengan cahaya, Januari merenggutmu tanpa suara. Kita pernah saling genggam lalu melepaskan demi janji yang tak kubuat.
Kau pergi, membawa separuh langit aku tinggal, menata puing-puing yang diam. Aku bicara pada Tuhan tentang luka yang tak sempat kutitipkan padamu.
Februari datang dengan kabar barumu, dan aku pun belajar menjadi pulang bagi diriku sendiri. Sebab kau telah menjadi rumah yang tak lagi menerima kunci lama.
Kita bertemu lagi dalam senyap, kau berubah, aku juga. Tapi hatiku tetap mengingat segala yang pernah kita sebut "kita".
Kini kudengar kabar bahagiamu, dan meski hatiku sempat bergetar, aku tahu: tak semua cinta ditakdirkan untuk bersama.
Aku tak menunggumu, aku hanya sedang menghormati kisah yang pernah membuatku percaya pada cinta.
Karena ada cinta yang tak butuh memiliki, cukup dikenang, dan diam-diam didokan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
