Fort Oranje, Bangunan Bersejarah Warisan Belanda
Wisata | 2025-04-28 20:51:29
Petualangan saya ke Ternate belum berhenti di Danau Lorite dan Air Guraka/wedang jahe dengan berbagai rempahnya.
Perjalanan ke Ternate yang berakhir pada 20 April 2025 telah memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Dari pelabuhan semut mangga dua Ternate yang sibuk ke pelabuhan Sofifi pulang pergi naik speedboad mengarungi lautan lantas disambung perjalanan darat menyusuri lereng-lereng tebing berliku ke Halmahera Tengah, menikmati pegunungan dari atas mobil rental menuju perusahaan tambang nikel di Halmahera Tengah, hingga tantangan mendaki pegunungan berlumpur dan licin lantaran hujan.
Perjalanan ini bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang perjalanan itu sendiri. Kami kembali ke Ternate dengan kenangan dan pengalaman yang akan kami ingat selamanya.
Dari situ saya menyambangi eksotisme danau lorite yang termahsyur keberadaannya. Mendatangi Danau Lorite bukan sekadar melampiaskan penat semata, namun lebih bersyukur dan takjub atas karya Allah SWT.
Saya juga menyempatkan diri mendatangi Fort Orange (Benteng Orange) yang keberadaannya di kota Ternate, dimana posisinya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap.
Mumpung menginjakkan kaki di Maluku Utara kota Ternate ini, kapan lagi bisa ke benteng ini, kalau ndak sekarang, gumamku.
Selain itu, pesona Maluku Utara juga begitu indah di beberapa kepulauannya ataupun di daerah Ternate sendiri, dimana keberadaan benteng orange menurut pandangan saya bangunan benteng kurang terawat bahkan berubah fungsi, sehingga memudarkan nilai sejarah benteng itu sendiri.
Kepulauan Maluku Utara memiliki banyak objek wisata baik dari laut, gunung maupun tempat bersejarah sampai kulinernya. Wajar saja Ternate disebut juga sebagai kota Rempah maupun kota Sultan yang artinya tanah tempat berjuang, bertahan, meski berbeda-beda tetap satu jua.
karena dahulu kala Ternate menjadi tempat persingahan bagi para pelaut sebelum melanjutkan perjalanan.
Benar sekali! Ternate memang memiliki sejarah yang kaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran penting di Maluku. Lokasinya yang strategis di jalur perdagangan antara Asia dan Eropa membuat Ternate menjadi tempat persinggahan yang populer bagi para pelaut dan pedagang. Mereka bisa beristirahat, mengisi persediaan, dan melakukan transaksi perdagangan sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Sejarah Ternate juga terkenal karena peranannya dalam perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh.
Beberapa bukti peninggalan sejarah terdapat di pulau ini mulai dari sejarah religi maupun sejarah kerajaan. Kita bisa jumpai di Maluku Utara dengan bangunan masjid-masjid dan masih sering digunakan untuk beribadah.
Selain itu salah satu objek wisata sejarah yang cukup menarik perhatian saya, yakni Fort Oranje terletak di Kota Ternate, Maluku Utara, merupakan salah satu benteng peninggalan Belanda yang paling bersejarah di Indonesia.
Fort Oranje dibangun pada tahun 1607 oleh Gubernur Jenderal Belanda, Cornelis Matelief De Jonge, sebagai markas pertahanan dan pusat administrasi Belanda di Maluku. Awalnya, benteng ini bernama Benteng Malayo, yang merupakan benteng milik Kesultanan Ternate yang hancur akibat serangan Spanyol.
Lokasi Fort Oranje sangat strategis karena berada di dekat pelabuhan Ternate, sehingga memudahkan Belanda mengendalikan perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh, di wilayah tersebut.
Pada tahun 1609, nama benteng ini diubah menjadi Fort Oranje untuk menghormati Dinasti Oranje-Nassau, keluarga kerajaan Belanda. Fort Oranje pernah digunakan sebagai tempat pengasingan Sultan Badarudin II dari Palembang pada tahun 1822 hingga ia meninggal pada tahun 1852.
Fort Oranje memang merupakan salah satu warisan sejarah Belanda di Indonesia yang cukup menarik. Terletak di Ternate, Maluku Utara, benteng ini dibangun pada abad ke-17 oleh VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) Belanda.
Namun, Fort Oranje juga memiliki kaitan dengan Sultan Badarudin II dari Palembang. Sultan Badarudin II diasingkan ke Ternate oleh Belanda pada abad ke-19 setelah terlibat konflik dengan pemerintah kolonial Belanda.
Fort Oranje kini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Indonesia.
Benteng oranje ini memiliki arsitektur khas Belanda dengan dinding kokoh, sudut berbentuk bastion, dan area terbuka di tengahnya. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan, seperti rumah Gubernur Jenderal, barak prajurit, gudang senjata, dan prasasti-prasasti kuno.
Fort Oranje telah dipugar dan dijadikan salah satu destinasi wisata sejarah di Ternate. Meskipun demikian, beberapa bagian benteng menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan perlu perawatan lebih lanjut.
Benteng ini menawarkan pemandangan indah Kota Ternate dan sekitarnya, serta menyimpan cerita sejarah yang kaya tentang interaksi antara bangsa Eropa dan masyarakat lokal di Indonesia.
Fort Oranje menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah kolonial di Indonesia dan merupakan tempat yang penting untuk memahami sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
