Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Study Rizal Lolombulan Kontu

Dakwah di Era Generasi Z: Menyentuh Hati di Dunia Serba Digital

Agama | 2025-04-25 13:30:18

Dakwah selalu mengalami perubahan mengikuti dinamika zaman dan karakteristik generasi yang menjadi sasarannya. Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2009, merupakan kelompok yang tumbuh di era digital dengan akses tanpa batas terhadap informasi. Mereka terbiasa dengan media sosial, memiliki pola pikir kritis, dan cenderung lebih independen dalam mencari kebenaran, termasuk dalam aspek keagamaan. Dalam konteks ini, dakwah harus menyesuaikan strategi agar tetap relevan dan mampu menyentuh hati mereka.

Generasi Z adalah digital natives, yang berarti mereka tidak bisa dipisahkan dari teknologi. Mereka mendapatkan informasi dari berbagai platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan Twitter. Dalam dunia yang serba cepat ini, dakwah yang bersifat konvensional, seperti ceramah panjang tanpa interaksi, sering kali kurang menarik perhatian mereka. Selain itu, mereka lebih terbuka terhadap perbedaan pandangan dan cenderung mengedepankan diskusi daripada sekadar menerima otoritas agama secara mutlak.

Fenomena religious influencers juga semakin berkembang. Generasi Z lebih tertarik mengikuti ustaz atau tokoh agama yang mampu menyampaikan ajaran Islam dengan gaya yang santai, relatable, dan interaktif. Mereka juga lebih selektif dalam menerima otoritas agama, sering kali membandingkan berbagai sumber sebelum meyakini suatu kebenaran. Fenomena ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para pendakwah konvensional.

Dalam menghadapi generasi ini, para pendakwah harus mampu menggunakan platform digital secara optimal. Kehadiran di media sosial seperti TikTok, Instagram Reels, dan podcast di Spotify sangat diperlukan. Pesan keagamaan yang dikemas dalam format kreatif, seperti storytelling atau visual menarik, akan lebih mudah diterima oleh mereka.

Selain itu, dakwah yang humanis dan inklusif lebih relevan bagi Generasi Z yang cenderung mengutamakan nilai-nilai inklusivitas dan keadilan sosial. Pendekatan yang empatik dan membahas isu-isu kontemporer, seperti kesehatan mental, hak asasi manusia, dan lingkungan, dapat lebih menarik perhatian mereka dibandingkan sekadar menekankan aspek hukum dalam agama.

Dakwah yang efektif bagi Generasi Z juga harus bersifat interaktif. Mereka lebih menyukai dakwah yang melibatkan partisipasi, seperti sesi Q&A di media sosial, forum diskusi daring, serta penggunaan fitur polling dan komentar. Dengan cara ini, dakwah tidak terasa satu arah, melainkan menjadi ruang dialog yang lebih dinamis. Di samping itu, keautentikan dan kredibilitas pendakwah sangat penting. Generasi Z dapat dengan mudah mendeteksi kepalsuan, sehingga mereka lebih percaya kepada pendakwah yang transparan dan menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah kepada Generasi Z membutuhkan pendekatan yang inovatif, digital-friendly, dan berbasis dialog. Mereka bukan sekadar audiens pasif yang menerima dakwah secara satu arah, tetapi generasi yang ingin terlibat dalam percakapan, mempertanyakan, dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang agama. Dengan memahami karakteristik mereka dan menyesuaikan strategi dakwah, Islam dapat tetap hadir sebagai panduan hidup yang relevan di era digital ini. (srlk)

* Penulis adalah dosen dan direktur eksekutif P3ID FDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image