Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asnan Purba

Pribadi Seorang Muslim

Agama | 2025-04-23 14:41:20
Ustadz Asnan Purba (Dosen Tazkia University)

Pembentukan kepribadian seorang muslim tidaklah dimulai dengan kehampaan, tetapi ia dibentuk dari asas yang berawal dari akidah yang benar dan bersih dari berbagai macam syirik, yang tunduk dan patuh serta beriman kepada Allah swt dengan penuh keyakinan, begitu pulalah dalam pembentukan kepribadiannya menjadi muslim yang baik, dimulai penyesuaian tingkah laku dan tata pergaulan baik secara dan praktek dari Alquran maupun Hadis dengan mencontoh suri tauladan dari Rasulullah saw yang merupakan pembawa risalah dan kalam ilahi. Firman Allah:” Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (QS An Najm: 3-4).

Maka sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengikuti jejak Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari, karena Rasul diutus pertama kali adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia yang bobrok terkenal dengan akhlak jahiliyyah pada masa itu, dengan mengambil Rasul sebagai suri tauladan yang baik maka berubahlah akhlak mereka dari jahiliyyah kepada yang baik, sesuai firman Allah swt:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS Al Ahzab: 21).

Didalam Alquran telah disebutkan sifat-sifat yang menjadi asas kepribadian seorang muslim yang baik dengan sangat jelas sekali sebagaimana yang dikehendaki Allah ialah suri tauladan dari kehidupan Rasul-Nya sehari-hari, yang memang dijaga dan diperhatikan oleh Allah swt sebagai contoh perilaku Nabi saw ketika menghadapi seorang buta datang menghadap kepadanya, ia bermuka masam lantas turunlah ayat yang menegur akan perilaku Nabi tersebut sebagai bukti bahwa Nabi selalu dijaga dan diperhatikan oleh Allah swt.

Diriwayatkan oleh Nasa’i bahwasanya Siti Aisyah ketika ditanya perihal perilaku atau akhlak Rasulullah saw, ia berkata:”Akhlaknya adalah Alquran kemudian ia membaca penggalan surat al Mukminun dari ayat 1-9 lantas berkata:”Beginilah Rasulullah saw (itulah ciri khas pribadi/karakter muslim yang baik).

Pada awal ayat adalah penekanan masalah khusyu’ dalam shalat artinya berbunyi: 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya. (QS Al Mukminun: 1-2). Arti Khusyu’ disini adalah seluruh anggota tubuh diam dan tidak bergerak, , mata lurus menghadap sujud dan hatinya terkait kepada Alah swt. Lantas kenapa mesti rasa khusyu’ yang diutamakan dari yang lain, hal itu dikarenakan ia berkaitan dengan hati, kalaulah hati sudah baik maka anggota tubuh yang lain pun akan baik pula. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw melihat seorang laki-laki bermain-main dengan jenggotnya, maka beliau bersabda:”Kalaulah hati ini sudah khusyu’, maka khusyu’lah anggota tubuh yang lainnya. Dengan ini akan menjadikan hubungan Allah dengan hamba-Nya akan menjadi dekat dan selalu khusyu’ dalam setiap sholatnya. Dan perkara khusyu’ ini adalah hal yang tidak semua orang mampu melakukannya, karena memang khusyu’ merupakan puncak dari segala perbuatan, sampai-sampai sabar dan sholat saja hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang khusyu’. Firman Allah swt: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS Al Baqarah: 45).

Kemudian pada ayat selanjutnya adalah sifat berpaling dari hal-hal yang tidak berguna, yang artinya berbunyi:” Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (QS Al Mukminun: 3), dengan sifat ini akan menumbuhkan rasa semangat dan pantang menyerah serta selalu optimis dan tidak pesimis, karena orang yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat baik itu didunia maupun diakhirat, dan Allah swt tidak merubah keadaan suatu kaum kalau bukan diri mereka sendiri yang merubah hal tersebut, tentulah perubahan tersebut tidak akan terlaksana bila tidak ada rasa semangat dan kesungguhan yang tinggi. Kita melihat berapa banyak orang yang berandai-andai ingin mendapatkan kebahagiaan tetapi ia selalu bermalas-malasan untuk itu, sehingga yang diandai-andaikan itu hanyalah omong kosong belaka, dan kita lihat pula orang yang bercita-cita tinggi disertai dengan kesungguhan dan semangat yang tinggi mendapatkan apa yang dicita-citakannya bahkan dapat mengadakan perubahan kepada yang lebih baik lagi dari keadaannya semula. Maka benarlah firman Allah swt: “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar Ra’d: 11). Dengan kedua sifat ini, Al Qura’an telah menggabungkan dua hal dari sifat-sifat yang ada yaitu mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Allah swt dan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna (dilarang Allah swt) dimana kedua sifat ini merupakan kaidah dalam pembentukan taklif (pembebanan hukum-hukum Allah) terhadap manusia.

Kemudian ayat berikutnya dengan sifat dalam amalan yang berbentuk harta, yang artinya: Dan orang-orang yang menunaikan zakat, (QS Al Mukminun: 4), setelah dibentuknya sifat melalui ibadah amaliyah yaitu dalam bentuk perbuatan yang zahir, lalu dibentuk lagi dalam sisi yang lain dalam bentuk berupa amalan maliyah (harta) karena ada yang dapat melewati sifat yang sebelumnya tetapi kurang mampu pada sifat ini yaitu dermawan, bagaimana berakhlak tehadap fakir miskin dan bermu’amalah dengan mereka , kita tentu belum lupa dengan kisa Tsa’labah yang mampu diuji dengan kemiskinan, ibadahnya selalu tepat waktu dan terjaga, tetapi setelah ia mendapat rizki yang melimpah ruah, ia malah kufur kepada Allah, tidak mau menunaikan zakatnya dan dengan sombong ia berkata:”ini adalah hasil dari jerih payahku sendiri. Sehingga Allah swt murka dan Nabi saw tidak sudi menerima zakatnya hingga beliau wafat dan selanjutnya pada masa khalifah Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra zakatnya pun masih ditolak, ketikak Utsman ditanya perihal tersebut ia menjawab:”Tidaklah mungkin aku mengambil zakat dan sedekah dari orang yang ditolak Rasul zakat dan sedekahnya, hingga wafatnya Tsa’labah pada masa khalifah Utsman ra zakat dan sedekahnya tetap tidak diterima dan ditolak.

Kemudian pada ayat berikutnya adalah penekanan pada sifat penjagaaan harga diri, keluarga dan masyarakat yang artinya berbunyi:” Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS Al Mukminun: 5-7). Karena penjagaan harga diri , keluarga dan masyarkat adalah salah satu ciri khas orang muslim yang berakhak, kalaulah harga diri sudah tidak ada , maka jadilah manusia itu seperti binatang atau bahkan lebih buruk . Kita lihat sebagian masyarakat sekarang sudah tidak memperdulikannya lagi kehormatan atau harga diri, keluarga dan masyarakat digilas dengan uang hawa nafsu, berapa banyak keluarga yang hancur karena tidak adanya lagi keharmonisan, adanya PIL (Pria Idaman Lain) dan WIL (Wanita Idaman Lain) dan mulai menggejalanya hubungan cinta sedarah (Inses), padahal mereka punya mata tetapi mereka tidak bisa lagi melihat mana yang benar dan salah, mereka punya telinga tetapi tidak mendengarkan lagi nasehat yang baik, mereka punya hati tetapi hatinya tidak pernah merasa risih dan bersalah atas perbuatan tersebut. Sehingga jadilah mereka seperti binatang yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja, sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi:”Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.(QS Al A’raf: 179)

Kemudian pada ayat selanjutnya adalah penekanan pada sifat amanah dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat yang artinya:” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS Al Mukminun: 8). Sifat amanah merupakan hal yang harus dimiliki oleh seorang Muslim yang baik karena orang yang bersifat tidak amanah merupakan salah satu dari tanda-tanda orang yang munafik. Kemudian rasa tanggung jawab yang dimulai dengan bertanggung jawab pada dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Apabila sifat ini sudah tidak ada lagi dalam kehidupan bermasyarakat maka akan timbullah rasa kecurigaan , tidak saling percaya satu sama lain, sehingga dalam bentuk apapun dalam seiap kegiatan penuh dengan kebohongan dan sumpah palsu, apabila sudah begini maka yang ada hanyalah kesemrawutan dalam kehidupan sosial masyarakat penuh dengan muslihat dan tipu daya.

Sedangkan pada ayat terakhir kembali ditegaskan pentingnya sholat (menjaga setiap waktu sholat) yang artinya berbunyi: Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. (QS Al Mukminun: 9). Karena sholat itu merupakan tiang agama, kalau tiangnya tidak kuat maka robohlah bangunan agama tersebut, begitu pulalah seorang muslim apabila sholatnya (sebagai tiang agama) tidak kuat maka tidak kuat pulalah pondasi agamanya, dan telah diterangkan dengan jelas sebelumnya akan pentingnya sholat yang disertai dengan khusyu’. Disisi lain juga diajarkan bagaimana seorang muslim menjaga waktu dengan disiplin sehingga tidak ada waktunya yang berlalu dengan sia-sia. Nah apabila semua penjelasan diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka terbentuklah seorang muslim dengan kepribadian/akhlak yang mulia. Masih banyak lagi hal-hal lain yang patut kita teladani dari sifat Rasulullah saw dalam segala segi bentuk kehidupan, baik dari kesabarannya, kejujurannya dan masih banyak lagi yang lainnya.

Allah swt menegaskan bahwa Rasulullah saw adalah manusia yang paling mulia akhlaknya yang patut kita ambil suri tauladannya dalam kehidupan sehari-hari. Firman Allah swt yang berbunyi:”Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al Anbiya”: 107)

Kesimpulan:

1. Akidah yang benar adalah asas dari pribadi Muslim

2. Sholat sebagai salah satu sarana yang sangat penting dalam pembentukan akidah yang benar

3. Rasulullah saw adalah suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image