Paus Fransiskus: Menyingkap Sejarah dan Proses Pemilihan Pemimpin Tertinggi Katolik di Dunia
Agama | 2025-04-23 10:01:09
Pada 21 April 2025, dunia digegerkan oleh meninggalnya Paus Jorge Mario Bergoglio, yang lebih dikenal sebagai Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Paus Fransiskus meninggal pada usia 88 tahun setelah berjuang melawan pneumonia, setelah dirawat di rumah sakit selama lima minggu. Pada hari sebelumnya, di hari Paskah, Paus Fransiskus menyampaikan dua kali pesan berkat yang dikenal sebagai Urbi et Orbi, ia berpesan untuk menyerukan gencatan senjata kembali di Gaza.
Menurut laporan dari media Vatikan, Paus Fransiskus telah memilih untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore Roma, menggunakan peti mati sederhana dari kayu. Keputusan ini memecahkan tradisi yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad, di mana Paus biasanya dimakamkan di bawah Basilika Santo Petrus di Vatikan. Sehingga hal ini menjadikan Paus Fransiskus sebagai Paus pertama yang dimakamkan di luar Vatikan.
Paus Fransiskus dikenal dengan kesederhanaannya dan dedikasinya terhadap kaum miskin selama 13 tahun masa kepemimpinannya yang dimulai pada 13 Maret 2013. Selain itu, ia adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan Ordo Jesuit. Nah, dengan demikian, terjadinya kekosongan tahta atau yang di sebut sede vacante. Sehingga dalam hal ini, tugas kesucian tersebut dikendalikan sementara oleh Kardinal Kevin Farrell selaku Camerlengo Gereja Katolik Roma, juga di bantu oleh para pejabat tinggi Vatikan lainnya. Termasuk didalamnya, mengatur persiapan untuk pemilihan Paus baru.
Sejarah Singkat Paus
Dalam sejarah Gereja Katolik, mandat tertinggi dalam urusan iman dan moral berada di tangan Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, yang juga menjabat sebagai Uskup Roma dan kepala negara Kota Vatikan. Secara bahasa – dalam istilah Yunani Kuno – Paus berasal dari kata “pappas” (πάππας) yang berarti “ayah” atau “bapa”. Secara harfiahnya, Paus berarti Bapa Rohani Umat Katolik. Hal ini diperkuat dikarenakan Paus merupakan Wakil Kristus di dunia, Pemimpin Gereja Katolik dan pengganti Santo Petrus atau secara tradisi disebut sebagai rasul yang ditunjuk Yesus untuk memimpin Gereja-Nya. Selain itu dalam istilah Gereja Katolik, jabatan Paus dikenal dengan Pontifex Maximus yang berarti Imam Tertinggi atau Episcopus Romae yang berarti Uskup Roma.
Nah, sebenarnya Fransiskus bukanlah nama asli dari Paus. Melainkan, nama ke-pausan (regnal name) yang mengidentitaskan sebuah simbol rohani dan visi kepemimpinannya. Dalam sejarahnya, nama ini dimulai pada abad ke-6 yang sebelumnya masih menggunakan nama aslinya. Akan tetapi, pada tahun 533 M saat Paus Yohanes II barulah nama tersebut digunakan.
Sebenarnya nama tersebut ditawarkan secara bebas disaat seseorang terpilih menjadi Paus. Akan tetapi, nama yang dipilih harus memiliki makna tersirat secara sejarah maupun spiritual. Jika di contohkan pada nama Paus Fransiskus, Fransiskus diambil dari seorang tokoh Katolik bernama St. Fransiskus yang berasal dari Assisi. Tokoh tersebut dikenal dengan kehidupannya yang sederhana, mencintai kaum miskin dan peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu, nama Fransiskus dipilih dikarenakan ia menginginkan pada masa kepemimpinannya berfokus pada kemiskinan, kesederhanaan, perlindungan lingkungan dan juga pelayanan terhadap kaum yang terpinggirkan.
Selain itu, secara tradisi dan dalam aturan yang sah, jabatan Paus hanya bisa tergantikan apabila terdapat dua kondisi, yaitu: meninggal dunia atau mengundurkan diri. Oleh karena itu, jabatan Paus tidak terbatas oleh waktu selain kedua hal tersebut. Terkait pengunduran diri juga sebenarnya telah diatur di dalam kitab Kanonik yang memperbolehkan seorang Paus mengundurkan diri. Akan tetapi diikuti dengan alasan yang jelas, sebagaimana Paus Benediktus XVI pada tahun 2013 mengundurkan diri dengan alasan kesehatan dan usia. Selain itu, jika seorang Paus mengundurkan diri tidak perlu disetujui oleh siapapun.
Uniknya, ketika seorang Paus meninggal maka kemudian Camerlengo akan mengadakan pemilihan Paus baru dengan mekanisme yang sangat ketat dan dilakukan secara tertutup atau yang kemudian dikenal dengan istilah Konklaf.
Mekanisme Pemilihan Paus
Secara bahasa, istilah Konklaf berasal dari bahasa dua bahasa Latin, yaitu Con yang berarti bersama-sama dan Clavis yang berarti kunci. Jika keduanya digabungkan, maka akan menjadi Conclave yang berarti tempat yang dikunci atau terkunci bersama. Dalam istilah Gereja, Konklaf berarti proses tertutup yang dilakukan oleh para Kardinal elektors Gereja Katolik untuk memilih Paus baru, yang dilakukan setelah takhta kepausan kosong karena wafat atau pengunduran diri Paus.
Proses Konklaf yang dilakukan secara tertutup dan ketat ini muncul sejak abad ke-13, tepatnya disaat kematian Paus Klemens IV (1268 M) disaat Gereja mengalami kekosongan selama tiga tahun dikarenakan para Kardinal tidak bisa menemukan kesepakatan.
Kardinal sendiri merupakan pejabat tertinggi dalam Gereja Katolik yang ditunjuk langsung oleh Paus dalam sebuah Konsistori atau pertemuan resmi para Kardinal. Jumlahnya tidak boleh lebih dari 120 orang dan Kardinal yang telah di tunjuk oleh Paus ini kemudian diberikan biretta atau topi merah dan cincin kardinal sebagai simbol kesetiaan dan pengabdiannya kepada Gereja. Setelah itu, para Kardinal diberikan kewenangan sebagai penasehat utama Paus yang bertugas membantu Paus baik dalam hal teologis maupun administrasi, bertugas di Vatikan atau diosesi penting di seluruh dunia, serta jika umurnya dibawah 80 tahun maka ia terlibat aktif dalam Konklaf saat takhta kosong.
Disaat terjadinya sede vacante, para Kardinal elektors kemudian dipanggil oleh Camerlengo untuk menghadiri Konklaf secara tertutup di Kapel Sistina, Vatikan. Proses ini berlangsung selama beberapa hari secara rahasia tanpa diperbolehkan berkomunikasi dengan dunia luar. Setelah itu, para Kardinal yang mengikuti Konklaf ini diberikan kertas suara (ballot) bertuliskan ”Eligo in summun pontificem meum” yang berarti “Saya memilih pemimpin tertinggi saya” yang kemudian dipersilahkan untuk menuliskan satu nama untuk dicalonkan.
Ballot ini kemudian dimasukan kedalam wadah yang bernama urna sambil mengucapkan “Testor Christum Dominum” yang berarti “Saya bersaksi kepada Tuhan Kristus”. Adapun urna sendiri memiliki tiga jenis, yaitu urna utama, urna kedua dan urna ketiga. Urna utama merupakan wadah utama bagi para Kardinal untuk memasukan ballot mereka. Urna kedua merupakan wadah bagi para Kardinal yang tidak bisa berjalan kedepan karena sakit atau usia tua, sehingga ada asisten yang nantinya akan mambawakan wadah tersebut ke tempat duduk mereka. Sedangkan urna ketiga merupakan wadah yang disediakan untuk mengumpulkan ballot yang telah di hitung dan diumumkan dari dua kotak sebelumnya. Pada proses ini, urna dijaga oleh tiga Kardinal Scrutineers (penghitung suara).
Dalam aturannya, Paus baru akan terpilih apabila mendapatkan 2/3 suara dari para Kardinal yang hadir didalam. Apabila dalam pemungutan suara belum muncul satu nama terpilih, maka petugas khusus Konklaf akan menyalakan asap hitam dari cerobong atap Kapel yang menandakan bahwa Paus belum terpilih. Pemilihan voting akan diulang kembali hingga empat kali dalam sehari jika Paus belum terpilih. Jikalau dalam 30 putaran masih belum juga menghasilkan Paus, maka pemilihan akan dibatasi pada dua kandidat teratas.
Namun, apabila Paus baru sudah terpilih maka petugas Konklaf akan menyalakan asap putih yang menandakan bahwa pemimpin takhta tertinggi Gereja Katolik sudah terpilih secara sah. Setelahnya, nama Paus akan diumumkan ke seluruh dunia dengan kalimat “Habemus Papam!”
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
