Berfikir Atomik ala Elon Musk
Gaya Hidup | 2025-04-23 00:05:33Di forum yang kecil ini, mari kita jabarkan bagaimana Elon Musk berpikir dengan pendekatan yang serupa dengan konsep "Berpikir Atomik," dalam pendekatan bisnisnya.
Meskipun istilah yang sering ia gunakan adalah "First Principles Thinking" atau Berpikir dari Prinsip Pertama.
Kedua konsep ini mmemiliki inti yang sangat mirip: mengurai sesuatu menjadi komponen dasarnya yang paling fundamental.
Berpikir dari Prinsip Pertama (First Principles Thinking) ala Elon Musk:
Elon Musk menjelaskan bahwa sebagian besar orang berpikir secara analogi. Artinya, mereka mengambil sesuatu yang sudah ada dan sedikit memodifikasinya. Ini seperti membangun di atas fondasi yang sudah ada.
Sebaliknya, Elon Musk berpikir seperti ini:
1. Mengurai Masalah ke Intinya: Memecah masalah, sistem, atau ide kompleks hingga ke fakta-fakta atau kebenaran-kebenaran yang paling fundamental dan tidak dapat disangkal. Ini seperti menguraikannya menjadi "atom-atom" penyusunnya.
2. Membuang Asumsi: Mengabaikan asumsi umum, keyakinan yang diterima begitu saja, atau cara-cara yang "selalu dilakukan" sebelumnya.
3.Membangun Kembali dari Nol: Setelah memahami prinsip-prinsip dasar (atom-atom), seseorang membangun kembali pemahaman atau solusi dari awal berdasarkan kebenaran-kebenaran fundamental tersebut.
Bagaimana Elon Musk Menggunakannya?
Musk secara konsisten menggunakan pendekatan ini untuk menantang konvensi di industri yang ia masuki, seperti dirgantara dan otomotif.
Contoh SpaceX (Biaya Roket):
Analogi vs. Prinsip Pertama: Ketika Musk ingin membuat roket untuk perjalanan antariksa, biaya roket sangat mahal, puluhan hingga ratusan juta dolar. Berpikir secara analogi akan menerima HARGA pasar tersebut atau mencoba membuatnya sedikit lebih murah.
Berpikir dari Prinsip Pertama: Musk justru bertanya: "Apa saja komponen fundamental dari sebuah roket? Terbuat dari bahan apa saja? Berapa biaya bahan-bahan tersebut?" Dia mengurai roket menjadi "atom-atom" materialnya: paduan aluminium, titanium, serat karbon, oksigen, dll.
Dia menghitung biaya material mentah tersebut dan proses dasar untuk membentuknya.
Hasilnya: Dia menyadari bahwa biaya bahan baku roket sebenarnya hanya sekitar 2% dari harga pasar saat itu. Dengan memahami "atom-atom" penyusun roket, dia menyimpulkan bahwa roket bisa dibuat jauh lebih murah jika mereka membangunnya sendiri dan mengendalikan proses manufaktur dari nol, daripada membeli komponen atau roket jadi dengan harga analogi pasar. Ini yang menjadi dasar bisnis model SpaceX yang revolusioner.
Contoh Tesla (Baterai Mobil Listrik):
Analogi vs. Prinsip Pertama: Pada awalnya, baterai untuk mobil listrik sangat mahal. Berpikir analogi akan menerima harga tersebut dan mencoba mengoptimalkan penggunaan baterai yang ada.
Berpikir dari Prinsip Pertama: Musk dan timnya mengurai baterai menjadi "atom-atom" kimianya: Kobalt, Nikel, Lithium, Aluminium, Karbon, pemisah, wadah, dll.
Mereka bertanya: "Berapa biaya bahan baku ini di pasar komoditas? Berapa biaya untuk memprosesnya dan menggabungkannya menjadi sel baterai?"
Hasilnya: Dengan fokus pada biaya material mentah dan proses manufaktur dasar, mereka menemukan cara untuk mengurangi biaya produksi baterai secara signifikan dari waktu ke waktu (melalui desain sel yang berbeda, proses manufaktur yang lebih efisien, dan negosiasi material).
Sehingga Tesla dapat memproduksi mobil listrik yang lebih terjangkau dan memiliki jangkauan yang lebih jauh.
Kesimpulan:
Pendekatan Berpikir dari Prinsip Pertama yang digunakan Elon Musk adalah bentuk aplikasi dari "Berpikir Atomik".
Ini bukan hanya sekadar memecah masalah, tetapi memecahnya hingga ke unit-unit fundamental ("atom") yang paling murni, membuang asumsi yang menyertainya, dan kemudian menggunakan pemahaman mendalam tentang "atom-atom" tersebut untuk membangun kembali konsep atau solusi baru yang seringkali jauh lebih inovatif dan efisien daripada yang dihasilkan melalui pemikiran analogi.
Ini memungkinkan dia dan timnya untuk "meledakkan potensi" tidak hanya dalam diri mereka tetapi juga dalam industri yang mereka geluti.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
