Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ayiex Kademangan

Gaza, Bukti Dunia Gagal Tanpa Khilafah

Agama | 2025-04-14 10:24:06

By: Sarie Rahman

Lebih dari 39.000 anak di Jalur Gaza kehilangan satu atau kedua orangtua akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. Menurut Biro Statistik Palestina, ini menjadi krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern, dengan sekitar tujuh belas ribu anak kini hidup tanpa orangtua dan tanpa dukungan. Kepala UNRWA menyatakan bahwa setidaknya seratus anak tewas atau terluka setiap hari sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025, dan menyebut kondisi ini sebagai tragedi besar bagi anak-anak yang tidak bersalah. (Liputan6.com, 06/03/2025)

Kebiadaban zionis benar-benar melampaui batas kemanusiaan. Genosida yang terus berlangsung di Gaza telah merenggut puluhan ribu nyawa anak-anak yang tak berdosa. Di balik angka-angka yang mencengangkan itu tersembunyi luka mendalam yang tak tersembuhkan, anak-anak yang menjadi yatim piatu, kehilangan orang tua mereka karena kekejaman tanpa henti. Hingga kini, tercatat sekitar tigapuluh sembilan ribu anak telah menjadi yatim akibat kekerasan brutal tersebut. Setiap hari, dunia menyaksikan dalam diam saat sekitar seratus anak Gaza meregang nyawa. Mereka bukan sekadar korban, tetapi saksi nyata dari kebungkaman dunia terhadap kejahatan yang begitu terang benderang. Berapa banyak lagi anak harus mati sebelum dunia benar-benar peduli?

Harapan yang Terkubur di Reruntuhan Gaza

Fakta-fakta memilukan ini terjadi justru saat dunia ramai bicara soal hak asasi manusia dan perlindungan anak. Di atas kertas, ada segudang konvensi dan hukum internasional yang seharusnya menjamin keselamatan serta kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia. Tapi realitanya, semua itu sering kali cuma jargon nyaring di forum internasional, tapi tumpul saat menghadapi penderitaan nyata. Sistem yang digadang-gadang melindungi, justru sering abai saat nyawa dan masa depan anak-anak dipertaruhkan.

Ironisnya, aturan-aturan tersebut nyaris tak berarti apa-apa ketika berhadapan dengan penderitaan anak-anak Palestina. Mereka terus dibantai, disiksa, dan diabaikan, sementara dunia berpura-pura peduli sambil berlindung di balik jargon-jargon legal tanpa tindakan nyata. Di manakah keberpihakan hukum internasional saat genosida terhadap anak-anak Gaza berlangsung terang-terangan? Aturan tinggal omong kosong jika tak mampu menghentikan bahkan mencegah kebiadaban semacam ini.

Semua peristiwa yang terjadi saat ini semestinya menjadi pengingat bagi umat bahwa menggantungkan harapan pada lembaga-lembaga internasional dan berbagai aturan yang mereka keluarkan sering kali berujung pada kekecewaan. Realita yang tampak menunjukkan bahwa kepentingan politik global lebih sering mengabaikan penderitaan rakyat yang tertindas, seperti yang dialami oleh penduduk Gaza dan Palestina. Oleh karena itu, masa depan Palestina harusnya berada dalam genggaman umat sendiri, tidak boleh diletakkan pada tangan pihak luar yang kerap bersikap ambigu.

Satu Umat, Satu Kepemimpinan, Satu Tujuan

Solusinya adalah harus ada kepemimpinan politik Islam yang visioner dan berintegritas, yang mampu menyatukan potensi dan kekuatan umat dalam satu barisan perjuangan. Kepemimpinan semacam ini bukan sekadar simbol, melainkan motor penggerak yang memperjuangkan keadilan hakiki, menjamin kesejahteraan rakyat, serta menegakkan hukum dan sistem pemerintahan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Dalam sejarah panjang peradaban Islam, institusi khilafah telah menjadi contoh nyata bagaimana sebuah pemerintahan yang berasaskan wahyu dapat menciptakan stabilitas, kemajuan, dan kedamaian bagi seluruh masyarakat, baik Muslim maupun non-Muslim.

Kini, di tengah krisis multidimensi yang melanda umat, inilah saat yang tepat bagi kita untuk membuka mata, menyadari akar persoalan yang dihadapi, dan bersatu dalam barisan perjuangan yang tulus demi mewujudkan perubahan hakiki. Perubahan ini haruslah berpijak pada prinsip-prinsip Islam yang universal, adil, dan membawa rahmat bagi seluruh alam.

Khilafah memiliki peran strategis sebagai ra'in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi umat, yang tidak pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya. Dalam sejarah panjangnya yang membentang selama lebih dari seribu tahun, Khilafah telah terbukti menjadi benteng pelindung yang kokoh bagi masyarakat, menjamin keamanan, keadilan, dan kesejahteraan. Salah satu keberhasilan terbesarnya adalah kemampuannya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak, baik dari segi fisik, mental, maupun spiritual. Dukungan penuh dari sistem yang terstruktur dan berpihak pada kemaslahatan rakyat menjadikan generasi muda tumbuh menjadi pribadi unggul, cerdas, dan berakhlak mulia. Tak heran, dari sistem ini lahir generasi-generasi cemerlang yang mampu membangun peradaban emas, peradaban yang memadukan ilmu, iman, dan kemajuan teknologi, yang menjadi mercusuar dunia dari masa ke masa.

Darah Gaza, Panggilan untuk Bangkit

Setiap Muslim memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk terlibat dalam perjuangan menegakkan kembali khilafah, sebagai wujud kepedulian terhadap penderitaan umat Islam di berbagai penjuru dunia, termasuk di Gaza. Diam dan berpangku tangan saat anak-anak tak berdosa dibantai, sementara orang tua mereka kehilangan segalanya, adalah bentuk kelalaian terhadap amanah ukhuwah Islamiyah.

Persoalan Gaza bukan hanya soal kemanusiaan semata, melainkan cerminan dari persoalan besar yang menimpa dunia Islam secara keseluruhan. Maka dari itu, solusi sejati terhadap penderitaan rakyat Palestina tidak cukup dengan bantuan sementara, melainkan harus ditempuh melalui langkah strategis yang menyeluruh yakni dengan jihad yang terarah dan tegaknya kembali khilafah Islam yang mampu menjadi pelindung serta pengayom umat. Hanya dengan sistem ini, keadilan dan keamanan sejati dapat terwujud bagi seluruh kaum Muslimin.

Keadilan tak lahir dari konferensi damai, tapi dari barisan umat yang bangkit dengan izzah dan iman. Selama umat tertidur, derita Gaza akan jadi nyanyian pilu yang tak berujung.

Jika kita diam, kita mengkhianati ukhuwah. Jika kita bergerak, kita menjadi jawaban. Maka tegakkanlah khilafah, sebelum sejarah mengubur kita dalam kelalaian. ‘Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia ’ (QS. Ali Imran: 110)"

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image