
Membuka Gembok Potensi: Ketimpangan Gender dalam Perkembangan Ekonomi
Edukasi | 2025-04-11 12:41:59
Indonesia telah mencapai kemajuan ekonomi yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, namun ketimpangan gender masih menjadi tantangan serius dalam pembangunan ekonomi nasional. Perempuan Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan struktural yang membatasi partisipasi penuh mereka dalam perekonomian, meskipun mereka menyumbang hampir setengah dari populasi negara.
Meskipun tingkat pendidikan perempuan terus meningkat, kesenjangan dalam partisipasi angkatan kerja masih signifikan. Data menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia sekitar 53%, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 82%. Kesenjangan ini tidak hanya mencerminkan hilangnya potensi ekonomi tetapi juga menunjukkan hambatan sistemik yang dihadapi perempuan. Norma sosial dan budaya masih menjadi faktor penting yang membatasi perempuan dalam mengakses pekerjaan formal. Beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan yang tidak seimbang membuat banyak perempuan bekerja di sektor informal dengan upah rendah dan perlindungan minimal.
Perempuan mendominasi sektor informal di Indonesia. Mereka sering bekerja sebagai pedagang kecil, pekerja rumah tangga, atau di industri garmen dengan kondisi kerja yang tidak stabil. Sektor-sektor ini biasanya menawarkan pendapatan lebih rendah, perlindungan sosial terbatas, dan kesempatan pengembangan karier yang minim. Selain itu, fenomena "feminisasi kemiskinan" menjadi nyata ketika perempuan kepala rumah tangga menghadapi risiko kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Ini sebagian disebabkan oleh akses terbatas terhadap aset produktif, kredit, dan layanan keuangan.
Kesenjangan upah gender tetap menjadi masalah serius di Indonesia. Perempuan rata-rata menerima 30% lebih sedikit dibandingkan rekan laki-laki mereka untuk pekerjaan serupa. Kesenjangan ini bahkan lebih lebar di sektor-sektor yang didominasi laki-laki seperti pertambangan dan konstruksi. Segregasi pekerjaan berdasarkan gender juga berkontribusi pada kesenjangan upah, dengan perempuan terkonsentrasi di sektor-sektor yang umumnya memberikan kompensasi lebih rendah seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan.
Sektor UMKM menjadi pendorong utama ekonomi Indonesia, dan perempuan memainkan peran penting dalam sektor ini. Namun, pengusaha perempuan masih menghadapi hambatan spesifik, termasuk akses terbatas ke pembiayaan, pelatihan bisnis, dan jaringan profesional. Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa UMKM yang dijalankan perempuan di Indonesia rata-rata memiliki akses kredit 40% lebih rendah dibandingkan UMKM yang dijalankan laki-laki, membatasi kemampuan mereka untuk berkembang dan bersaing.
Untuk mencapai kesetaraan gender dalam ekonomi, diperlukan pendekatan terpadu yang mengatasi hambatan struktural dan sosial-budaya. Investasi dalam pendidikan, infrastruktur sosial, dan reformasi kebijakan yang responsif gender akan sangat penting untuk memastikan bahwa perempuan Indonesia dapat berpartisipasi penuh dalam pertumbuhan ekonomi negara. Kemajuan menuju kesetaraan gender dalam ekonomi tidak hanya merupakan masalah keadilan sosial, tetapi juga esensial untuk pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan kesenjangan gender dalam ekonomi dapat meningkatkan PDB Indonesia hingga 9% dalam jangka panjang, menjadikannya prioritas ekonomi yang jelas untuk masa depan Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook