Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fathiah Wahyu Septianingrum

Menjelajah Museum Multatuli Lebak Banten

Jalan Jalan | 2025-04-10 23:45:22
Sumber : dokumen pribadi

Setelah sepekan penuh bekerja dan sulit memiliki waktu untuk bersama anak ataupun keluarga, akhir pekan menjadi kesempatan emas untuk menciptakan momen yang berkualitas. Untuk menikmati waktu bersama keluarga sambil belajar dan menjelajah mengunjungi museum bisa menjadi pilihan yang tepat.

Museum adalah tempat wisata yang menarik dan edukatif yang tidak hanya menawarkan pengalaman sejarah, seni, atau budaya. Tetapi juga memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk memperoleh pengetahuan dan menghargai dan menjaga warisan budaya suatu bangsa.

Nah, Museum Multatuli ini dapat dijadikan salah satu pilihan untuk mengisi akhir pekan bersama keluarga. Karena, Museum Multatuli tidak hanya menawarkan pengalaman edukatif yang menarik tetapi juga menawarkan sejarah dan karya yang dapat membuka wawasan. Ayo simak informasi lebih lengkapnya untuk mengetahui lebih jauh tentang Museum Multatuli dan apa saja yang menarik disana!

Ayo kenalan dengan Multatuli

Sumber : dokumen pribadi

Pasti kalian bertanya-tanya siapa itu Multatuli? Multatuli dalam bahasa latin artinya adalah “aku telah banyak menderita”. Jadi, siapa nama asli Multatuli itu? Nama asli Multatuli adalah Eduard Douwes Dekker. Beliau lahir pada 2 Maret 1820 di Korsjespoortsteeg, Amsterdam. Beliau adalah anak Ke-4 dari pasangan Engel Dekker dan Sytske Eeltjes Klein.

Beliau terkenal karena menulis sebuah karya yang mengguncang dunia dan pesannya pun menggema secara internasional di kalangan penulis dan cendikiawan. Karya yang ditulis oleh Multatuli mengenai pertentangan eksploitasi dan penindasan kolonial Belanda di Jawa dengan judul Max Havelaar. Karya sastra yang di tulis oleh Multatuli ini sangat jujur dan menjadi penting di publik Belanda. Max Havelaar terbit pertama kali pada 14 Mei 1860.

Dan Multatuli pernah menjabat sebagai asisten Residendi Lebak selama 3 bulan pada 21 Januari hingga 29 Maret 1856 setelah itu beliau mengundurkan diri karena tidak tahan dan kecewa terhadap penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh penguasa lokal maupun kolonial terhdap rakyat Lebak, Banten.

Museum Multatuli

Sumber : dokumen pribadi

Sebelum masuk ke dalam Museum Multatuli, didepan Museum Multatuli ini terdapat Pendopo. Pendopo ini sering digunakan oleh Komunitas seperti Ikatan Mahasiswa Lebak, dll dan Pendopo ini Free. Dan terdapat resepsionis di depan Museum Multatulinya. Museum Multatuli ini menyediakan Pamflet yang berisi mengenai informasi Museum Multatuli Lebak Banten ini, Sehingga pengunjung mendapatkan informasi mengenai Museum Multatuli ini dengan rinci.

Museum Multatuli ini berada di Jl. Alun-Alun Timur No.8, Rangkasbitung Barat, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, 42312. Museum Multatuli diresmikan pada 11 Februari 2018 oleh Bupati Lebak yaitu Hj. Iti Octavia Jayabaya dan Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI yaitu Hilmar Farid. Museum Multatuli ini menceritakan mengenai sejarah Lebak dan mengangkat cerita atau kisah Multatuli.

Museum ini bertema Antikolonialisme dan Museum Multatuli ini memiliki 7 ruang yang saliing terkait satu sama lain. Ketika kita masuk ke dalam Museum Multatuli, kita akan memasuki ruang pertama yaitu, ruang selamat datang. Pada ruang selamat datang kita disambut dengan mozaik wajah Multatuli yang terbuat dari potongan-potongan akrilik dan terdapat patung wajah multatuli dan ada kutipan kata-kata yaitu “Tugas Manusia Adalah Menjadi Manusia”.

Lalu, ketika melangkah ke ruangan selanjutnya kita masuk ke ruang Kolonialisme. Pada ruangan ini kita akan melihat kedatangan Belanda ke Nusantara terutama ke Banten. Dan di ruangan ini di lengkapi dengan beberapa replika dan video pendek mengenai kedatangan Kolonialisme. Sehingga, kita dapat melihat secara langsung replika mengenai kapal dan rempah-rempah dan mengetahui bagaimana kedatangan Kolonialisme ke Nusantara dengan melihat video pendek.

Setelah itu, kita masuk ke ruangan ke-3 yaitu, ruang tanam paksa. Di ruangan ini terdapat display interaktif dan menarik juga yang menceritakan mengenai masa tanam paksa. Kemudian, kita masuk ke ruangan ke-4 yaitu Ruang Multatuli pada ruangan ini dibahas kisah Multatuli dan karyanya yaitu Max Havelaar tentang keadaan Lebak pada masa Multatuli menjabat sebagai Asisten Residen. Dan diruangan ini juga terdapat buku Max Havelaar asli yang di datangkan dari Belanda dan ada video pendek mengenai Multatuli. Setelah ruangan ke-4 kita menuju ruangan ke-5 yaitu Ruang Banten, ruang Banten ini berisi informasi mengenai pergerakan-pergerakan di Banten oleh masyarakat yang melawan penjajah.

Setelah Ruangan ke-5 ada ruangan ke-6 yaitu Ruang Lebak, ruang Lebak ini berisi mengenai sejarah Lebak yang berdasarkan Timeline dan dilengkapi dengan video dan hasil budaya Lebak saat ini. Untuk menuju pintu keluar Museum kita harus melewati ruang ke-7 atau Ruang Rangkasbitung adalah ruang kontemporer. Di ruangan ini terdapat beberapa buku Max Havelaar yang dapat dibaca oleh kita dan juga terdapat beberapa profil orang-orang yang memiliki kisah di Rangkasbitung.

Harga Tiket masuk Museum Multatuli ini untuk anak-anak sebesar Rp 1.000 sedangkan dewasa sebesar Rp 2.000 dan untuk Mancanegara sebesar Rp 15.000. Museum Multatuli ini buka setiap hari untuk Selasa-Jum’at dari jam 08.00 – 16.00 sedangkan Sabtu-Minggu dari jam 09.00 – 15.00. Untuk hari Senin dan Libur Nasional Museum Multatuli Tutup.

Museum Multatuli ini sudah memiliki Virtual Museum yang dapat diakses melalui Website Museum berikut ini https://museummultatuli.id/ , sehingga kita pengunjung dapat mengunjungi Museum tanpa datang secara langsung ke Museum Multatulinya. Pada Virtual Museum ini koleksi yang ada di Virtuak Museum dapat diakses oleh kita. Museum Multatuli ini suka mengadakan event ataupun Festival ataupun bedah buku. Dan Museum Multatuli termasuk Museum Khusus.

Koleksi apa saja yang menarik di Museum Multatuli?

Sumber : dokumen pribadi

Koleksi pada Museum Multatuli ini berjumlah 277 Koleksi. Setelah masuk Museum kita akan melihat mozaik wajah Multatuli yang terbuat dari potongan-potongan akrilik dan ada patung wajah multatuli dan ada kutipan kata-kata yaitu “Tugas Manusia Adalah Menjadi Manusia”. Selain itu ada koleksi replika Kapal De Batavia, kapal ini merupakan kapal milik kongsi Dagang Hindia Timur atau Kompone Belanda (VOC) yang dibuat pada 1628 di Amsterdam.

Pada ruangan Masuknya Kolonialisme ke Nusantara Kapal De Batavia ini di jelaskan dengan detail mengenai bagian-bagian yang ada di kapal, selain itu juga ada rempah-rempah yang wangi seperti, Pala, Kayu Manis, Lada, dan cengkeh. Dan terdapat layar besar dan nyala yang menjelaskan mengenai Masuknya Kolonialisme ke Nusantara.

Selain itu ada koleksi menarik yaitu, Kopi dan Kopi daun dan juga alat penggiling kopi. Pada masa tanam paksa, rakyat tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi kopi. Biji kopi ini di wajib disetorkan kepada kepala desa kemudian disetor kepada VOC. Dan pada Museum Multatuli terdapat koin yang dikeluarkan pada tau 1857 yang digunakaan semasa tanam paksa dan replika uang kertas pada 1947. Pada Museum Multatuli ini juga terdapat beberapa buku Max Havelaar. Dan juga ada buku Pledoi Bung Hatta.

Pada Museum Multatuli ini terdapat Prasasti Cidanghiyang, Prasasti ini berasal dari era kerajaan Tarumanegara yaitu pada abad ke-4 sampai dengan 5. Dan ditemukan di desa Lebak, Manjul, Kabupaten Pandeglang. Dan Museum ini juga unik karna menjelaskan Ruang Banten dan Ruang Lebak dengan Timeline dan terdapat Video Pendek. Dan Museum Multatuli ini menyediakan buku Max Havelaar yang dapat di baca oleh kita dan terdapat bebera foto mengenai profil orang yang memiliki kisah di Rangkasbitung.

Menjelajahi Museum Multatuli di Lebak bukan hanya perjalanan untuk belajar tentang sejarah tetapi itu juga memberi kita kesempatan untuk lebih menghargai warisan budaya dan perjuangan yang telah membentuk bangsa ini.

Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Museum Multatuli bersama teman, rekan, atau keluarga untuk mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Museum Multatuli adalah tempat yang bagus untuk menghabiskan akhir pekan kita sambil belajar tentang sejarah karena tiketnya murah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image