
Perempuan dalam Sejarah Islam: Para Mujahidah yang Dilupakan
Sejarah | 2025-03-30 17:33:53
Sejarah Islam tidak hanya ditulis oleh para khalifah dan panglima perang, tetapi juga oleh perempuan-perempuan tangguh yang keberaniannya setara dengan para lelaki. Sayangnya, nama-nama mereka kerap tenggelam di balik riuhnya kisah para pejuang laki-laki. Padahal, mereka bukan sekadar pengiring sejarah—mereka adalah pelaku sejarah itu sendiri.
Khadijah binti Khuwailid: Pilar Pertama Dakwah Islam
Tanpa Khadijah, dakwah Rasulullah mungkin tidak akan berjalan semulus yang kita kenal hari ini. Sebagai seorang saudagar sukses, Khadijah bukan hanya mendukung Rasulullah dengan harta, tetapi juga dengan keyakinan dan keteguhan hati. Dialah orang pertama yang mengimani kenabian Muhammad, memberikan ketenangan saat wahyu pertama turun, dan tak pernah ragu mengorbankan segalanya demi Islam. Tanpa kasih sayang dan dukungannya, mungkin perjalanan dakwah di awal akan lebih penuh liku.
Nusaibah binti Ka'ab: Perisai Hidup Rasulullah
Ketika Perang Uhud pecah dan pasukan Muslim sempat terdesak, Nusaibah binti Ka'ab, seorang perempuan dari kaum Ansar, tidak memilih lari. Justru, dia menghunus pedangnya dan berdiri sebagai tameng hidup bagi Rasulullah. Luka-luka menganga di tubuhnya tak menghalanginya untuk terus berjuang. Rasulullah bahkan mengakui keberaniannya lebih dari banyak sahabat laki-laki. Nusaibah bukan sekadar prajurit—dia adalah simbol keteguhan seorang perempuan dalam mempertahankan agama dan pemimpinnya.
Aisyah binti Abu Bakar: Cendekiawan dan Pejuang
Sebagai istri Rasulullah, Aisyah tidak hanya dikenal karena kecerdasannya, tetapi juga peran besarnya dalam menyebarkan ilmu Islam. Ribuan hadis diriwayatkan darinya, dan tak sedikit sahabat besar yang menimba ilmu darinya. Lebih dari itu, Aisyah juga menunjukkan ketangguhan fisik dan strategisnya dalam Perang Jamal, meski akhirnya pertempuran itu meninggalkan luka mendalam dalam sejarah Islam.
Sumayyah binti Khayyat: Syahidah Pertama dalam Islam
Ketika Islam masih dalam tahap awal dan kaum Muslimin mendapat penyiksaan dari kaum Quraisy, Sumayyah binti Khayyat menjadi bukti bahwa iman sejati tidak mengenal gender. Sebagai seorang budak yang masuk Islam, dia mengalami siksaan tak terperi dari Abu Jahal. Namun, meski dera dan ancaman kematian terus menghantuinya, Sumayyah tetap teguh. Hingga akhirnya, tombak musuh menembus tubuhnya, menjadikannya syahidah pertama dalam sejarah Islam. Darahnya yang tertumpah menjadi saksi bahwa perempuan juga memiliki keteguhan iman yang luar biasa.
Perempuan dalam Sejarah Islam: Tidak Hanya Bayangan
Banyak lagi perempuan-perempuan Islam yang berperan besar dalam sejarah, baik sebagai ulama, pemimpin, maupun mujahidah di medan perang. Mereka bukan sekadar pendamping, tetapi bagian dari narasi perjuangan Islam yang utuh. Sayangnya, banyak dari mereka yang dilupakan, namanya tidak terukir sekuat nama para khalifah dan panglima perang.
Sudah saatnya kita menggali kembali kisah-kisah mereka, bukan hanya sebagai inspirasi, tetapi juga sebagai pengingat bahwa Islam adalah agama yang mengakui kekuatan perempuan. Bukan sekadar pelengkap, tetapi pilar yang menopang peradaban.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook