
Rejeki Bekerja dalam Prinsip Keseimbangan
Nasihat | 2025-03-29 14:49:37REJEKI BEKERJA DALAM PRINSIP KESEIMBANGAN
Dalam kajian menjelang berbuka puasa di Masjid Al Ikhlas Gemolong, Ustadz Burhan Sodik bercerita. Ada orang yang menerima gaji lebih kecil dari tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Misalnya, seorang supir pribadi yang hanya digaji satu juta Rupiah sebulan. Sementara, pekerjaannya cukup banyak dari pagi-pagi sekali sampai sore bahkan sampai malam. Mulai dari antar-jemput, angkat-angkat barang bawaan, membeli ini dan itu, membantu menjaga dan mengurus anak-anak, termasuk bersih-bersih rumah dan kebun.
Bisa jadi, orang ini akan mengeluh. Padahal, Allah Mahaadil. Kekurangan dari gaji yang seharusnya ia terima akan diberikan dalam wujud yang lain. Seperti dikarunia anak yang saleh-salehah, keluarga yang harmonis, kesehatan, hidupnya selamat, dll.
Sebaliknya. Ada pula orang yang menerima gaji lebih besar (bahkan jauh lebih besar) dari tugas dan tanggung jawab yang dipikulnya. Sementara, pekerjaanya sangat ringan dan santai. Lebih banyak waktu luang sehingga ia mengisi waktunya dengan bermain HP, tidur, nongkrong di luar, dll. Bahkan, ada yang cuma mengisi presensi datang dan pulang. Sekedar numpang gaji, gitulah! Mereka bisa menerima gaji 5 atau 10x lipat, bahkan lebih.
Bisa jadi, mereka berkelimpahan uang. Sekali lagi, Allah Mahaadil. Kelebihan gaji yang ia terima akan sangat mudah perginya. Bisa jadi, anggota keluarga sakit, kecelakaan, mobil rusak, rumah terbakar, tertipu, dll. Atau uang habis hanya dihambur-hamburkan secara mubadzir, seperti buat foya-foya, berpesta, berjudi, main perempuan, dan masih banyak lagi.
Kelebihan uang yang mereka miliki tidak membawa manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terlebih manfaat untuk bekal akhirat.

Prinsip Dasar Alam Semesta
Semua yang ada di alam semesta ini, mulai dari bumi, bulan, bintang, matahari, planet, dan benda-benda angkasa lainnya berputar pada porosnya, terus-menerus berputar untuk mencapai keseimbangan (Q.S. Al Anbiya’: 33, Yaasiin: 40). Mereka melakukan rotasi sekaligus revolusi pada sumbu masing-masing.
Hingga sampai pada benda terkecil sekalipun, yaitu atom juga terus bergerak untuk mencapai keseimbangan. Arus listrik dapat tercipta karena terjadinya tarik-menarik antara proton dan elektron. Muatan yang sejenis akan terjadi tolak-menolak (karena tidak seimbang).
Dalam filsafat Cina, alam semesta akan berjalan dengan baik apabila terjadi keseimbangan antara energi Yin dan Yang. Energi ini disimbolkan dengan warna hitam dan putih. Yang warna hitam tak sepenuhnya hitam, ada bulatan warna putih di dalamnya. Demikian halnya yang warna putih tak sepenuhnya putih, ada bulatan warna hitam di dalamnya.
Itulah keseimbangan hidup. Dalam arti, tak ada manusia yang sepenuhnya (100%) baik, pasti ada buruknya walaupun sedikit. Sebaliknya, tak ada manusia yang sepenuhnya (100%) buruk, pasti ada baiknya sekalipun sedikit.
Rejeki Dalam Falsafah Jawa
Bagi Orang Jawa ada ungkapan “Rejeki ki diburu mlayu, ditokne teko dhewe”. Rejeki itu kalau dikejar (habis-habisan) malah lari, tapi terkadang kita diam saja malah datang sendiri. Ini juga mengacu pada prinsip keseimbangan.
Menjadi orang jangan terlalu bernafsu mengejar uang, sampai segala daya-upaya dilakukan, namun terkadang kita malah tidak mendapatkannya. Karena pada saat-saat tertentu justeru rejeki datang dengan sendirinya tanpa kita cari.
Sebaliknya, jangan sampai kita menjadi orang yang berpangku tangan alias diam saja, mengharap rejeki jatuh dari langit. Karena bagaimana pun, rejeki baru akan didapat kalau kita mau berusaha (bergerak).
Inilah prinsip keseimbangan dari orang Jawa. Di tengah-tengah. Jangan memaksakan diri, jangan pula berdiam diri. Ikhtiar sesuai kemampuan diikuti tawakkal.
Referensi:
Terinspirasi ceramah Ust. Burhan Sodik
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook