
Kontroversi Rendang Willie Salim: Pelajaran untuk Konten Kreator
Trend | 2025-03-28 11:23:26
Willie Salim, seorang konten kreator, mengadakan acara memasak rendang secara besar yaitu 200 kilogram di Benteng Kuto Besak, Palembang. Dengan tujuan acara berbagi untuk berbuka puasa. Namun, acara ini malah menimbulkan teguran, kritikan hingga laporan polisi. Akibat hilangnya rendang 200 kilogram yang belum matang karena diambil oleh warga sekitar. Polisi yang berada dilokasi sudah mengingatkan, tapi kalah dengan banyaknya warga.
Wali kota Palembang, Ratu Dewa, menyampaikan permintaan maaf kepada Wilie Salim atas kejadian tersebut, menunjukkan tanggung jawab pemerintah daerah dalam menjaga citra kota. Namun disisi lain, beberapa warga dan tokoh masyarakat merasa hal ini menyebabkan nama baik palembang tercemar akibat konten rendang tersebut. Sehingga mereka melaporkan Willie ke pihak berwajib dengan tuduhan merusak citra masyarakat Palembang dan memicu ujaran kebencian.
Willie Salim sendiri telah meminta maaf melalui akun media sosialnya, mengakui bahwa kurangnya persiapan adalah kesalahan dirinya. Willie meminta agar netizen tidak menyalahkan warga Palembang atas kejadian tersebut. Willie juga menegaskan bahwa insiden tersebut bukan rekayasa dan murni kesalahannya akibat kurang mengatisipasi antusiasme warga.
Kasus ini menyoroti pentinganya manajemen hukum dan kebijakan media dalam membuat konten. Konten Kreator harus memahami dampak apa yang akan ditimbulkan dari konten yang dibuat dan memastikan bahwa konten yang akan dibuat sudah direncanakan dan dipersiapkan dengan matang, termasuk koordinir dengan pihak berwenang dan mempertimbangkan aspek keamanan. Transparasi dan kejujuran dalam penyajian konten sangant penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menghindari konflik hukum.
Konten kreator juga harus memiliki kepekaan budaya dalam konten digital. Konten yang memperhatikan kepekaan budaya sangat menunjukkan rasa hormat terhadap tradisi, nilai, dan kebiasaan masyarakat, sehingga dapat mehindari miskomunikasi atau penafsiran yang salah. Kesalahan dalam memahami kepekaan budaya dapat menimbulkan reaksi negatif, bahkan kontroversi seperti yang terjadi pada konten Willie Salim. Persiapan yang matang dan peduli lingkungan sosial adalah kunci. Kepekaan budaya juga dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap konten yang mereka buat. Dengan memahami budaya lokal, pesan dari konten yang disajikan dapat diterima dengan baik dan lebih relevan, sehingga dapat menimbulkan dampak yang besar
Kesadaran terhadap kepekaan budaya perlu melakukan riset, edukasi dan komunikasi dalam proses membuat konten. Jika konten dilandasi dengan rasa hormat dan empati, konten digital dapat menjadi alat pemersatu bukan memecah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook