
Malam Munajat Lailatul Qadar Al Washliyah, Jangan Tinggalkan Perut-Perut Lapar
Agama | 2025-03-24 07:29:30
Sejarah hubungan erat antara Universitas Islam 45 Bekasi (Unisma) dan Al Washliyah sudah terjalin sejak 2013. Kenangan tersebut menjadi kalimat pembuka acara Munajat Lailatul Qadar 1446 H oleh ketua pelaksana sekaligus Ketua Majelis Dakwah Pengurus Besar Al Washliyah, H. Anas Abdul Jalil, M. Pd.
Malam Munajat Lailatul Qadar kali ini terselenggara berkat kerjasama Pengurus Besar Al Washliyah dan DKM Masjid Al Fatah, Universitas Islam 45, Bekasi, Kamis (20/3/2025).

Rangkaian acara dibuka dengan lantunan ayat-ayat suci Al Quran oleh mahasiswa semester dua Muhammad Fahri. Sebagai organisasi Islam yang menitikberatkan pada pendidikan dan dakwah, Al Washliyah terus membuka kesempatan dan mengorbitkan kader-kader muda qori untuk tampil.
Kalam-kalam Ilahi kembali dibacakan oleh guru Al Washliyah Kota Bekasi Al Ustadz Muhammad Aziz dan qari nasional Ustadz Munandar Abdullah, MA, sekaligus Qari Terbaik 2017 dan 2019 di Aceh.
Baca juga :
Jangan Tinggalkan Perut-Perut Lapar
Umat sebaiknya tidak terlena dengan makna malam lailatul qadar sebatas berdiam diri dan bermunajat di dalam masjid. Lailatul Qadar adalah malam dimana umat Islam seharusnya makin meningkatkan kepedulian pada saudara muslim lainnya. Jangan sampai kita sibuk bermunajat tapi abai dengan saudara-saudara lainnya yang menahan perihnya perut karena lapar.
Lailatul Qadar hendaknya dijadikan titik awal aksi kepedulian, salah satunya peduli untuk membantu membangun mushola, masjid, atau gedung sekolah.
Demikian yang disampaikan Ketua Umum Al Washliyah, Dr. KH. Masyhuril Khamis, SH. MBA,. dalam tausiyahnya di hadapan pengurus besar Al Washliyah, Rektor Unisma, tamu undangan dan jamaah lainnya.
Sesungguhnya malam sepuluh terakhir Ramadan adalah malam yang disiapkan bagi kita untuk bisa berdialog dengan diri kita sendiri. Ada poin bahwa ada sesuatu yang memang harus kita mohonkan kepada yang Maha Kuasa, yang lahir dari hati yang bersih, tegas Masyhuril Khamis.
Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi Wasallam sudah wafat tetapi mukjizatnya tidak pernah wafat. Sejarah mencatat bahwa jarak antara Al-qur'an dengan Injil itu lebih kurang 600 tahun, artinya jangankan jaraknya 600, jangankan 10 tahun satu malam saja jika kita tidak rawat keimanan kita, boleh jadi iman itu akan tenggelam dan muncul keserakah duniawi.

Kepedulian Pada Muslim Desa Tulolo, Alor
Masyhuri Khamis memberi contoh bagaimana perjuangan umat Islam di desa Tulolo, Alor Nusa Tenggara Timur. Informasi datang dari Ketua Al Washliyah NTT Arafat Laka yang tidak menduga bahwa ternyata di desa yang dihuni oleh mayoritas umat Kristiani tersebut, terdapat 25 orang umat muslim. Desa Tulolo selama ini belum tersentuh oleh pendakwah karena wilayahnya yang sangat terpencil.
Saat ditemukan masalah seperti inilah kepedulian umat kembali diuji dengan adanya kebutuhan mushola sebagai sarana ibadah utama. Selang beberapa waktu, Arafat Laka berinisiatif mengumpulkan penduduk, baik muslim maupun non muslim. Dalam pertemuan disampaikan bahwa ada kebutuhan tanah untuk lokasi pembangunan mushola.
Ternyata proses pencarian tanah wakaf dipermudah oleh Allah. Masyarakat setempat, khususnya umat Kristiani justru mempersilahkan umat muslim dan Al Washliyah untuk memilih sendiri tanah Ulayat ( tanah adat) sebagai lokasi pembangunan musholla.
Kemudahan lain adalah umat Kristiani Tulolo bahu membahu menyediakan pasir dan kayu demi lancarnya proses pembangunan Musholla Baitullah Al Washliyah.
Baca juga :

Dari Desa Tulolo, Alor kita belajar bagaimana Islam dan Lailatur Qadar mengajarkan bahwa mempercepat pencarian malam Lailatul Qadar dapat dilakukan lintas ruang, bukan hanya dibatasi tembok rumah ibadah.
Salah satu ciri malam Lailatul Qadar adalah hendaknya kita mampu menumbuhkan kepedulian serta keterlibatan kita terhadap dakwah dalam kehidupan kita, imbuh Masyhuril Khamis.
Malam Lailatul Qadar hendaknya juga bermuhasabah, bertanya pada diri sendiri, apakah selama ini saat membaca Al Quran kita benar-benar memahami sejarah dan isinya? Sentilan ini terlontar dari Ustazd Iskandar Mirza, lulusan Hukum Islam namun lebih tertarik mempelajari dan menggali lebih dalam tentang Al Quran.
Iskandar Mirza juga menambahkan bahwa Al Quran adalah keajaiban yang diturunkan Allah untuk umat manusia karena memakai ilmu dan pendekatan apapun, Al Quran tetap update dan memiliki inspirasi yang luar biasa.
Karena itulah malam Lailatul Qadar sendiri hendaknya dimaknai lebih luas, bukan sebatas berdiam diri dalam masjid, namun bagaimana ruh Islam dapat menyebar lebih luas melintasi sekat-sekat wilayah dan kehidupan.

Rangkaian acara Munajat ditutup dengan qiyamul lail dan sahur bersama. Rasa terima kasih disampaikan oleh Rektor Unisma kepada Al Washliyah karena ini adalah kolaborasi yang indah sekaligus sinergi yang membangun. Kolaborasi dengan Al Washliyah makin meneguhkan kampus Unisma sebagai kampus Islam.
Selain Ketua Umum PB Al Washliyah KH. Masyhuril Khamis, SH, MM34Z sebagai pembicara kunci, hadir pula tamu undangan Rektor Unisma Dr. Amin, S. Pd,. M . Si. Sekjen Dr. Amran Arifin, MM,. MBA, Bendahara Umum Dr. H, Rizal Naibaho, MM, H. Anas Abdul Jalil, M.Pd, Dr. KH. Iskandar Mirza, M. Ag, dan Dr. Akmal R. G. HSB, MA
Turut hadir pula Ibu-ibu Muslimat Bekasi, Ikatan Putri, Ikatan Pelajar, dan Ketua Al Washliyah Kota Bekasi Ustadz Abdullah Husein, serta kalangan mahasiswa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook